Seks Bebas yang Aman, Adakah?

Salah satu pendidikan seks yang digaungkan oleh media adalah pencegahan timbulnya risiko karena seks bebas. Namun, sebenarnya adakah seks bebas yang aman?

Kriteria aman itu seringkali dalam hal pencegahan kehamilan dan terkena penyakit menular seksual. Cara yang sering digembar-gemborkan adalah penggunaan kondom. Pada hari AIDS, sering kita baca berita adanya pihak-pihak yang membagikan kondom sebagai media kampanyenya.

Namun, tahukah kamu kalau kondom hanya mencegah kehamilan sebesar 98% jika digunakan dengan benar? Artinya ada 2% kemungkinan sperma bisa menembus material lateks pada kondom.

Lalu, bagaimana dengan risiko tertular penyakit seksual? Lembaga pencegahan penyakit Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC), menuliskan kalau kondom bisa mengurangi risiko tersebut, namun tidak menghilangkan risikonya sama sekali. Artinya menggunakan pengaman pun masih bisa terkena penyakit menular seksual.

Untuk mengetahui detail dari fakta ini, mari kita simak beberapa risiko dari seks bebas yang diutarakan oleh Mark B. Kastleman dalam buku Drugs of the New Millenium: Pornography 500 mg.buku-tentang-pornografi

Apakah ada hubungan seks yang aman di luar ikatan pernikahan?

Seks bebas Penderita penyakit AIDS di tiap negara

Ada beberapa kebohongan yang dipropagandakan pendukung hubungan seks di luar pernikahan.

Berikut ini beberapa fakta yang terjadi di Amerika Serikat, negara promoter utama seks bebas (data ini diambil tahun 2006, dugaan saya data ini sudah lebih besar lagi saat ini):

  1. Amerika memimpin dalam hal penyakit menular seksual. Lebih dari 68 juta penduduk Amerika sudah terinfeksi. Setiap tahunnya ada 15,3 juta kasus yang dilaporkan setiap tahunnya.
  2. Pada tahun 1960, hanya ada 2 penyakit menular seksual. Saat ini ada lebih dari 25, banyak dari penyakit ini sangat viral dan tidak ada obatnya (juga tidak dapat dicegah dengan penggunaan kondom).
  3. 68% remaja tidak peduli dengan penyakit menular seksual karena sudah didoktrin bahwa “seks bebas yang aman” itu ada.
  4. Kira-kira ada 19 juta kasus penyakit menular seksual baru pada tahun 2000. 9,1 juta di antaranya (48%) terjadi pada anak muda berusia 15-24 tahun.
  5. Setiap harinya, ada 8.000 remaja terinfeksi penyakit menular seksual.
  6. 55% remaja usia 13-19 tahun mengaku telah melakukan oral seks.
  7. Akibat dari poin 6, 78% kasus baru penyakit herpes genital disebabkan oleh virus yang ditemukan di dalam mulut mulut remaja usia 16-21 tahun.

Kesimpulannya, tidak ada seks bebas yang aman dari penyakit menular seksual.

Inilah data statistik yang jarang diperlihatkan oleh media. Seharusnya kita lebih waspada lagi karena seks bebas sangat rentan menyebabkan penyakit menular seksual.

Penyakit yang ditimbulkan oleh seks bebas melampaui kerusakan fisik

 

seks bebas menyebabkan depresi dan gangguan kejiwaanKalau saja misalnya ditemukan bahan material yang bisa mencegah menularnya penyakit seksual (yang sampai saat ini belum ada yang bisa membuatnya), ada kerusakan yang tidak bisa dicegah oleh pengaman.

Trainer yang mengkampanyekan seks bebas menolak untuk mengakui kerusakan ini. Bahkan di media berbau seksual dan pornografi pun, hal ini tidak pernah diberitahukan. Seks bebas menyebabkan kerusakan pada pikiran, hati, dan jiwa manusia.

Apa yang terjadi setelah “apa yang disebut kenikmatan seksual”dari hubungan seks bebas tidak pernah diperlihatkan. Para pelaku seks bebas mengalami rasa bersalah, penyesalan, depresi, membenci diri sendiri, dan berbagai emosi negatif lainnya. Ini disebabkan oleh mekanisme otak manusia yang memang dirancang untuk memenuhi kebutuhan seksual di dalam ikatan pernikahan.

Ada sebagian orang yang “memalsukan” perasaannya untuk sementara. Orang-orang ini menganggap seks bebas itu isinya kesenangan semua. Namun kerusakan yang terjadi sebenarnya sedang bersembunyi dan bisa timbul setiap saat.

Perasaan negative yang terlalu intens ini membuat pelaku seks bebas mencoba menenangkan diri dengan beralih ke narkoba, alkohol, pornografi yang ekstrem, kecanduan seks bebas, ataupun berbagai upaya self medication lainnya.

Untuk mengubur rasa sakit yang pelaku seks bebas alami, sebagian ada yang mencoba bunuh diri. Lebih dari 2 per 3 pelaku seks bebas menyesal tidak bersabar dan menunggu.

Tidak akan pernah ada kondom atau pil KB yang bisa melindungi hati manusia.

Fenomena seks bebas bukanlah hal yang perlu kita tiru dari Barat. Kerusakan yang terjadi dari seks bebas ini tidak perlu kita impor masuk ke Indonesia. Hubungan seksual adalah anugerah yang seharusnya kita jaga hanya ada di dalam ikatan pernikahan. Anugerah yang hanya bisa menjadi aman baik secara fisik, emosional, apalagi agama, dengan membaginya dengan pasangan yang sah.

Jadikan generasi ini manusia emas yang mampu berpikir dengan sehat dan lebih produktif dalam berkarya. Tidak terkontaminasi oleh virus-virus pornografi dan seks bebas.