Sejarah DuPont: Perusahaan yang Mendunia Karena Perang

E.I. du Pont de Nemours and Company didirikan pada tahun 1802 oleh para pengungsi dari Revolusi Perancis sebagai sebuah pabrik bubuk mesiu. Ketika keluarga du Pont berlayar dari Perancis, mereka adalah keluarga miskin yang memakan sup dari tikus yang direbus, namun dalam perjalanan waktu mereka menjadi salah satu dari keluarga terkaya di dunia.

Keberuntungan dari dinasti bisnis luar biasa ini selama 2 abad berikut, erat kaitannya dengan bahan peledak, kaos kaki, Proyek Manhattan, mobil, dan cannabis. Sejak mulai didirikan, perusahaan ini selalu memasok logistik berbagai perang, baik di internal Amerika maupun perang dengan bangsa lain.

Tonggak Sejarah DuPont

1739: Kelahiran Pierre Samuel du Pont de Nemours.
1771: kelahiran anak lelaki Pierre, Éleuthére Irénée du Pont.
1802: E.I. duPont de Nemours & Company , pabrik pembuat bubuk mesiu, didirikan.
1817: Pierre du Pont meninggal ketika berjuang memadamkan kebakaran di pabrik bubuk mesiu.
1834: Kematian Éleuthére Irénée du Pont.
1902: Perusahaan diakuisisi oleh 3 orang cicit sang pendiri.
1912: Sherman Antitrust Act memaskakan pemecahan DuPont, walupun perusahaan ini secara efektif tetap berada di bawah kendali yang sama.
1914: Pierre du Pont berinvestasi di General Motors, menjadi presidennya pada 1920.
1920: Senator T. Coleman du Pont mempromosikan Tariff Act yang melindungi industri kimia AS dair persaingan asing.
1923: DuPont mulai membuat cellophone di AS.
1935: Para ilmuwan DuPont menemukan nilon.
1943: DuPont terlibat dalam Proyek Manhattan, yang mengembangkan bom atom.
1957: Legislasi anti-trust memaksa DuPont menjual sahamnya di General Motors.
1981: DuPont mengakuisisi Conoco, raksasa minyak, namun kemudian menjualnya.
1988: Perusahaan berkomitmen untuk menghapus secara bertahap penjualan CFC.
2005: Busieness Week menyebut DuPont yang pertama di antara “Thr Top Green Companies.”

Memonopoli Pasar Bubuk Mesiu

Pierre Samuel du Pont de Nemours (1739-1817) adalah seorang ekonom, penulis, dan kerabat keluarga istana Perancis. Ia terpaksa melarikan diri dari guilotin—pemenggal kepala yna gmengambil nyawa sahabatnya, ahli kimia Perancis Antoine Lavoisier—du Pont dan keluarganya bermigrasi ke Amerika.

Di Brandywine Creek yang terletak di Delaware, anak lelaki Pierre, Éleuthére Irénée du Pont (1771-1834), yang sebelumnya bekerja di pabrik bubuk mesiu dan sendawa milik kerajaan Perancis, mendirikan pabrik bubuk mesiu. Teknik konstruksi pabriknya yang revolusioner memungkinkan perusahaan ini memasok 1 juta pound bubuk mesiu untuk pemerintah Amerika dalam perang tahun 1812.

Pierre du Pont meninggal dalam usia 77 tahun pada 1817 setelah membantu memadamkan api di halaman yang dipenuhi bubuk mesiu. E.I. du Poont meninggal pada 1834. Keturunannya, yang termasuk anggota terkemuka dalam Angkatan Bersenjata Union, melanjutkan pemasokan 2.700 pound bubuk mesiu setiap hari kepada pihak union selama Perang Saudara Amerika.

Inovasi dalam dinamit dan bubuk tak berasap diikuti dengan risiko yang menyertainya. Lammot du Pont, cucu lelaki sang pendiri, meninggal dalam sebuah ledakan. Pada 1902, dengan meninggalnya presiden perusahaan Eugene du Pont, perusahaan ini berada di ambang pengambilalihan oleh anggota bukan keluarga ketika dijual kepada 3 orang cicit sang pendiri.

Keluarga du Pont mendominasi Powder Trust, yang berperilaku dengan gaya yang menyerupai Standard Oil terhadap minyak dan gas. Sherman Antitrust Act tahun 1912 memaksa DuPont (sebagai perusahaan yang dikenal seperti sekarang) dan Trust untuk mendivestasi ke dalam perusahaan Hercules dan Atlas. Dalam kenyataannya sebagaimana dalam kasusu Rockefeller dan Standard Oil, unsur-unsur yang mempunyai ciri-ciri tersendiri tetap berada di bawah kendali yang sama.

Selama berlangsungnya Perang Dunia I, DuPont memasok 40% bahan peledak Sekutu. Diduga keras sekurang-kurangnya 12 anggota keluarga ini memperoleh $1 juta setahun.

Diversifikasi

Pada tahun 1914, Pierre, putra Lammot du Pont, berinvestasi pada perusahaan otomotif General Motors yang sedang lemah dan mendapatkan satu kursi di jajaran direksi. Pada tahun 1920, ia menjadi presiden perusahaan ini. DuPont memasok karet untuk ban, serta cat dan pernis untuk badan mobil.

Pierre du Pont menyerahkan manajemen General Motors kepada Alfred P. Sloan. Di bawah kepemimpinan Sloan, General Motors menjadi korporasi Amerika yang definitif. Tariff Act pada tahun 1920, yang melindungi industri kimia Amerika dari kompetisi asing, dipromosikan oleh Senator T. Coleman du Pont (ia menjual sahamnya di perusahaan tersebut pada 1915).

Nyaris dimonopolinya industri kimia oleh DuPont memungkinkan perusahaan ini untuk mengkapitalisasi penemuan cellophone (kertas kaca) di Swiss pada tahun1908, yang telah diimpor sebagai komoditas dari Perancis.

Pada 1923, DuPont membuka pabrik manufakturing kertas kaca yang pertama di Amerika Serikat, merevolusi pengemasan bahan makanan, dan memungkinkan diciptakannya pita adesif. Sejak akhir 1920-an, DuPont memimpin revolusi dalam pengembangan polimer industri, termasuk neoprene, karet sintetis, dan polyester. Pada 1935, perusahaan mengembangkan nilon, serat sintetis tekstil pertama di dunia.

DuPont dan keluarga du Pont mengonsolidasikan posisi mereka dalam industri dan masyarakat dengan membeli 56% saham Remington Arms Company dan menggabungkannya ke dalam Roosevelt. Pada 1937, perusahaan ini diduga keras elah melobi untuk urusan kriminalisasi cannabis alias rami dalam upaya memperkuat posisi produk-produk sintetisnya di pasar serat, di mana rami mempunyai pangsa yang signifikan.

Perang Dunia Kedua

Sorotan ironis diarahkan pada slogan DuPont tahun 1939 “Hal yang lebih baik untuk kehidupan yang lebih baik…. melalui kimia.” Pada awal Perang Dunia Kedua inilah dimulai investigasi terhadap kontribusi DuPont, Standard Oil, dan General Motors kepada konglomerat kimia Jerman IG Farben yang membuat bahan bakar tetraetil sintetis untuk kendaraan militer Jerman Nazi.

Sebagaimana dikatakan oleh Alfred P. Sloan dari General Motors, “Kami terlampau besar untuk diganggu oleh pertengkaran internasional yang menyedihkan ini.” Investigasi ini dikesampingkan setelah kerja sama perusahaan-perusahaan Amerika Serikat menjadi esensial bagi upaya perang Sekutu.

Selama perang, DuPont memproduksi 70% bahan eksplosif yang digunakan oleh angkatan bersenjata AS, yang mendatangkan $4,5 juta ke perusahaan ini. Pada tahun 1943, pabrik plutonium yang sangat rahasia mulai dibangun untuk membuat bom atom pertama bagi Proyek Manhattan. Jaket nion penangkis serangan balistik buatan DuPont juga membantu melindungi awak pembom Amerika dan Inggris.

Masa-Masa Sesudah Perang

Setelah Perang Dunia Kedua, keuntungan DuPont melonjak seiring dengan masuknya Amerika ke dalam era plastik, bom hidrogen, dan luar angkasa. Material-material sintetis seperti Orlon dan Lyera menyusul Myra dan Dacron.

Kemajuan DuPont hampir saja terhenti ketika pada tahun 1957, Clayton Antitrust Act memaksa DuPont mendivestasi saham yang dipegangnya di General Motors. Pada tahun berikutnya, DuPont membuka pabrik pertamanya di Eropa, tepatnya di Londonberry, Irlandia Utara.

Tahun 1960-an diwarnai oleh ramainya material-material sintetis. Sebagan di antaranya esensial untuk program angkasa Apollo. Bahan tahan peluru Kevlar, hasil dari uji coba yang sangat lama, menjadi isu standar bagi angkatan kepolisian dan angkatan bersenjata di seluruh dunia.

Akuisisi DuPont atas Conoco pada 1981 merupakan merger terbesar dalam sejarah korporat dan menjamin pasokan cadangan minyak untuk fiber dan plastik. Perusahaan ini juga menjadi investor awal untuk manufaktur di Tiongkok.

CFC dan Lapisan Ozon

DuPont dan General Motors menyumbang 25% pasar global kloroflorokarbon alias CFC yang digunakan dalam spray aerosol dan bahan pendingin (refrigeran). Setelah menolak kerisauan publik dan tekanan Kongres AS mengenai efek yang diakibatkan CFC terhadap lapisan ozon, perusahaan mengambil sikap menarik CFC setelah NASA mengonfirmasi pada 1988 bahwa CFC bukan hanya menipiskan lapisan ozon di atas Antartika, tapi juga di seluruh dunia.

Dalam sebuah iklan satu halaman penuh di surat kabar New York Times, perusahaan menyatakan komitmennya untuk menghentikan penjualan CFC di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya pada 1995, menjual perusahaannya Conoco dan memfokuskan diri pada sumber-sumber baru kimia dari tanaman. Garis pengikat korporat yang baru memproklamasikan “keajaiban sains.”

DuPont Hari Ini

Salah satu korporasi berusia paling panjang di Amerika, DuPont saat ini merupakan salah satu dari 30 perusahaan publik raksasa AS yang mencakup Dow Jones Index. Penjualan tahunannya $30 milyar dan karyawannya 60 ribu di seluruh dunia.

Pada tahun 2005, dalam perubahan haluan yang luar biasa oleh perusahaan yang melambangkan revolusi sintetis dengan konsekuensi beracunnya bagi lingkungan dan individu, DuPont dinominasikan sebagai Nomor 1 di antara “The Top Green Companies” oleh majalah Business Week.

Ilmuwan-ilmuwan terkemukanya (saat masih bekerja di DuPont maupun sesudahnya) telah memenangkan sejumlah National Medals of Technology dan Nobel Prize untuk kimia. Dewan eksekutif DuPont pada 2007 meliputi anggota keluarga There du Pont. Kepentingan keluarga du Pont lainnya meliputi Boeing, perusahaan yang memiliki keberuntungan serupa, ada di antara kebijakan pemerintah dalam damai dan perang.

Dinasti du Pont terus menduduki tempat yang beragam dalam masyarakat Amerika. Irénée du Pont (1876-1963) adalah pengagum Adolf Hitler dan menganjurkan penciptaan ras manusia super dengan dibantu secara kimiawi. Henry Francis du Pont (1880-1969) adalah penggemar pembibitan ternak, hortikulturalis, dan ahli terkemuka dalam meneliti perabot Eropa dan seni dekoratif Amerika.

Pada 1996, John Eleuthere du Pont, seorang ornithologis (ahli ilmu burung), filatelis, sponsor olahraga gulat, dan pengidap skizofrenia paranoid, dihukum karena menembak mati seorang pegulat olimpiade di rumahnya. Ia meyakini kalau pegulat malang itu adalah agen konspirasi internasional.

Virgil Roger du Pont III (lahir 1972) menjadi penyanyi utama American Goth/band elektropop, Cruxshadows, dengan menggunakan nama panggung “Rogue.”