Sejarah Amsterdam Exchange Bank: Perusahaan yang Menciptakan Uang Modern

Amsterdam Exchange Bank adalah bank clearing house pertama di Belanda pada abad ke-17. Inilah masa Zaman Keemasan Belanda. Negara ini menyaksikan berkembangnya budaya besar dan Amsterdam menjadi pusat komersial dunia.

Volume transaksi Amsterdam Exchange Bank yang sangat besar pada abad ke-17 mengilhami konsep “uang bank.” Konsep ini membebaskan uang koin dari nilai literalnya dan menciptakan kepeloporan dalam transaksi transfer non-tunai seperti yang kita kenal sekarang.

Zaman Keemasan Belanda dimulai ketika berlangsung Perang Delapan Tahun—perjuangan panjang untuk meraih kemerdekaan dari Spanyol Katolik. Kesediaan orang Belanda untuk menyediakan tempat pengungsian bagi penganut Protestan dari Flanders, Huguenots dari Perancis dan Yahudi Sephardic dari Portugal dan Spanyol meningkatkan getaran komersial Amsterdam yang telah mapan.

Faktor-faktor kunci lainnya meliputi perkembangan energi dari kincir angin dan penemuan alat penggergajian, yang memingkinkan pembangunan kapal-kapal untuk perdagangan dan pertahanan.

Pencapaian komersial Belanda melekat pada Dutch East India Company,yang didirikan sebagai badan usaha pada 1602. Inilah perusahaan pertama di dunia yang mengeluarkan saham dan sering dirujuk sebagai perusahaan multinasional pertama. Majelis Perwakilan Tinggi di Belanda memberikan perusahaan ini monopoli selama 21 tahun untuk berdagang di Asia, khususnya dalam rempah-rempah, dan menjadikannya perusahaan perdagangan terkuat di dunia.

Kemakmuran yang dihasilkan menyebabkan berkembangnya hukum, matematika, arsitektur, seni pahat, melukis, dan sains. Bursa Saham Amsterdam setiap hari memperdagangkan saham-saham bermodal patungan yang baru, menjadi pusat dari aktivitas ini.

Tonggak Sejarah Amsterdam Exchange Bank

1602: Dutch East India Company didirikan sebagai badan hukum
1609: Amsterdam Exchange Bank didirikan
1648: Amsterdam Exchange Bank menjaid bank clearing house terbesar di Eropa
1672: Bank terus berjalan menyusul penyerbuan Perancis ke Belanda
1773: Pembukaan bank clearing house pertama di London
1853: Pembukaan bank clearing house pertama di New York

Pendirian Bank

Amsterdam Exchange Bank (Wisselbank) didirikan pada tahun 1609 di bawah kepemilikan dan perlindungan kota Amsterdam. Tujuan pendiriannya ialah untuk menerima deposit emas dan perak batangan serta koin.

Pengoperasian bank di masa-masa awal mengikuti model Venesia, yang berkonsentrasi pada deposit emas dan perak yang belum diasah. Tanda terima yang dikeluarkan untuk deposit ini dapat ditebus enam bulan kemudian dan dihargai setara dengan 95% nilainya.

Tak seperti sebagian pemberi pinjaman, bank ini juga tidak mencairkan atau menurunkan nilai emas yang bersangkutan, tidak pula pernah meminjamkan deposit-deposit mereka, sekalipun ketika deposit itu tidak diklaim kembali. Untuk deposit koin, bank mengenakan biaya manajemen yang paling rendah.

Menstabilkan Mata Uang

Uang di Belanda, seperti tempat-tempat lain pada abad ke-17, didukung oleh mata uang logam atau koin. Nilainya didefinisikan oleh asal-usul koin tersebut dan kandungan logam berharganya.

Ini menyebabkan adanya puluhan jenis koin yang berlainan di wilayah regional maupu nasional dan meluasnya praktik “pemotongan,” yakni peleburan dan penurunan nilai koin timah atau tembaga dari segala jenis. Kegiatan semacam itu menyebabkan nilai florin Belanda jatuh sebesar 1% setiap tahunnya, yang menimbulkan efek negatif terhadap perdagangan, ekonomi, dan masyarakat.

Melonjaknya perdagangan impor dan ekspordengan transaksi keuangan yang seringkali canggih dipersulit oleh variabel-variabel yang tidak stabil ini. Koin emas dan perak yang berat sering diganti oleh koin “ringan” ketika menyelesaikan masalah “utang,” dan hal ini selanjutnya mengurangi konsistensi koin yang bersirkulasi. Bank-bank awal dan kasir mereka adalah partisipan aktif dalam praktik penyelewengan ini.

Solusi yang diajukan Amsterdam Exchange Bank adalah menerima uang tunai asing maupun lokal dari segala jenis dan denominasi, memotongnya dengan biaya manajemen yang rendah, dan mendaftar nilainya dalam gulden Belanda pada pemilik rekening dalam bukunya. Penarikan dana dari bank dilakukan secara eksklusif dengan tanda terima dan berupa koin yang terjamin kualitasnya.

Bank juga menarik minat pelanggan karena melarang kasir (aturan ini dikendorkan pada 1621) dan menjamin transaksi antarrekening dilakukan secara cepat dan tanpa biaya. Mekanisme ini meletakkan dasar bagi transfer dana non-tunai di antara para pemegang rekening di bank ini. Inilah asal-usul “uang bank.”

Keamanan dan Keuntungan

Dengan demikian, pelanggan memperoleh jaminan bahwa kestabilan nilai deposit mereka akan terjaga. Mereka juga mendapat kepastian bahwa uang mereka akan aman dari kebakaran dan pencurian serta dari kehilangan nilai karena depresiasi.

Untuk itu bank menerapkan serangkaian biaya: biaya sepuluh gulden untuk setiap pembukaan rekening baru, biaya untuk setiap rekening tambahan, biaya rendah untuk setiap transaksi, biaya tinggi untuk transaksi di bawah batas tertentu. Untuk mengurangi lalu lintas transaksi yang berlebihan, bank juga menetapkan penalti bagi kegagalan untuk menyeimbangkan rekening dua kali dalam setahun dan bila terjadi penarikan yang berlebihan. Selain itu ada jugaambang batas untuk tagihan yang harus dibayar dengan uang bank.

Semua ini menciptakan stabilitas antara debitur dan kreditur serta memaksa semua pedagang untuk menyimpan rekeningnya di bank ini. Biaya dan penalti ini serta fakta bahwa uang bank itu sendiri memiliki nilai premium karena keandalannya, menyebabkan tersedianya dana yang lebih dari cukup untuk menutupi biaya-biaya manajemen dan operasional bank.

Penurunan nilai mata uang koin terus menyebar melampaui Amsterdam. Yang paling terkenal di anata yang jahat adalah koin patagon dari Spanyol-Belanda, yang menginfiltrasi Republik Belanda sebagai rival subversif yang “ringan” terhadap rixdollar.

Antara tahun 1609 dan 1648, deposit di Amsterdam Exchange Bank tumbuh sebesar 10% per tahun. Bank ini menjadi surga moneter serta bank clearing house terbesar di Eropa. Begitu insentif bagi penurunan nilai jatuh, begitu juga inflasi Belanda: menjadi 1%, separuh dari tingkat inflasi sebelumnya.

Diputusnya hubungan oleh otoritas harga uang Amsterdam Exchange Bank dari harga uang-uang lain yang beredar melahirkan bentuk-bentuk baru perilaku pasar. Ini merupakan momen yang menentukan dalam sejarah perbankan.

Kekayaan dari Perdagangan (dan Penjajahan)

“Belum pernah ada negara yang berdagang sedemikian banyak dan mengonsumsi begitu sedikit. Mereka membeli dalam jumlah tak terbatas, tapi untuk dijual kembali, bertumpu pada kemajuan komoditas atau pasar yang lebih bagus.”

Sir William Temple, diplomat Inggris, mengomentari arus komersial Belanda pada abad ke-17

Pertumbuhan ekonomi Belanda sepanjang abad ke-17 dapat diukur pada hari ini dalam kekayaan arsitektur dan artistik Amsterdam, serta pada luasnya reklamasi lahan yang didanai pada tahun-tahun tersebut.

Sebagian besar pertumbuhan ini berasal dari keuntungan yang dibuat dari kecurangan Dutch East India Company alias VOC, yang sebagian besar modal awalnya dikumpulkan oleh para pedagang di Amsterdam Exchange Bank.

Sebagaimana kasus perusahaan Inggris, East India Company, Belanda melanjutkan ekspansi kolonial mereka dengan keganasan sebagai satu-satunya gagasan. Pada tahun 1620-an, dalam perburuan akan pala, perusahaan ini membantai sebagian besar penduduk kepulauan Banda (bagian dari Indonesia sekarang) dan berusaha memaksa yang mampu bertahan untuk menjadi budak tenaga kerja.

Di tempat lain, perusahaan memperkenalkan misionaris Kristen dan teknologi Eropa kepada Jepang. Mereka menjadi penghubung tunggal negara itu selama bertahun-tahun dengan dunia Barat.

Pada 1669, perusahaan ini punya 150 kapal dagang, 40 kapal perang, 50 ribu karyawan, tentara swasta yang terdiri atas 10 ribu prajurit, dan pembayaran dividen sebesar 40 persen.

Amsterdam Exchange Bank memperoleh penghasilan dari usaha ini dan juga banyak usaha lainnya. Pada 1672, bank berjalan terus selama penyerbuan Perancis dan menurunkan nilai deposit dalam florin sebesar 47% selama 2 tahun berikutnya. Bank mampu bertahan hidup dengan kredibilitasnya, bukan hanya utuh, justru tambah kuat.

Zmaan Keemasan ini berakhir dengna datangnya perang yang banyak memakan biaya melawan Inggris dan Perancis serta kemandegan ekonomi Belanda. Pada 1700, Inggris mengambil kepemimpinan sebagai kekuatan maritim dan dalam perdagangan kolonial dan budak. London sendiri menjadi pusat ekonomi Eropa—bank clearing house yang pertama di kota ini dibuka pada 1773.

Revolusi Industri yang berlangsung di Inggris semakin menggeser keseimbangan. Dutch East India Company bangkrut dan dibubarkan pada 1800. Pada 1853, bank clearing house yang pertama dibuka di Amerika Serikat, tepatnya di New York—yang ironisnya pernah dikenal sebagai Amsterdam Baru.

Warisan Amsterdam Exchange Bank

Konsep tentang uang bank bermula sebagai ukuran untuk melawan penurunan nilai uang, yang bersifat lokal dan tidak jelas. Kemudian menjadi fondasi bagi perbankan sentral serta bagi sistem pembayaran dan moneter modern.

Konsep ini membebaskan koin dari nilai literalnya dan memungkinkan transaksi dengan kecanggihan yang lebih besar dalam skala masif. Akan tetapi, konsep ini juga membuka jalan bagi fenomena inflasi dan hiperinflasi.

Manakala pencetakan uang koin, dengan segala cacatnya, telah diikatkan pada nilai logam berharga, di Jerman pada awal 1920-an gerobak yang berisi penuh uang kertas hampir tidak bisa digunakan untuk membayar setangkup roti.

Lebih dari itu, burgher (kelompok etnis Eurasia, secara historis berasal dari Srilanka) Amsterdam yang keras dan pragmatis mewariskan bibit-bibit paradoks yang menstimulais; uang modern bukan bernilai karena logam yang dibentuk menjadi uang tersebut, bukan pula disebabkan oleh kertas yang dicetak, namun dinilai dari stabilitas uangnya.