Inilah Tahap Perkembangan Emosi Anak Selama Tiga Tahun Pertama

Banyak ibu di dunia ini pasti pernah mengeluhkan atau bertanya-tanya dalam hati mengenai perbedaan perilaku anaknya di tiap pergantian usia. Misalnya saja di usia kurang dari 6 bulan anaknya termasuk anak yang periang dan bersikap tenang. Namun setelah usianya lebih dari itu, ia justru tumbuh menjadi bayi yang penakut dengan orang asing, dan cenderung mudah murung.

Sebenarnya, apa yang menyebabkan perubahan seperti ini? Dan sebenarnya seperti apa sih tahap perkembangan emosi anak selama tiga tahun pertama? Bila orang tua sudah tahu seperti apa tahapan perkembangan emosinya, tentunya orang tua tidak akan kaget jika di usia tertentu, anaknya menunjukkan reaksi emosi yang membuat para orang tua mengelus dada.

Nah, untuk itu, langsung kita lihat saja yuk perkembangan emosinya seperti apa di tiga tahun pertama. Kita lihat dan renungkan bersama-sama ya!

Mulai Kapan Emosi Itu Muncul?

wahyu-umiq.blogspot.com

Tahapan perkembangan emosi merupakan tahapan yang berurutan. Emosi kompleks yang mungkin kini kita rasakan sebagai orang dewasa, berawal dari emosi sederhana. Saat bayi lahir, maka bayi hanya mengalami tiga bentuk emosi, yaitu kepuasan, ketertarikan dan penderitaan. MIsalnya saja kepuasan setelah minum susu, ketertarikan untuk menggapai sesuatu di sekitar atau penderitaan ketika harus menunggu popoknya diganti, dan lain sebagainya.

Di 6 bulan selanjutnya setelah bayi lahir, maka akan muncul emosi-emosi dasar, yang dikategorikan sebagai emosi awal yang meliputi, bahagia, terkejut, sedih, muak, marah dan takut. Emosi ini akan bereaksi ketika bayi mengalami peristiwa yang bermakna baginya. Oiya, kemunculan emosi dasar ini ternyata berkaitan dengan kematangan neurologis. Oleh karena itu, tidaklah heran jika di usia 6 bulan, emosi dasar ini baru muncul.

Nah, pada saat bayi berusia 15 sampai 24 bulan, maka berkembanglah tahap emosi yang berikutnya, yaitu emosi yang terkait dengan kesadaran akan diri, misalnya saja bayi sudah memiliki rasa malu, empati, dan sudah memiliki rasa iri. Perkembangan emosi di tahap ini berkaitan dengan pemahaman bahwa mereka memiliki identitas yang bisa dikenali.

Menjelang anak berusia 3 tahun, maka anak sudah memahami mengenai standar, terutama standar mengenai penerimaan lingkungan sosial terhadap dirinya. Mereka pun sudah mengerti mengenai aturan, tujuan dan batasan perilaku melawan yang masih bisa ditolerir oleh lingkungan sosial.

Kaitan Perkembangan Emosi dan Pertumbuhan Otak

abiummi.com

Menurut Mlot dan Sroufe, pengalaman emosi dipengaruhi oleh perkembangan otak dan dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap struktur otak. Saat tiga bulan pertama, emosi dasar mulai berkembang saat serebral korteksĀ  atau lapisan terluar otak besar mulai berfungsi , sehingga di tahap ini anak sudah mulai bisa diajak bermain.

Namun, dengan perkembangan otak ini, perilaku-perilaku spontan dan berbau refleks seperti kebiasaan di bulan-bulan awal kelahiran pun semakin berkurang, misalnya saja tersenyum yang spontan, perilaku refleks saat telapak kakinya disentuh dan lain sebagainya.

Saat bayi berusia 9-10 bulan, maka lobus frontal atau otak bagian depannya mulai memiliki interaksi dengan sistem limbik, yang merupakan sistem pertahanan, maka hal ini akan menimbulkan reaksi emosional. Kenapa begitu? Karena informasi yang ditangkap oleh sistem limbik berupa informasiĀ  yang mengancam.

Di usia anak 2 tahun, maka anak sudah mulai memiliki kesadaran akan diri, dan ditahap ini, mereka sudah mulai bisa meregulasi emosi ketika melakukan aktivitas tertentu. Hal ini bertepatan dengan aktifitas fisik yang semakin tinggi dan perilaku untuk mengeksplorasiĀ  yang semakin tinggi pula.

Tahap terakhir perkembangan emosi di tiga tahun pertama, dicirikan dengan bayi sudah mulai bisa mengevaluasi emosi. Anak sudah mulai merasa bersalah jika melanggar standar tertentu, misalnya saja menumpahkan air, atau merusakkan mainan kakak atau teman sebayanya.