Kamu Merasa Kebahagian Tidak Pernah Sempurna? Sebabnya Pasti Tentang Materi

Sejak awal manusia diciptakan sebagai wujud materi yang nampak dan dapat diraba. Barangkali itulah ujian terbesar bagi manusia dalam keyakinan beragama, materialisme diri manusia sendiri itulah ujiannya.

Betapa banyak manusia yang hidup dalam kehampaan dan kekosongan. Bukan karena mereka tidak cerdas, bukan karena mereka tidak memiliki ketangkasan untuk berencana dan menghidupi diri.

Namun, justru karena mereka tidak mau untuk sekedar berhenti melihat ke belakang. Melihat sekitar, memandang ke dalam diri tentang hidup dan arti kehidupan, tentang hal – hal yang non-materialistik.

Maka, barangkali berbagai kekhawatiran tentang materi itulah yang membuat kebahagiaan kamu terasa tidak perna sempurna. Cobalah renungi, beberapa hal di bawah ini barangkali bisa membuatmu sadar, bahwa materi bukanlah kebahagiaan.

Materi Itu Penting, Tetapi Bukan yang Utama

adavidcreation.com

Kesadaran kamu sebagai manusia tentu saja terukur dari beberapa hal materialistik. Namun, kamu perlu tahu bahwa apapun materi itu pastilah akan habis. Itulah sifat dasar materi, ia lahir, ada dapat diraba lalu menua, rusak dan menjadi tiada.

Itulah mengapa menimbun sesuatu yang materialistik adalah kesalahan yang parah. Kamu sudah mengerti bahwa barang itu akan rusak dan masih juga kamu menimbunnya. Sayang sekali kamu menghabiskan waktu untuk sesuatu yang pasti habis.

Segala wujud materi itu penting, tetapi bukan yang pertama atau yang utama. Sejak awal, segala wujud materi pada manusia dan yang diupayakan manusia hanyalah sarana untuk mencapai hasil yang optimal dalam penghambaan kepada Tuhan.

Rezeki dan Materi Adalah Dua Hal yang Berbeda

lancarrezeki.blogspot.com

Sebagai manusia yang lahir pada masa yang sangat materialistik ini, logika bahwa materi sama dengan rezeki adalah pemikiran yang lumrah. Maka ketika mereka merasa bahagia dengan adanya materi, dikiranya materi adalah sumber kebahagiaan.

Padahal kebahagiaan yang sejati adalah rezeki dan berkah, bukan materi. Materi hanyalah satu diantara banyak sarana mencapai kebahagiaan. Materi juga sekaligus ujian dan jebakan.

Jadi, mari pikirkan kembali, mari sejenak berhenti dan timbang – timbang kembali. Adakah materi yang kamu dapatkan sekarang kamu gunakan sebagai sarana, ataukah hanya tipu daya nafsu dan kebahagiaan.

Bahagia Ada Dalam Hati

pelatihanspiritual.com

Bahagia itu dirasakan, bukan diraba. Bahagia itu bukan materi, tetapi ketenangan jiwa. Bahagia itu ada di dalam hati, bukan pada otak, tangan, perut, mulut badan, dan apapun saja bentuk materinya.

Semua indera pada manusia hanyalah sarana, jalan dan cara untuk merasakan ‘rangsang’ kebahagiaan. Kebahagiaan yang dirasakan oleh indera peraba adalah kebahagiaan material, kebahagiaan sementara.

Ada tingkatan kebahagiaan yang jauh lebih tinggi, lebih mulia, sempurna dan tentu saja lebih menentramkan hati. Itulah kebahagiaan hati, kebahagiaan yang kamu dapatkan dari dalam hati.

Kebahagiaan yang kamu dapatkan dari oleh rasa dan kelurusan dinamika persepsi. Dalam bahasa sederhananya, bahagia yang seperti ini disebut dengan satu kata sederhana, ikhlas. Bahagia dalam hati adalah ikhlas.

Materi Hanyalah Nafsu dan Kekhawatiran

adajalan.com

Betapa gagal kita memaknasi sakitnya badan. Kita mengira bahwa hal yang mesti dilakukan oleh orang sakit adalah mencari kesembuhan pada dokter dan teknologi kesehatan lainnya.

Padahal ingatkah kita bahwa perintah pertama oleh Tuhan pada orang – orang yang ditimpakan sakit adalah agar ia bersabar. Jika kamu bersabar, maka jadilah sakitmu itu penggugur dosa – dosa kamu yang lalu.

Dokter dan segala teknologi kesehatan hanyalah sarana sebagai obat dan tidak akan pernah bisa menyembuhkan. Kekhawatiranmu tentang sakit dan semua hal materialistik sesungguhnya hanyalah nafsu yang terburu – buru.

Dan ikhlas lah satu – satunya ilmu dan senjata untuk menundukkan nafsu. Ingatlah bahwa manusia tidak akan diangkat nyawanya sebelum rezeki yang dijatahkan untuknya lengkap diterima.

Jadi, apalagi yang kamu khawatirkan? Bukankah telah jelas bahwa ternyata materi dan rezeki tidak berhubungan sama sekali? Mengapa masih saja kamu mati – matian mencari harta dan materi yang tidak pasti dapat memberikan kebahagiaan?

Renungkanah dan pilihlah hidup seperti apa yang terbaik bagimu, keluargamu dan masa setelah kehidupanmu.