Inilah 10 Foto Inspiratif dari Seorang Guru Tanpa Kaki dan Tangan Kiri

Tak jarang kita mengeluh atas hidup yang kita jalani. Entah itu karena belum mendapatkan yang kita ingini atau kehilangan apa yang kita cintai. Inilah yang membuat kita sedikit bersyukur, kurang tidur dan semangat mengendur. Padahal jika dibandingkan dengan orang lain, misalkan mereka yang tinggal di kota Gaza, kita di sini masih bisa hidup lebih baik.

Seperti yang kita ketahui, Palestina tepatnya kota Gaza merupakan target utama bagi tentara Israel. Rasanya tak ada henti-hentinya kita mendengar berita tentang kota Gaza yang diserang Israel. Tak terbilang banyaknya korban akibat serangan-serangan tersebut.

Ahmed al-Sawaferi, usianya masih terbilang masih muda yaitu 25 tahun. Ia merupakan warga Palestina yang tinggal di kota Gaza. Salah satu saksi hidup atas serangan udara Israel di tahun 2008 silam. Tidak hanya sebagai saksi, Ahmed al-Sawaferi juga sebagai korban serangan udara tersebut. Hampir saja serangan udara Israel atas kota Gaza tersebut merenggut nyawanya. Namun Allah berkehendak lain, sehingga ia masih bisa hidup hingga saat ini. Walaupun selamat dari maut, Ahmed al-Sawaferi kehilangan hampir semua anggota gerak tubuhnya.

Kehilangan Lengan Kiri dan Kedua Kaki

Ahmed al-Sawaferi dibantu keponakannya
REUTERS/Suhaib Salem

Serangan Israel terhadap Palestina di tahun 2008 silam, membuat Ahmed al-Sawaferi kehilangan lengan kiri dan kedua kakinya. Sehingga memaksa Ahmed al-Sawaferi untuk terus berada di atas kursi roda selama hidupnya. Namun Ahmed al-Sawaferi tetap semangat dalam menjalani hari-harinya.

Dengan keterbatasannya, Ahmed al-Sawaferi terus belajar. Beberapa bulan lagi ia akan menyandang gelar Sarjana Ilmu Agama Islam.

Aktivitas di Rumah Dilakukannya Sendiri

Ahmed al-Sawaferi menyeduh teh
REUTERS/Suhaib Salem

Setiap pagi, sebelum meninggalkan rumahnya Ahmed al-Sawaferi membuat teh untuk dirinya sendiri. Hampir setiap aktivitas di rumahnya ia lakukan sendiri.

Pergi Mengajar Tanpa Alpa

Ahmed al-Sawaferi dibantu keponakannya menuruni tangga
REUTERS/Suhaib Salem

Dibantu keponakannya menuruni tangga, Ahmed al-Sawaferi bersiap memulai aktivitas rutinnya, yaitu mengajar di sebuah sekolah dasar di kota Gaza. Tiada kata mengeluh, ia berangkat setiap pagi, tanpa alpa.

Mengajar di Sebuah Sekolah Dasar di Kota Gaza

Ahmed al-Sawaferi mengajar
REUTERS/Suhaib Salem

Calon Sarjana Agama Islam ini setiap pagi mengajar di sebuah sekolah dasar di kota Gaza.

Menyemangati Siswa Sebelum Masuk Kelas

Ahmed al-Sawaferi ikut mengantri bersama siswa
REUTERS/Suhaib Salem

Setiap pagi, sebelum masuk kelas, para siswa mengantri di depan sekolah. Dan Ahmed al-Sawaferi selalu memberikan semangat kepada para siswanya selama antrian tersebut.

Mengajar dengan Sepenuh Hati

Ahmed al-Sawaferi mengajar di kelas
REUTERS/Suhaib Salem

Dengan sepenuh hati Ahmed al-Sawaferi menjelaskan pelajaran kepada siswanya di kelas dengan tetap berada di atas kursi roda.

Selalu Memberikan yang Terbaik

Ahmed al-Sawaferi menulis di papan tulis
REUTERS/Suhaib Salem

Ahmed al-Sawaferi selalu menunjukkan dedikasinya yang sangat tinggi. Memberikan yang terbaik di setiap kali ia mengajar. Ahmed al-Sawaferi menulis sendiri di papan tulis apa yang ia ajarkan kepada siswanya dengan tetap berada di kursi rodanya.

Mengajar dengan Penuh Semangat

Ahmed al-Sawaferi Mengajar di kelas sekolah dasar
REUTERS/Suhaib Salem

Penuh semangat. Itulah yang ada dalam diri Ahmed al-Sawaferi. Ia tidak mengeluhkan keterbatasan fisiknya. Namun sebaliknya, dengan fisik yang terbatas tersebut, ia maksimalkan untuk kegiatan-kegiatan yang positif.

Ramah Terhadap Siswa

Ahmed al-Sawaferi menyapa siswanya
REUTERS/Suhaib Salem

Di luar kelas, Ahmed al-Sawaferi selalu menyapa siswa-siswanya. Ramah, itulah yang tergambar dari raut wajahnya. Sehingga siswa-siswanya pun merasa senang ketika berbicara dengannya.

Pantang Menyerah

Ahmed al-Sawaferi mengayuh kursi roda sendiri
REUTERS/Suhaib Salem

Hanya dengan sebelah tangan, Ahmed al-Sawaferi mengayuh kursi rodanya melewati lorong-lorong di sekolah tempat ia mengajar. Tak ada keluhan, ia tetap semangat dan pantang menyerah.