Bila Karir Istri Lebih Hebat dari Suami

Seorang dokter bercerai dengan suaminya yang berprofesi sama. Dia mendapat talak satu karena suami merasa tidak diperhatikan lagi, istri terlalu sibuk bekerja hingga tidak ada waktu untuk keluarga. Usia pernikahan mereka sudah dua puluh tahun.

Meskipun berprofesi sama, namun karir istri lebih moncer. Dia sering menjadi pembicara di berbagai seminar dan mengikuti konferensi hingga ke luar negeri, sedangkan sang suami hanya dokter spesialis biasa. Seringnya istri mengisi seminar membuat suami sering kesepian, tidak ada yang menemani mengobrol dan makan. Dia bersabar menanti sambil sesekali menyindir istri agar tidak terlalu sering meninggalkan rumah.

Istri menanggapinya dengan dingin dan tetap meneruskan aktivitasnya. Suami mulai tidak tahan dan akhirnya jatuhlah talak satu kepada istri. Beberapa saat berselang dokter pria ini menikah lagi dengan wanita lain. Dokter wanita mantan istrinya mulai sering sakit dan membuatnya sadar, dia butuh pendamping hidup. Tapi siapa yang mau? Usia sudah 56 tahun, usia yang tidak muda lagi.

Itu adalah sekelumit kisah bila karir istri lebih hebat dari suami. Karir istri yang melejit meninggalkan karir suami lumrah kita jumpai saat ini. Tapi terkadang istri lupa akan kodratnya sebagai wanita. Dalam kehidupan rumah tangga, suami adalah kepala rumah tangga dan peran istri adalah pendamping suami; selain menjadi ibu dari anak-anak mereka.

Meskipun karir lebih hebat, hendaknya istri tetap menjaga perasaan suaminya, tidak membanggakan kesuksesan di depan suami. Pria tidak suka direndahkan wanita, suami biasanya tidak ingin istrinya melebihi dirinya dalam suatu bidang yang dikuasainya.

Di tahun 2013, American Psychological Association menyimpulkan bahwa kesuksesan karir istri dapat menjadi pemicu konflik rumah tangga, karena para pria melihat kesuksesan istri sebagai kegagalannya sendiri, padahal mereka tidak sedang berkompetisi.

Untuk menjaga keutuhan rumah tangga, istri harus bisa menempatkan dirinya sebagai pendamping suami dan ibu dari anak-anak di rumah. Jangan membawa lingkungan pekerjaan di dalam rumah tangga, karena itu tidak etis dan merusak suasana kekeluargaan. Hargailah jerih payah suami meskipun karirnya tidak cemerlang, terimalah semua yang diberikan suami meskipun istri bisa membeli yang lebih baik