34 Rumah Adat di Indonesia, Sebagian Besar Sudah Mau Punah

RUMAH ADAT – Kekayaan Indonesia tidak hanya sumber daya alamnya saja, tapi juga beragam budaya dimiliki Indonesia, termasuk alat musik tradisional dan juga rumah yang berbeda bentuk dan ciri khas di setiap suku.

Jika dilihat sekilas, rumah adat memang terlihat sangat sederhana. Namun, kenyataannya rumah adat tersebut sangat layak huni. Sayang saat ini bangunan modern seakan mengancam eksistensi rumah adat, sehingga menyebabkan rumah adat hampir punah.

Berikut daftar rumah adat yang ada di Indonesia. Kalau kamu punya wawasan yang lebih dalam mengenai rumah adat (baik itu masukan, kritik, dan saran), ngga ada salahnya untuk kontribusi informasi melalui kolom komentar di bawah.

 

Rumah Adat Bumbungan Lima

Rumah Adat Bumbungan Lima
boombastis.com

Pokok permasalahan terancam punahnya rumah adat yaitu sedikitnya para ahli di bidang rumah adat. Masyarakat saat ini lebih menyukai rumah bergaya modern yang terlihat menjanjikan dibandingkan dengan rumah adat yang menjadi identitas suku bangsanya sendiri.

Inilah yang dialami oleh rumah adat Bumbungan Lima yang notabene identitas daerah Bengkulu. Rumah adat ini sangat unik karena kamu akan menjumpai doa-doa yang terukir di tiang rumah. Sekarang ini rumah adat Bumbungan Lima dapat dihitung dengan jari. Salah satu rumah adat Bumbungan Lima yaitu rumah Ibu Fatmawati Soekarno.

Rumah Bumbungan Lima memiliki ciri khas yang sangat unik dibanding rumah adat dari provinsi atau daerah lain, terlebih pada sisi fungsi bagian-bagian rumahnya.

Berikut adalah beberapa diantara banyak ciri khas dan keunikan dari rumah Bumbungan Lima, dari sisi fungsi-fungsi bangunan rumah:

Barendo
Barendo adalah bagian dari rumah Bumbungan Lima yang digunakan untuk menyambut dan menerima tamu.
Tamu yang dimaksud adalah tamu yang tidak menginap, atau hanya sekedar menyampaikan pesan.

Jadi jika Anda ingin berkunjung ke tempat ini, jangan lewatkan untuk bertamu dan merasakan sensasi memberikan pesan di ruangan barendo rumah adat Bumbungan Lima.

Hall
Hall adalah bagian dari rumah Bumbungan Lima yang digunakan untuk menerima tamu.
Tamu yang disambut pada bagian hall adalah tamu yang sudah menjadi kerabat, atau tokoh yang disegani.

Jadi jika Anda adalah orang yang mereka anggap cukup penting, maka kemungkinan besar Anda akan diminta untuk menginap, dan bermalam di hall.
Pasti akan terasa menyenangkan, bukan!?

Rumah Panggung Jambi

Rumah Adat Panggung Jambi
boombastis.com

Tahukah kamu kalau Indonesia juga memiliki kota istana seperti di Cina? Ya, pada zaman kerajaan Melayu Jambi berjaya, dibangun sebuah kota yang terdiri dari bangunan yang terstruktur dengan sangat baik. Salah satu bangunan di kota tersebut yaitu rumah panggung Jambi yang memiliki ciri khas tersendiri.

Rumah berbentuk panggung ini memiliki ukuran panjang 12 meter dan lebar 9 meter yang ditopang oleh 30 tiang penyangga. Jika kamu ingin melihat rumah ini, kamu dapat mengunjungi kampung Lamo, Suku Bathin di Rantau Panjang.

Rumah Panggung Jambi memiliki ciri khas yang sangat unik dibanding rumah adat dari provinsi atau daerah lain, terutama pada fungsi tiap bagian rumahnya.

Berikut adalah beberapa diantara banyaknya ciri khas dan keunikan dari rumah Panggung Jambi dari sisi fungsi-fungsi bagian rumah:

Ruang Pelambanan
Ruang pelambanan adalah ruang tunggu tamu sebelum diizinkan masuk ke rumah.
Rungan dengan fungsi seperti ini tidak banyak dimiliki oleh rumah adat jenis lain.
Itulah alasan kenapa ruangan ini memiliki keunikan jika dibandingkan ruangan di rumah adat lain.

Ruang Gaho
Ruangan gaho adalah ruangan khusus untuk keperluan memasak, seperti: peralatan dapur, air dan/atau barang-barang lain yang diperlukan.

Rungan gaho menjadi unik karena ukiran-ukiran yang ada di sekililing ruangan ini.
Bayangkan saja, apakah ada rumah adat lain yang memiliki ukiran penuh filosofi di bagian dapurnya!? Saya rasa sedikit yang memiliki ini.

Ruang Masinding
Ruangan masinding adalah ruangan khusus untuk penggelaran musyarah adat.
Hal yang istimewa dari ruangan ini adalah ukiran dan hiasan-hiasan dinding bercorak ikan tanpa sisik.

Sayangnya ruangan masinding hanya bisa dimasuki oleh para kaum laki-laki, jadi kalau Anda datang berpasangan mungkin bisa mencari alternatif lain.

Ruang Balik Melintang
Ruang balik melintang adalah sebutan untuk ruangan utama dari rumah Panggung Jambi.
Karena fungsinya yang sakral, jadi hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk ke dalam ruangan ini.
Ruangan ini berukuran 2×9 meter persegi.

Sama halnya dengan rungan gaho dan masinding, ruangan balik melintang juga dihiasi oleh ukiran-ukiran ikan tanpa sisik disekelilingnya.

Rumah Adat Karo

Rumah Adat Karo
boombastis.com

Sungguh amat disayangkan ketika harta yang sangat berharga negeri ini lenyap begitu saja. Contohnya rumah adat Karo yang ada di Sumatera Utara ini. Rumah adat ini sekarang sudah dimuseumkan.

Buat kamu yang penasaran dengan rumah adat Karo, bisa mengunjungi Desa Lingga di Kabupaten Karo. Rumah ini terjaga keasliannya sejak ratusan tahun yang lalu. Walaupun terlihat sederhana, namun kekuatannya bahkan dapat mengalahkan bangunan-bangunan modern.

Rumah adat Karo memiliki ciri khas yang sangat unik dibanding rumah adat dari provinsi atau daerah lain, terutama dari segi arsitektur bangunannya.

Berikut adalah beberapa diantara banyaknya ciri khas dan keunikan dari rumah adat Karo dari segi arsitektur bangunannya:

Ruangan Besar tanpa Sekat
Keunikan yang pertama dari arsitektur rumah adat karo adalah bangunan utama tanpa sekat.
Bangunan ini unik karena tidak banyak model rumah adat lain yang memiliki konsep seperti ini.

Kalau Anda pernah datang ke rumah adat Karo atau melihat foto bagian ini, Anda pasti setuju bahwa konsep ini sangatlah unik jika dibanding dengan rumah adat lainnya.

Rumah Adat Bermodel Rumah Panggung
Rumah panggung dari rumah adat Karo memiliki perbedaan dibanding model rumah panggung adat lainnya.

Rumah panggung adat Karo memiliki tinggi 2 meter di atas tanah.
Keunikan dari rumah panggung adat Karo adalah jumlah tiangnya yang mencapai 16 batang tiang, dengan ukuran besar per batang tiangnya.

Serambi Khusus pada Setiap Sudut Dekat Pintu
Rumah adat karo mempunyai serambi khusus pada setiap sudut yang dekat pintunya.

Serambi pada rumah adat Karo dibilang unik, karena terbuat dari kumpulan bambu-bambu bulat atau disebut juga ture.

Serambi-serambi ini umumnya berfungsi sebagai tempat berkreasi tenun dan menganyam tikar, namun terkadang serambi ini juga digunakan sebagai tempat perkenalan para pemuda dan pemudi, untuk memadu dan menjalin kasih.

Sungguh romantis bukan, bertemu dan menjalin kasih di rumah adat.

Rumah Adat Kudus

Rumah Adat Kudus
boombastis.com

Di tempat yang padat penduduk seperti di Pulau Jawa ini sangat sulit mempertahankan rumah adat seperti ini. Karena terus dibangun bangunan-bangunan modern, mall dan ruko. Padahal, dulu di Pulau Jawa ini banyak sekali rumah adat, mulai dari Banten hingga Jawa Timur, tak terkecuali Kudus.

Rumah adat Kudus yang jumlahnya tidak banyak itu semakin berkurang karena alasan ekonomi. Padahal tempat tersebut sudah dijadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat.

Rumah adat Kudus memiliki ciri khas yang sangat unik dibanding rumah adat dari provinsi atau daerah lain, terutama dari segi arsitektur bangunannya.
Yang paling mencolok dari rumah adat Kudus adalah bagian atapnya, yakni atap Pencu.

Kalau Anda pernah berkunjung ke rumah adat Kudus atau pernah melihat foto bangunan rumah adat Kudus, Anda pasti akan dengan cepat menyadari keunikan bagian atap dari rumah adat ini.

Yap, atap Pencu memang memiliki keunikan tersendiri jika dibandingkan dengan rumah adat di daerah lain.

Atap pencu dari rumah adat Kudus menjadi unik karena memiliki ukiran khas yang tidak dimiliki rumah adat lain.

Saya rasa, ini tidak terlepas dari sejarah dan perkembangan kota kudus di masa lampau.
Singkatnya, ukiran “sederhana” pada atap Pencu adalah perpaduan dari gaya ukir budaya Jawa (Hindu), Persia (Islam), China (Tionghua), dan Belanda (Eropa).

Melihat banyaknya percampuran gaya ukir dari atap Pencu, tidak salah lah ya kalau atap ini menjadi sangat unik.

BACA JUGA: 2 Keunikan Rumah Adat Jawa Timur yang Membuat Kamu Jatuh Cinta

Rumah Adat Mamasa

Rumah Adat Mamasa
boombastis.com

Jika kamu ingin merasakan tempat tinggal yang tidak seperti biasanya namun tetap nyaman, kamu perlu mengunjungi Kabupaten Mamasa. Karena di sini terdapat rumah adat yang sangat nyaman untuk dijadikan tempat tinggal.

Kabupaten Mamasa yang terletak di daerah pegunungan dengan suhu yang sangat dingin memiliki beragam keunikan, salah satunya ialah rumah tradisional atau rumah adat khas suku Mamasa. Namun sayangnya rumah adat suku Mamasa yang memiliki kemiripan dengan rumah adat Toraja untuk saat ini semakin sulit untuk ditemukan.

Untuk saat ini, rumah adat Mamasa hanya bisa dijumpai di pedalaman kabupaten Mamasa.

Desa Tawilan yang terletak di kecamatan Tawilan Kabupaten Mamasa merupakan salah satu daerah yang kebanyakan masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dan kelesetarian rumah tradisional suku Mamasa, oleh karena itu jika kita berkunjung ke tempat ini maka kita akan melihat rumah adat suku Mamasa yang masih berdiri kokoh di sepanjang jalan setapaknya.

Bentuk rumah adat Mamasa hampir mirip seperti rumah adat Toraja. Bangunan ini dibedakan berdasarkan status sosialnya. Banua Layuk merupakan yang paling tinggi dihuni oleh ketua suku. Sedangkan, masyarakat biasa tinggal di tempat yang paling rendah.

Jika dilihat dari bentuk bangunannya rumah adat suku Mamasa memiliki 4 tingkat yang mana 4 tingkat ini mereka ambil dari 4 tingkat manusia sesuai dengan strata sosial mereka di masyarakat.

Tingkat pertama adalah Banua Layuk atau yang sering disebut rumah tinggi, kemudian yang kedua adalah Banua Sura atau yang biasa disebut rumah ukir milik untuk para bangsawan, kemudian yang ketiga adalah Banua Bolong atau rumah hitam yang biasa dibuat untuk para kesatria, kemudian yang ke empat adalah Banua Rapa yang melambangkan masyarakat biasa.

 

Rumah Adat Pati

Rumah Adat Pati
2.bp.blogspot.com

Rumah adat pati atau biasa disebut dengan Joglo Pati merupakan salah satu Rumah tradisional asal Pati yang mencerminkan perpaduan akulturasi kebudayaan masyarakat Kabupaten Pati. Ciri khasnya pun sangatlah unik, rumah adat ini memiliki atap genteng yang merupakan perpaduan antara kebudayaan jawa dan tiongkok.

Rumah ini diperkirakan telah dibangun sejak tahun 1700-an Masehi dan 90% bahan utamanya terbuat dari kayu. Jika diperhatikan, rumah Joglo Pati memiliki kemiripan dengan Joglo yang ada didaerah Kudus. Hanya saja bagian pintu dan atapnya yang berbeda.

Berdasarkan tata ruangnya, rumah adat Pati memiliki 4 bagian ruangan khusus yang biasa disebut dengan Jogo Satru, Gedongan, Pawon dan Pakiwan.

Jogo Satru adalah nama yang digunakan untuk bagian depan rumah adat Pati, secara makna Jogo Satru memiliki arti Joglo artinya ialah menjaga dan Satru artinya musuh, sehingga  Jogo Satru memiliki arti menjaga musuh. Akan tetapi pada prakteknya ruangan ini biasa digunakan untuk menerima tamu saat berkunjung.

Gedongan ruangan ini biasa digunakan sebagai ruang keluarga dan bersantai-santai. Ruang ini biasanya digunakan kepala keluarga untuk beristirahat.

Pawon Ruangan ini biasa digunakan sebagai tempat belajar, masak, bersantai atau melihat televisi.

Pakiwan Bagian ini terletak di halaman rumah adat Pati, biasanya terdapat sumur di sebelah kiri yang biasa disebut Pakiwan, tempat ini juga biasa digunak sebagai sarana MCK.

Seiring berkembangnya zaman, keberadaan rumah adat pati mulai terlupakan. Belum lagi harga pembuatannya yang mahal, sehingga hanya masayarakat dengan tingkat perekonomian menengah keatas saja yang mampu membelinya.

Rumah Balai Batak Toba

picturerumahminimalis.com
picturerumahminimalis.com

Rumah balai batak toba merupakan rumah adat yang berasal dari daerah Sumatera Utara. Rumah ini terdiri dari dua bagian yakni Jabu parsakitan dan Jabu bolon. Ruangan Jabu parsakitan digunakan oleh masyarakat sekitar untuk menyimpan barang-barang. Selain itu, ruangan ini juga terkadang dipakai sebagai tempat pertemuan yang membicarakan hal-hal penting mengenai adat. Sedangkan Jabu bolon adalah tempat dimana keluarga besar berkumpul (rumah keluarga besar). Rumah ini tidak memiliki kamar atau sekat. Sehingga keluarga besar dapat tinggal dan tidur bersama.

Menurut kepercayaan masyarakat batak, komponen rumah ini memiliki makna simbolis yang berbeda-beda. Bagian atapnya diyakini memiliki cerminan dari kehidupan dunia para dewa. Selanjutnya pada bagian kedua yakni lantai rumah, memiliki arti cerminan dari dunia manusia. Sedangkan bagian bawah diyakini sebagai cerminan dari dunia kematian.

Biasanya masyarakat suku Batak selalu membersihkan rumah adat mereka dengan cara membersihkan semua kotoran yang ada kemudian membuangnya lewat lubang tertentu yang disebut talaga, yang mana lubang ini berada di dekat tungku masak.

Bagi mereka kebiasaan ini memiliki makna tersendiri, yaitu membuang semua keburukan yang ada di rumah dan membersihkan semua sifat jahat yang ada.

Di dalam rumah adat biasanya terdapat panggung kecil yang mirip dengan balkon. Panggung kecil ini berfungsi menyimpan padi dan memiliki makna sebagai lambang pengharapan rejeki yang melimpah.

Rumah Baloy

4.bp.blogspot.com
4.bp.blogspot.com

Tahukah kamu bahwasannya di Kalimantan terdapat rumah adat yang memiliki sejumlah tiang yang tinggi? Jika dibandingkan dengan rumah adat lainnya, rumah adat ini memiliki gaya bangunan yang terlihat lebih modern dan modis. Diduga rumah adat ini merupakan pengembangan dari arsitektur Rumah Lamin yang dihuni oleh Suku Dayak Kenyah di Kalimantan Timur.

Rumah baloy berasal dari Kalimantan Utara. Bahan dasar yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah kayu ulin. Rumah adat ini juga didesain agar pintu utamanya menghadap ke arah selatan. Belum ada penjelasan mengenai hal ini. Namun, kebiasaan ini telah menjadi syarat utama dibangunnya Rumah Baloy.

Rumah adat Baloy memiliki bahan dasar kayu ulin, rumah ini dibangun menghadap utara, akan tetapi pintu utamanya menghadap ke Selatan.

Rumah adat Baloy memiliki 4 ruang utama yang biasa disebut Ambir.

Ambir Kiri atau yang biasa disebut Alad Kait, ruang ini biasa digunakan untuk menerima keluhan-keluhan masyarakat yang memiliki masalah, biasanya mereka mengadukan permasalahannya kepada ketua adat di dalam ruangan ini.

Ambir Tengah sering disebut Lamin Bantong, ruang ini biasa digunakan sebagai tempat pemuka adat bersidang menentukan suatu perkara dan keputusan adat.

Ambir Kanan biasa disebut Ulad Kemagot, adalah ruangan yang  biasa digunakan untuk beristirahat dan bersantai.

Lamin Dalom adalah ruangan yang biasa digunakan kepala suku Dayak atau biasa disebut singgasana ketua suku.

Jika kita melihat ke bagian belakan dari rumah adat Baloy, maka kita akan melihat adanya bangunan yang dibuat di tengah-tengah kolam yang  biasa disebut Lubung Kilong. Bangunan ini merupakan bentuk dari perlambangan kesenian suku Tidung, biasanya tempat ini digunakan sebagai tempat tarian jepen.

Pada bagian belakang Lubung Kilong terdapat bangunan besar yang disebut lubung intamu. Lubang Intamu merupakan tempat pertemuan resmi yang biasa digunakan masyarakat dalam acara seperti pelantikan pemangku adat dan musyawarah antar suku se-Kalimantan.

Mbaru Niang

static.dezeen.com
static.dezeen.com

Jika kamu pernah menjelajahi Kampung Wae Rebo-Pulau Flores Indonesia, mungkin kamu akan menemukan rumah yang satu ini. Rumah adat Mbaru Niang sangatlah unik. Ia memiliki bentuk yang mengerucut dan terdiri dari 5 lantai.

Upaya konservasi Mbaru Niang telah mendapatakan penghargaan tertinggi dari kategori Konservasi Warisa budaya oleh UNESCO (Asia-Pasifik 2012). Selain itu Mbaru Niang juga menjadi salah satu kandidat peraih Penghargaan Aga Khan pada tahun 2013.

Rumah adat Mbaru Niang memiliki 5 lantai, yang disetiap lantainya memiliki level dan fungsi masing-masing.

  • Lantai pertama dinamakan lutur difungsikan sebagai tempat tinggal dan berkumpulnya keluarga. Tingkat lutur terbagi menjadi tiga, bagian depan untuk ruang bersama atau ruang bersama. Dibagian dalam merupakan kamar-kamar yang tersekat menggunakan papan dan dapur dibagian tengah rumah.
  • Lantai kedua merupakan lobo atau loteng yang digunakan sebagai untuk menyimpan bahan makanan dan barang-barang kebutuhan sehari-hari.
  • Lantai ketiga dinamakan lentar berfungsi untuk menyimpan benih tanaman pangan, seperti jagung, padi serta kacang-kacangan.
  • Lantai keempat dikenal dengan lempa rae digunakan sebagai stok gudang makanan sebagai alternatif bila terjadi kekeringan.
  • Lantai kelima dinamakan hekang kode berfungsikan sebagai tempat sesaji persembahan kepada leluhur.

Setiap rumah terdapat dua buah pintu, diantaranya ialah pintu depan dan pintu belakang serta empat jendela kecil. Tiap pintu depan rumah dibangun menghadap kearah compang.

Compang adalah titik pusat Kampung Wae Rebo yang terletak di batu melingkar depan rumah utama. Compang juga merupakan pusat kegiatan warga untuk mengaktualisasi diri terhadap alam, roh leluhur dan tuhan.

Rumah Belah Bubung

2.bp.blogspot.com
2.bp.blogspot.com

Rumah belah bubung atau biasa disebut Rumah rabung merupakan rumah adat yang berasal dari kepulauan riau. Konon katanya, nama ini diberikan oleh orang asing yang dahulu mendatangi indonesia seperti Belanda dan Cina. Sekilas jika dilihat rumah ini memiliki model bangunan yang sama dengan rumah panggung. Selain itu, rumah belah bubung memiliki bentuk atap yang menyamai bentuk pelana kuda. Jika kamu ingin membuat bangunan ini, disarankan agar tidak membangun dengan sembarangan. Hal ini dikarenakan ada beberapa tahap yang dipercaya mampu menghindari pemilik rumah dari kesialan.

Ukuran rumah ini menunjukan tingkat perekonomian sang pemilik rumah. Makin besar ukuran rumah, makin besar pula tingkat perekonomian yang dimiliki. Begitupun sebaliknya.

Ruangan rumah belah bubung terbagi menjadi empat diantaranya ialah selasar, ruang induk, ruang penghubung, dapur dan kapur. Bahan dasar rumah belah bubung ialah dari kayu dibuat melalui beberapa proses dan perhitungan yang matang bertujuan agar penghuni rumah terhindar dari sial.

Rumah belah bubung memiliki ukuran berbeda-beda, tergantung dari nilai ekonomi pemiliknya. Dapat dinilai dari semakin besarnya ukuran rumah belah bubung maka semakin kuat juga kemampuan ekonomi pemiliknya.

Menurut bentuk atapnya, rumah belah bubung dibedakan diantaranya ialah :

  • Rumah lipat pandan (beratap curam)
  • Rumah lipat kajang (beratap sedikit mendatar)
  • Rumah atap layar atau dikenal dengan juga dengan Ampar labu (bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain)
  • Rumah perabung panjang (atapnya sejajar dengan jalan raya)
  • Rumah perabung Melintang (atapnya tidak sejajar dengan jalan)

Rumah Adat Lopo

Rumah Adat Lopo
widyatama.ac.id

Lopo merupakan rumah adat yang berasal dari Propinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah yang keberadaannya semakin terkikis oleh perkembangan zaman ini pada awalnya dianggap sebagai rumah serbaguna karena rumah model ini memang memiliki banyak kegunaan. Meskipun sudah semakin sedikit warga yang memakai model rumah seperti ini, namun suku Abui yang tinggal di Kabupaten Alor masih setia untuk menggunakannya.

Rumah lopo terbuat dari 2 bahan utama yang keduanya terbuat dari bahan alami, yaitu bambu dan alang-alang. Masyarakat suku Abui memanfaatkan bambu untuk digunakan sebagai lantai dan rangka atapnya dan alang-alang sebagai atapnya. Sedangkan untuk pondasi penyangganya, mereka memakai kayu jati atau yang sejenisnya. Yang unik dari rumah adat ini adalah ia tidak memiliki dinding sama sekali.

Meski terlihat sangat sederhana, rumah adat lopo terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama adalah tempat untuk memasak, menerima tamu dan bersantai. Lantai kedua digunakan sebagai kamar tidur dan yang ketiga sebagai tempat penyimpanan bahan makanan.

Bagian tengah rumah lopo terdapat 4 tiang yang ditengahnya terdapat sebuah tungku perapian. Empat tiang tersebut berguna untuk membuat para-para atau jika dalam bahasa adalah pogo. Fungsi dari para tersebut merupakan tempat menyimpannya hasil panen seperti padi, jagung, kacang, tanah, kacang-kacangan dan ubi.

Paparan asap yang dihasilkan dari tungku perapian merupakan sebuah teknologi yang sangat sederhana untuk mengawetkan bahan pangan ialah dengan pengasapan. Ukuran tinggi para-para tersebut kurang lebih sekitar 170 cm bertujuan agar mudah dijangkau oleh para penghuninya.

Dibagian atas para-para terdapat atap rumah bulat. Rangka dari atap tersebut ialah terbuat dari bahan kayu kasuari yang kemudian disusun melingkar berbentuk kerucut dibagian atasnya.

Kebanyakan wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri yang berkunjung ke Lengge Wawo untuk melihat sekaligus meneliti sejarah tentang Uma Lengge.

Lengge Sambori adalah salah satu aset obyek wisata desa adat yang dicanangkan langsung oleh pemerintah Kabupaten Bima Sambori. Lokasinya persis terletak diantara lembah gunung Lambitu yang sejuk dan dingin belum terkena polusi udara.

Rumah Adat Uma Lengge

Rumah Adat Uma Lengge
flickr.com

Uma lengge adalah rumah adat peninggalan nenek moyang suku Bima. Pada awalnya, tempat ini digunakan hanya untuk menyimpan padi atau hasil bumi lainnya. Alasannya adalah, agar tidak tercipta efek domino yang merugikan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada perumahan penduduk, contohnya kebakaran. Apabila rumah penduduk mengalami kebakaran, penduduk akan masih memiliki persediaan padi untuk makan. Sehingga komplek uma lengge memang dibuat jauh dari pemukiman warga.

Seiring perkembangan waktu, masyarakat suku Bima mulai menggunakan uma lengge sebagai tempat tinggal tetap. Hanay saja untuk saat ini, hanya diketahui tinggal satu desa saja yang masih melestarikan rumah adat ini, yaitu Desa Maria, Kabupaten Bima. Meski begitu, susunan yang rapi dan unik pada perumahan adat ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang datang.

Seiring perkembangan zaman, Uma Lengge telah banyak perubahan untuk disesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Atapnya banyak yang berbahan dari seng, fungsinya juga sudah bukan rumah tinggal lagi namun hanya sebagai lumbung .

Lengge-lengge yang terdapat di wawo sekarang ini telah banyak yang dialih fungsikan sebagai lumbung padi. Keberadaan lengge di kecamatan Wawo telah mejadi salah satu objek wisata budaya di kabupaten Bima.

Rumah Adat Betang

Rumah Adat Betang
gpswisataindonesia.blogspot.com

Rumah betang merupakan rumah adat khas Kalimantan yang tersebar di hulu-hulu sungai di pulau tersebut. Biasanya, ia menjadi pusat pemukiman bagi masyarakat suku Dayak. Rumah adat ini memiliki ciri yaitu bentuknya panggung dan memanjang. Tidak tanggung-tanggung, rumah betang bisa mencapai 100 meter panjangnya dengan lebar 15 meter.

Biasanya, rumah ini dihuni oleh sekitar 70an jiwa atau sekitar 10 keluarga. Semua suku Dayak, kecuali Suku Punan yang hidup mengembara, memiliki rumah adat mirip dengan rumah betang ini, yaitu dengan model memanjang. Ini bedanya Suku Punan dengan suku-suku Dayak lainnya.

Rumah Betang menggambarkan suatu hunian yang sederhana. Meski tak nampak dihiasi barang-barang perabot yang mahal atau mewah, namun rumah ini sarat akan makna dan nilan-nilai kehidupan, utamanya bagi keluarga suku Dayak yang tinggal di dalamnya. Selain sebagai kediaman tempat tinggal keluarga, rumah ini juga merupakan pusat kebudayaan bagi kehidupan masyarakatnya.

Rumah Betang merupakan simbol bagi warga suku Dayak sekaligus memperlihatkan bahwa antar masyarakat terjalin suatu hubungan yang akrab. Mereka hidup damai dan harmonis, mencintai satu sama lain dan dibuktikan dengan mendiami rumah Betang bersama secara berdampingan. Bisa dibilang tempat inilah pusat kehidupan masyarakat Suku Dayak.

Rumah Betang menjadi tempat yang istimewa. Disini sesama anggota penghuni rumah dapat berbincang-bincang, berbagi tentang kisah, pengetahuan, pengalaman, dan tempat untuk saling bertukar pikiran antar anggota penghuni rumah. Tentu ini adalah cara masyarakat suku Dayak dalam rangka membina keakraban antar penghuni rumah.

Dengan sedikitnya jumlah pemakai, sudah otomatis punahnya rumah betang (apabila tidak diurus oleh pemerintah) hanya tinggal menunggu waktu saja. Apalagi, sekarang pengaruh globalisasi juga mulai hinggap di kalangan anak muda suku Dayak.

Rumah Adat Bola Soba

Rumah Adat Bola Soba
blogaramelia.blogspot.co.id

Bola soba adalah rumah adat yang berasal dari Sulawesi Selatan. Ketika masih aktif digunakan, rumah ini dipakai untuk bangsawan atau keluarga raja dari suku Bugis. Bola soba adalah bahasa bugis yang apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi “Rumah Persahabatan”.

Sebutan rumah adat Bola Soba ini sendiri mempunyai kisah sejarah yang panjang. Rumah adat bangsawan ini dibangun di akhir abad ke-19. Tepatnya di masa pemerintahan Raja Bone ke-30. Tujuan awal dibangun rumah adat Bola Soba adalah sebagai tempat kediaman sang raja kala itu, yakni raja La Pawawoi Karaeng Sigeri.

Kisah berlanjut ketika rumah Bola Soba ini ditempati oleh putra raja La Pawawoi, Baso Pagilingi Abdul Hamid. Raja memerintahkan anaknya untuk menjadi panglima perang atau “Petta Ponggawae” kerajaan. Sang putra raja akhirnya resmi diangkat menjadi panglima perang dari Kerajaan Bone.

Kemudian pada masa itu datanglah Belanda yang dengan sekuat tenaga ingin menguasai daerah Sulawesi. Kerajaan-kerajaan yang ada di penjuru pulau Sulawesi menjadi incaran Belanda, tak terkecuali Kerajaan Bone. Akhirnya sang Petta Ponggawae berhasil ditaklukkan, dan kerajaan Bone runtuh. Sejak saat itu Belanda berkuasa, maka rumah Bola Soba dijadikannya sebagai markas tentara.

Singkat cerita pada tahun 1912, oleh Belanda rumah adat bangsawan Bola Soba akhirnya beralih fungsi. Rumah yang dulunya menjadi tempat istimewa, kediaman menetap para bangsawan berubah menjadi penginapan atau rumah singgah bagi tamu-tamu Belanda kala itu. Maka dari itu rumah ini disebut rumah persahabatan atau Bola Sabo.

Saat ini, bola soba benar-benar hanya tinggal sejarah. Tidak ada lagi keluarga raja yang di rumah model kuno tersebut dan lebih memilih tinggal di rumah modern. Beberapa rumah adat bola soba yang tersisa saat ini dimanfaatkan sebagai museum sejarah.

Rumah Adat Honai

Rumah Adat Honai
desainrumah99.web.id

Honai merupakan rumah adat khas Papua, khususnya bagi suku-suku yang tinggal di pegunungan. Hal ini tidak terlepas dari desain rumah honai dimana ia memiliki bentuk yang sempit dan tidak memiliki jendela guna menahan hawa dingin yang menusuk. Biasanya, honai hanya dibangun setinggi 2,5 meter dan di tengah rumah disiapkan api unggun untuk menghangatkan diri.

Seperti kebanyakan rumah-rumah tradisional yang ada di pedalaman-pedalaman, rumah Honai memakai kayu untuk dinding-dindingnya. Adapun atapnya memakai batang-batang jerami dan ilalang yang dibentuk mengerucut, sehingga jika dilihat dari jauh bentuk rumah-rumah ini menyerupai jamur.

Dalam satu keluarga, biasanya mereka memiliki 3 honai sekaligus yang berguna untuk tempat makan bersama, tempat tidur serta kandang hewan ternak. Pada honai yang digunakan untuk tempat tidur terdapat 2 lantai. Lantai dasar biasa digunakan untuk para pria sekaligus berjaga dan lantai kedua adalah khusus untuk wanita.

Ada 3 jenis rumah Honai. Yang pertama Honai itu sendiri, yakni sebutan untuk rumah bagi kaum pria. Selanjutnya Ebei yang dikhususkan untuk tempat tinggal wanita. Yang terakhir disebut Wamai, yakni rumah untuk kandang babi. Dari dua tingkat lantai yang dibangun, biasanya lantai dasar digunakan untuk istirahat. Sedangkan lantai yang kedua lebih sering dipakai dalam kegiatan keluarga sehari-hari.

Mirip dengan daerah lainnya, masalah yang dihadapi rumah adat honai untuk eksistensinya adalah pengaruh globalisasi, sehingga perhatian dari pemerintah sangat diperlukan agar rumah adat honai terus terjaga dari kepunahan. Contoh langkah sederhana yang bisa dilakukan adalah dengan mengadakan perlombaan rumah honai atau yang sejenisnya.

Rumah Krong Bade

Rumah Krong Bade
tradisikita.my.id

Rumah adat khas Nanggroe Aceh Darussalam ini biasa disebut oleh penduduk setempat dengan sebutan rumoh Aceh. Krong Bade memiliki ciri khas berupa tangga depan yang biasanya digunakan oleh para penghuni dan tamu untuk masuk ke dalam rumah. Umumnya jumlah anak tangga di dalam Rumah Krong Bade terhitung ganjil. Selain itu, Rumah Krong Bade dihiasi dengan berbagai macam ukiran pada bagian dinding rumah. Banyaknya ukiran pada dinding Rumah Krong Bade biasanya tergantung dari kondisi kemampuan ekonomi si pemilik rumah.

Selain mempunyai ciri khas yang berbeda, seperti anak tangga dan ukiran-ukiran sarat makna, ada hal lagi yang menjadikan rumah adat Krong Bade berbeda dari rumah adat lainnya. Ialah pembagian ruangan. Di setiap rumah adat Krong Bade punya pembagian ruangan tersendiri. Ada 4 bagian dalam rumah Krong Bade, dan tiap ruangan memiliki fungsi masing-masing.

Ruang bagian bawah difungsikan sebagai gudang penyimpanan, baik berupa barang-barang lama, hasil pertanian atau mesin-mesin. Selain itu bagi masyarakat Aceh khususnya kaum hawa, ruangan bawah ini juga difungsikan menjadi tempat pembuatan kain sekaligus menjual kainnya. Sedangkan ruang depan difungsikan untuk ruang istirahat keluarga, atau kegiatan lain seperti tempat belajar anak-anak. Ruang yang tidak memiliki kamar ini juga dipakai sebagai ruang untuk menerima tamu.

Untuk ruang tengah (seuramoe teungoh) dikenal juga sebagai rumah inong. Ruangan ini merupakan ruangan inti dari sebuah rumah Krong Bade. Ruangan ini benar-benar ruang khusus. Disinilah tempat tidur kepala keluarga. Anggota keluarga tidak boleh sembarangan masuk ruangan ini, apalagi tamu atau orang lain. Ruangan tengah ini bercirikan desainnya yang lebih tinggi dari ruang depan, serta di sisi kanan kirinya terdapat kamar.

Di ruang tengan ini hanya boleh dipakai untuk seluruh anggota keluarga di waktu-waktu tertentu saja. Misalnya ketika acara pernikahan, ruang tengah ini dijadikan sebagai ruang tidur mempelai. Atau ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, maka ruang tengan ini digunakan sebagai ruang untuk pemandian mayat.

Yang terakhir adalah ruang belakang (seurameo likot). Ruang yang difungsikan sebagai dapur rumah ini juga mempunyai kegunaan hampir sama dengan ruang depan, yakni sebagai tempat bersantai dan bercengkrama antar anggota keluarga. Desainnya pun dibuat sama dengan ruang depan, yaitu tidak memiliki kamar di sisi-sisinya serta letaknya lebih rendah dari ruang bagian tengah.

Rumah Krong Bade kini telah menjadi salah satu warisan rumah adat budaya Indonesia yang hampir punah. Hal ini disebabkan karena masyarakat Aceh mulai menempati rumah-rumah modern dibandingkan dengan perawatan Rumah Krong Bade yang perawatannya jauh lebih mahal.

Rumah Lamin

Rumah Lamin
nobertamebang.blogspot.com

Berbentuk panjang dan berpanggung merupakan ciri khas dari rumah adat khas Kalimantan Timur ini. Hal inilah yang menyebabkan rumah Lamin dapat ditempati oleh beberapa kepala keluarga sekaligus. Salah satunya adalah Rumah Lamin di Kalimantan Timur yang dihuni oleh 12 sampai dengan 30 keluarga.

Suku Dayak umumnya menggunakan rumah adat berjenis ini sebagai identitas jati diri mereka di masyarakat. Pada bagian dinding Rumah Lamin terdapat beberapa ukiran atau gambar yang mempunyai makna khusus bagi para penghuni suku Dayak di Kalimantan Timur. Sebagian masyarakat Dayak beranggapan bahwa gambar dan beberapa ukiran tersebut memiliki kekuatan magis yang dapat menjaga kelangsungan hidup keluarga mereka dalam satu rumah dari kondisi bahaya apapun.

Ciri Khas Rumah Adat Lamin

Beberapa ciri khas unik rumah adat lamin telah membuat rumah adat dayak ini sangat mudah dikenali. Diantara ciri khas rumah adat lamin antara lain yaitu:

Warna yang Khas

Rumah adat lamin ini juga memiliki ciri khas warna-warna cerah yang menambah kecantikan dasar dindingnya. Warna hitam, kuning, biru dan merah merupakan warna utama dalam dekorasi rumah adat Kalimantan Timur ini. Warna hitam bermakna keteduhan, putih bermakna kesucian jiwa, merah bermakna keberanian, dan kuning bermakna kewibawaan.

Kontruksi Bangunan

Salah satu ciri rumah adat Kalimantan Timur ini selanjutnya yaitu terletak pada kontruksi bangunannya. Rumah adat lamin ini dibangun dengan menggunakan kayu ulin. Kayu ini merupakan kayu pilihan yang hanya bisa didapatkan dari hutan Kalimantan. Kayu ulin ini sangatlah kuat dan tidak mudah lapuk. Bahkan apabila kayu terkena air, maka justru akan semakin keras dan kuat.

Pembagian Ruangan

Umumnya rumah adat lamin dibagi menjadi 3 ruangan, ruang tamu, ruang tidur dan ruang untuk memasak atau dapur. Ruang tamu merupakan ruang luas dan panjang yang biasanya dipergunakan untuk acara pertemuan adat dan menerima tamu. Ruang tidur di pisah-pisah berdasarkan fungsinya, yakni untuk wanita dan laki-laki. Akan tetapi ada juga ruang tidur yang khusus dibuat untuk pasangan suami istri

Tangga dan Kolong Rumah

Dikarenakan bentuknya panggung, rumah adat dayak Kalimantan Timur ini dilengkapi dengan sebuah tangga. Tangga ini berguna sebagai jalan keluar masuk rumah. Di bagian bawah, kolong rumah ini biasanya di manfaatkan menjadi kandang ternak seperti sapi, kambing dan ayam.

Aksesorir Rumah

Rumah adat lamin biasanya dilengkapi aksesoris atau ornamen yang khas. Ornamen yang di utamakan yaitu totem atau patung-patung. Patung ini adalah dewa-dewa yang diyakini warga dayak sebagai penjaga rumah dari malapetaka.

Tanean Lanjhang

Tanean Lanjeng
stevenbrahma.deviantart.com

Penduduk Madura memang dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi tali persaudaraan antar sesama. Salah satu contoh bahwa mereka benar-benar menjunjung tinggi ikatan terlihat dari pola rumah adatnya. Adalah Tanean Lanjhang atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan halaman panjang yang merupakan bagian dari rumah adat khas Madura.

Tanean Lanjeng terbentuk karena sejumlah rumah yang ditata secara berjajar dengan rumah induk yang berada di tengah-tengah. Rumah induk biasanya ditandai dengan jengger ayam di bagian atapnya. Orang tertua dalam suatu keluarga diwajibkan untuk menempati rumah induk tersebut agar menjadi Kepala Somah. Setelah itu, kepala somah memiliki wewenang dalam mengatur semua kebijakan yang ada di dalam keluarga, khususnya menyangkut masalah pernikahan.

Rumah tanean lanjeng hanya mempunyai satu pintu di depan. Hal ini bertujuan supaya pemilik rumah bisa mengontrol segala aktifitas keluar dan masuk anggota keluarganya. Pada pintu ini terdapat hiasan ukiran khas Madura dengan warna merah dan hijau, yang melambangkan perjuangan dan kesetiaan. Lukisan bunga juga menjadi penghias dinding bagian depan rumah, lukisan ini melambangkan keharmonisan dan kebahagiaan keluarga.

Biasanya setiap rumah juga di lengkapi dengan sebuah surau. Surau ini, disamping berguna untuk tempat ibadah, juga menjadi tempat bagi Kepala Somah, untuk mengontrol orang-orang yang keluar dan masuk halaman rumahnya. Masyarakat Madura biasa menyebut surau ini dengan sebutan langgar atau musholla.

Rumah Limas

Rumah Limas
wikimedia.org

Rumah Limas khas Sumatera Selatan ini memiliki bangunan yang bertingkat-tingkat sesuai dengan filosofi budayanya sendiri. Tingkat-tingkat tersebut biasanya disebut oleh masyarakat dengan nama bengkilas. Rumah Limas memiliki luas antara 400 hingga 1000 meter persegi.

Kayu tembesu digunakan sebagai bahan material dasar dalam pembuatan lantai, dinding serta pintu Rumah Limas. Sementara itu, untuk pembuatan tiang rumah umumnya masyarakat menggunakan kayu unglen kedap air.

Di sisi lain, aksesoris atau ukiran yang terdapat di dalam Rumah Limas pun mempunyai arti-arti tertentu. Apabila Anda melihat dengan seksama ke bagian dalam rumah ini, akan terlihat ornamen simbar atau tanduk yang ada di bagian atas atap.

Simbar dengan hiasan bunga Melati melambangkan mahkota yang bermakna kerukunan dan keagungan rumah adat ini. Aksesoris tanduk yang terdapat di atap juga memiliki makna tertentu sesuai dengan jumlahnya.

Saat ini pembangunan Rumah Limas di Sumatera Selatan sudah sangat jarang didirikan. Hal ini diakibatkan karena luas wilayahnya yang terlalu lebar sehingga memakan banyak biaya jika dibandingkan dengan membangun rumah biasa.

Lontiok

Lontiok
id.worldmapz.com

Lontiok memiliki ciri khas berupa beberapa tiang penyangga yang saling menopang di tiap bagiannya. Rumah khas Riau ini sengaja dibangun dengan permukaan yang tinggi agar mereka terhindar dari serangan binatang buas serta ancaman dari beberapa suku lain. Selain itu, bagian bawah dari rumah Lontiok juga bisa dimanfaatkan untuk memelihara berbagai hewan dan binatang ternak.

Arsitektur tradisional rumah adat Lontiok ini memiliki berbagai nilai budaya yang tinggi, terlihat dari awal tahap pembangunannya hingga selesai. Dalam bangunan tersebut terdapat makna dan filosofi yang sangat dalam hubungannya dengan pembentukan karakter dan sikap hidup warga kampar.

Struktur bangunan Rumah Lontiok mempunyai arti yang kesemuanya berhubungan dengan sistem kekeluargaan dalam hidup bermasyarakat. Ia melambangkan hubungan antar individu, antara orang tua, anak dan antar anggota masyarakat lainnya. Selain itu struktur bangunan rumah adat lontiok ini memiliki makna kebesaran sang pencipta

Rumah Lontiok merupakan salah satu Budaya Indonesia yang wajib untuk dilestarikan. Rumah Lontiok kini sudah jarang untuk ditemukan karena sudah mulai termakan usia, bahkan jika ada sekalipun pastinya sudah mulai terlihat tidak terawat. Di Dusun Pulau Belimbing Desa Sipungguk terdapat salah satu Rumah Lontiok yang sudah tidak terawat lagi kondisinya. Meskipun begitu, Rumah Lontiok ini masih dapat menjadi objek wisata yang menarik jika pemerintah berupaya untuk merawatnya.

 

Rumah Adat Suku Baduy

kebudayaanindonesia.net

Rumah Adat Baduy

Pada sub bab ini kita akan membahas mengenai rumah adat Baduy, secara umum rumah adat Baduy ialah rumah panggung yang mana hampir semua bahan rumah dibuat dan dibentuk dari bambu.

Rumah adat Baduy dibuat dengan tingkat kesederhanaan yang tinggi dan memiliki semangat kemanusiaan yang rindu akan rasa nyaman dan perlindungan.

Rumah adat Baduy dibuat dan dibangun menyesuaikan dengan bentuk tanah, misalnya pada keadaan tanah yang miring dan tidak rata maka biasanya bangunan disangga dengan tumpukan batu, dan batu yang digunakan untuk menyangga adalah batu kali, yang mana batu ini berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan dan menahan agar bangunan yang ada tidak ikut terkena longsor.

Sedangkan secara tekstrur rumah adat Baduy dibuat tinggi dan memiliki bentuk panggung.

Sedangkan bagian atapnya dibuat dari daun yang biasa disebut dengan sutah nyada. Nyada memiliki arti yaitu sikap bersandar, yang mana sandaran yang dimaksud ialah bukan sandaran yang lurus, melainkan sandaran yang agak merebah ke belakang.

Yang menjadi ciri khusus dari atap rumah adat Baduy iyalah terdapat adanya salah satu sulah nyada  yang sengaja dibuat lebih panjang dan memiliki tingkat kemiringan yang lebih rendah pada bagian rangka atapnya.

Adapun kita akan melihat bahwasannya rumah adat Baduy memiliki bilik rumah serta pintu rumah yang terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal, yang mana teknik ini jelas sangant mengandalkan perkiraan dalam ukuran anyamannya, sehingga dalam adat Baduy teknik seperti ini biasa disebut dengan sarigsig. Kemudian kunci rumah adat Baduy dibuat dengan teknik memalangkan dua buah kayu berukuran besar yang mana cara membuka dan menguncinya hanya cukup dengan menarik dan atau mendorongnya.

Kemudian di dalam rumah adat Baduy terdapat 3 ruangan yang menghiasinya.

Untuk ruangan yang pertama disebut dengan nama immah  yaitu ruang bagi kepala keluarga dan juga dapur , kemudian ruangan yang kedua disebut dengan nama tepas yang mana ruangan in terdiri dari ruangan tidur bagi anak-anak dan juga sebagai ruang makan, kemudian yang ketiga disebut sosoro  yang mana ruang ini berfungsi sebagai ruang tamu untuk menerima dan menjamu tamu yang berkunjung ke rumah ini.

Suku Baduy memiliki kehidupan dan tingkah laku sehari-hari yang sangat dekat dan ramah dengan alam. Sehingga tidak heran apabila suku Baduy memiliki naluri yang cukup baik, yang mana hal ini mereka dapatkan dari kebiasaan mereka untuk  menyelaraskan diri mereka dengan lingkungan alam sekitar.

Jika kita datang ke desa suku Baduy, maka kita akan melihat bahwa bangunan rumah adat suku Baduy akan saling berhadapan satu sama lain yang mana masing-masing rumah hanya boleh menghadap ke arah utara maupun selatan.

Adapun jika ada rumah yang menghadap ke arah barat dan timur, maka secara adat hal ini tidak diperkenankan karena melanggar adat yang ada.

Selain memiliki rumah adat yang unik, suku Baduy juga memiliki kebiasan yang sangat baik dengan alam sekitar mereka, dengan besarnya tingkat peduli dan perhatian mereka terhadap alam sekitar, maka mereka memiliki kebiasaan yang unik, yaitu mereka tidak akan pernah mengubah serta mengolah keadaan lahan yang ada disekitar mereka.

Sebaliknya kita akan melihat bahwasannya mereka sangat memperhatikan keadaan alam sehingga kita akan melihat bahwasannya rumah-rumah yang mereka bangun sangatlah susuai dengan kondisi alam yang ada, yang mana mereka sengaja melakukannya demi keberlangsungan alam sekitar mereka.

Rumah Adat Sulawesi Tengah

rumah adat sulawesi tengah
http://adat-tradisional.blogspot.com/

Provinsi Sulawesi Tengah telah dihuni oleh masyarakat yang beraneka ragam dari berbagai macam suku, mulai dari suku Bugis, Kaili, Pamona, Gorontalo dan masih banyak lagi. Budaya Sulawesi Tengah terbentuk dari suku-suku tersebut.

Jika membahas mengenai rumah adat yang dijadikan sebagai ikon budaya Sulawesi Tengah, kamu akan menemukan rumah adat yang bernama Rumah Tambi. Rumah adat tersebut berasal dari suku Kaili dengan keunikan yang dimilikinya kini dijadikan sebagai ikon rumah adat Sulawesi Tengah.

Rumah Adat Sulawesi Tengah

Terdapat 2 jenis rumah yang dapat ditemukan pada budaya suku Kaili Sulawesi Tengah, ialah rumah Tambi dan rumah Souraja. Rumah Souraja merupakan rumah yang hanya digunakan oleh para bangsawan dan keluarga kerajaan saja, sedangkan rumah Tambi digunakan oleh masyarakat Kaili biasa.

Struktur Rumah

Rumah tambi berstruktur seperti rumah panggung pada umumnya yang memiliki tiang penyangga pendek dengan ketinggian kurang dari 1 meter. Tiang-tiang tersebut memiliki jumlah 9 dan saling dilekatkan satu sama lain dengan balok kayu yang dipasak.

Tiang-tiang yang digunakan sebagai penyangga lantai dan kerangka rumah untuk menopang pondasi berupa batu persegi dengan ukuran lebih besar dibagian bawahnya.

Tiang-tiang kokoh penyangga rumah adat Sulawesi Tengah tersebut merupakan terbuat dari bahan kayu bonati, kayu berjenis hutan yang bertekstru kuat dan tahan lapuk.

Tiang-tiang tersebut memiliki peran sebagai penyangga rangka lantai yang berbahan papan. Lantai rumah tersebutu dibuat dari bahan papan yang bersusunan saling berdekatan. Luas lantainya memiliki ukuran kurang lebih 5 x 7 meter.

Rumah Tambi memiliki desain unik yang terdapat pada konstruksi atapnya. Atap rumah Tambi memiliki bentuk seperti prisma dengan sudut kecil pada bagian atasnya sehingga terlihat menjulang tinggi dan dapat menaungi semua bagian rumah.

Atap rumah Tambi terbuat dari daun rumbia atau terkenal dengan bahasa Indonesianya ijuk. Ijuk tersebut memanjang ke bawah dan memiliki fungsi sekaligus sebagai dinding luar.

Untuk mendapatkan akses keluar masuk rumah terdapat sebuah tangga dan pintuk masuk pada bagian depan. Tangga dan pintu mempunyai ukiran-ukiran bermotif etnik suku kaili sebagai hiasan.

Tidak hanya itu, tangga pada umumnya mempunyai anak tangga yang memiliki jumlah ganjil jika si pemilik rumah hanya rakyat biasa dan berjumlah genap jika pemilik rumah adalah ketua adat.

Fungsi Rumah Adat

Rumah adat Tambi disaat sekarang ini hanya difungsikan sebagai simbol budaya saja bagi masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah. Namun, dijaman dulu rumah adat tersebut juga difungsikan sebagai rumah tinggal untuk sebagian besar masyarakat suku Kaili.

Walaupun memiliki fungsi untuk tempat tinggal, kini rumah adat Sulawesi Tengah tersebut tidak seperti rumah adat Indonesia lainnya yang dibagi atas ruangan khusus. Bagian pada rumah Tambi tidak bisa dipsahkan kecuali hanya terdiri dari 1 ruangan besar yang mempunyai banyak fungsi.

Untuk kegiatan sehari-hari, seperti memasak, menerima tamu, tidur, beristirahat, berkumpul dengan keluarga, semuanya dilakukan dalam satu ruangan tersebut.

Rumah tambi yang hanya mempunyai satu ruangan saja maka masyarakat Kaili dijaman dulu dengan melengkapinya dengan 2 bangunan tambahan, yaitu Buho atau Gampiri dan Pointua.

Buho merupakan rumah khusus yang berbentuk seperti rumah Tambi yang terletak tidak jauh dari rumah utama. Buho Memiliki bangunan khusus yang terdiri dari 2 lantai, lantai pertama digunakan sebagai tempoat menerima tamu dan lantai kedua digunakan untuk menumbuk padi.

Rumah Adat Balla Jambu

Pada sub judul kali ini kita akan membahas beberapa aspek tentang rumah adat Balla Jambu, yakni tentang: Apa sih rumah adat Balla Jambu, dimana letaknya, dan apa saja keunikan dan ciri khas dari rumah adat ini. Mari kita mulai.

Sekilas tentang Rumah Adat Balla Jambu

Balla Jambu adalah nama sebuah rumah adat di daerah Bulutana, Gowa, Sulawesi Selatan. Kalau secara letak geografis tempat ini berada di LS: 16 27.8 dan BT: 119 50 31.7, yakni persis 6 kilometer dari kota Malino (salah satu kota wisata paling terkenal di Sulawesi Selatan)

Berdasarkan arsip sejarah rumah adat Balla Jambu sudah dibangun sejak ratusan tahun silam, yakni pada masa kerajaan Gowa. Kalau dihitung-hitung itu lebih dari 400tahun silam.

Pada masa pertama pembangunan, Balla Jambu digunakan atau ditinggali oleh raja yang menjadi pengawas di wilayah tersebut, raja tersebut lebih dikenal dengan istilah Karaeng -dalam bahasa setempat- yang berarti pemimpin tertinggi.

Tapi walaupun rumah adat Balla Jambu telah berumur ratusan tahun dan dijadikan sebagai tempat bersejarah,  rumah Balla Jambu tetap bisa ditinggali loh. Bahkan beberapa acara adat di daerah Bulutana , dan masih cukup sering dipakai tinggal oleh kareang yang sekarang.

Letak Geografis Rumah Adat Balla Jambu

Tadi di atas saya sudah menyinggung sedikit tentang letak dari rumah adat Balla Jambu ini, yakni bertepat di LS: 16 27.8 BT: 119 50 31.7 atau 6 kilometer dari Malino.

Sekarang mari kita bahas sedikit lebih jauh.

Rumah adat Balla Jambu terletak di daerah yang cukup sulit terjangkau, yakni di daerah perbukitan. Kita bahkan diharuskan melewati jalan -yang cukup ekstrem- terjal, berkelok, dan masih beraspal kasar.

Nggak hanya itu, sepanjang perjalanan menuju tempat ini kamu akan disuguhi pemandangan jalanan dengan jurang di sisi kanan dan sisi kiri. Yap, benar-benar jurang. Makanya kita perlu ekstra hati-hati.

Rumah adat Balla Jambu terletak gak jauh dari rumah adat Balla Lampoa, yakni salah satu rumah bersejarah yang dahulu digunakan pemimpin Belanda sebagai benteng perlawanan melawan pribumi. Kalau sekarang, rumah ini ditinggali oleh Gallarang.

Kamu tau Gallarang? Kalau belum, Gallarang itu adalah sebutan warga setempat untuk pemimpin eksekutif adat. Yap kalau di sistem pemerintahan kita, Gallarang itu setera dengan MPR, secara struktur di bawah persiden -Kareang- tapi secara legalitas dia berkuasa penuh untuk menurunkan si presiden.

Keunikan dan Ciri Khas Rumah Adat Balla Jambu

Sekarang apa saja keunikan dan ciri khas dari rumah adat Balla Jambu? Yap, di rumah adat Balla Jambu ini terdapat banyak sekali keunikan dan ciri khas. Apa saja itu? Saya akan tuliskan dua di antaranya untuk kamu:

  • Umur Rumah yang Telah Mencapai Hampir Setengah Abad

Kayak yang sudah saya bilang di atas, rumah adat ini telah ada sejak masa pemerintahan raja-raja di Nusantara. Dalam hal ini, rumah Balla Jambu sudah ada sejak masa Kerajaan Gowa. Kalian bisa hitung sendiri lah kapan waktu persisinya, yang jelas ini sudah ada sebelum masa penjajahan Portugis dan Belanda.

  • Masyarakat Adat Sekitarnya yang Sangat Menjaga Keotentikan dan Kelesatarian Alamnya

Sebenarnya saya ingin membahas secara panjang di bagian ini, tapi ini secara singkatnya. Masyarakat Bulutana -sangat- menjaga keontentikan dan kelestarian alam mereka. Hal ini terlihat jelas dari keseharian dan sturuktur pemerintahan di wilayah mereka, seperti:

Pembentukan Karaeng, Gallarang, dan pemimpin-pemimpin adat lainnya yang berfungsi sama persis seperti di zaman nenek moyang mereka dahulu, yakni: menjaga hutan, membimbing dan mengayomi masyarakat, menjaga keutuhan dll.

Selain itu, terlihat pula dari keseharian mereka dimana masyarakat sekitar Balla Jambu terbiasa hidup gotong royong. Bahkan mereka terbiasa membantu warga daerahnya untuk membangun (mencetak) sawah tanpa dibayar sedikitpun. Luar biasa bukan?

Nah, demikianlah ulasan singkat tentang rumah adat Balla Jambu. Apa pendapat kamu tentang rumah adat ini? Yuk tuliskan di kolom komentar.

Rumah Adat Dulohupa

stickraft.blogspot.com

Provinsi Gorontalo yang beribukota di Gorontalo termasuk propinsi baru yang ada di Indonesia, yang dulunya masuk dalam bagian provinsi Sulawesi Utara. Terdapat empat rumah adat khas propinsi Gorontalo yakni rumah adat Dulohupa berlokasi di kota Gorontalo, rumah adat Bandayo Poboide di Limboto, rumah adat Ma’lihe/Potiwaluya serta rumah adat Gobel di Bone Bolango.

Rumah Adat Dulohupa

Berlokasi di Kelurahan Limba, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo. Masyarakat Gorontalo menyebut rumah ini sebagai Yiladia Dulohupa Lo Ulipu Hulondhalo. Berbentuk rumah panggung, rumah Dulohupa terbuat dari papan dengan susunan atap yang memiliki berciri khas daerah Gorontalo.

Pada bagian luar terdapat pilar-pilar kayu sebagai hiasan dan simbol dari rumah adat ini. Ciri rumah adat ini adalah mempunyai dua tangga yang ada dibagian kiri serta kanan. Tangga ini merupakan simbol adat atau sering disebut dengan tolitihu.

Rumah panggung khas Gorontalo ini sengaja dipilih karena menggambarkan filosofi tubuh manusia, yakni atap yang diumpamakan sebagai kepala, badan rumah yang menggambarkan tubuh, dan juga pilar-pilar rumah yang melukiskan kaki. Selain itu tujuan rumah berbentuk panggung ini adalah agar terhindar dari bencana banjir yang kerap kali melanda daerah ini.

Pada sisi atap rumah Dulohupa terbuat dari jerami terbaik, dibentuk seperti pelana yakni atap segitiga bersusun dua yang melambangkan syariat juga adat masyarakat Gorontalo. Atap sisi atas melukiskan keyakinan masyarakat Gorontalo pada Tuhan yang Maha Esa, serta meletakkan agama sebagai kebutuhan paling dasar diatas yang lain. Pada atap sisi bawah melambangkan adat dan budaya dari masyarakat Gorontalo.

Di jaman dulu, pada bagian puncak atap rumah adat ada dua batang kayu yang dipasang bersilang pada atas atap atau disebut juga dengan Talapua. Menurut keyakinan masyarakat Gorontalo saat itu, Talapua mampu menghalangi roh-roh jahat mengganggu penghuni rumah. Akan tetapi semenjak agama Islam datang dan menyebar, keyakinan akan hal-hal mistik ini berangsur hilang. Hingga kini Talapua jarang gunakan lagi.

Masuk ke bagian dinding depan, disana ada Tange lo bu’ulu yang diletakkan menggantung di samping pintu masuk rumah Dulohupa. Tange lo bu’ulu melambangkan kesejahteraan masyarakat Gorontalo. Adapun pada sisi bagian dalam rumah adat terlihat luas sebab tidak terdapat banyak sekat di ruangan ini. Sedangkan di dalam rumah ada anjungan yang dikhususkan sebagai tempat peristirahatan raja serta keluarga kerajaan.

Rumah adat Dulohupa didesain mempunyai banyak pilar-pilar kayu. Selain fungsinya sebagai penyokong karena berbentuk rumah panggung, pilar-pilar disini bermakna tersendiri. Di rumah adat ini ada berbagai macam pilar yakni, wolihi (pilar utama) sejumlah 2 buah, pilar depan sejumlah 6 buah, serta potu (pilar dasar) sejumlah 32 buah.

Dulohupa diambil dari bahasa daerah Gorontalo yang mempunyai makna mufakat atau perjanjian. Dalam sejarahnya rumah adat ini dipakai sebagai tempat bermusyawarah oleh keluarga kerajaan dan juga sebagai ruang sidang kerajaan bagi para pengkhianat negara, yakni melalui sidang tiga tahapan pemerintahan.

Adapun tiga langkah tersebut yakni Buwatulo Bala (tahapan keamanan), Buwatulo Syara (tahapan hukum agama Islam) serta Bawatulo Adati (tahapan hukum kebiasaan). Selain itu juga untuk merencanakan kegiatan pembangunan daerah dan merampungkan persoalan masyarakat setempat.

Dewasa ini rumah adat Dulohupa seringkali dipakai untuk pertunjukan daerah, seperti gelaran upacara adat, ataupun gelaran seni dan budaya. Adapun rumah adat Dulohupa di dalamnya terdapat peralatan untuk upacara perkawinan seperti baju pengantin adat, perhiasan, pelaminan serta benda-benda bernilai yang lain.