Sejarah Shenandoah Corporation (Goldman Sachs)

Shenandoah Corporation adalah closed-end fund atau investment trust yang diluncurkan oleh salah satu bank investasi terkemuka di Amerika pada Juli 1929, pada puncak melambungnya pasar saham.

Perusahaan ini ambruk setelah jatuhnya bursa saham Wall Street. Peristiwa ini menyingkapkan piramida leveraged funds yang diciptakan oleh Goldman Sachs, yang menodai reputasi rumah perbankan itu selama beberapa tahun, dna melahirkan Glass-Steagall Acts serta pembentukan Security and Exchange Commission.

Tonggak Sejarah Shenandoah Corporation

1929:

Juli: Pembentukan Shenandoah Corporation, sebuah investment trust, oleh Goldman Sachs.

Agustus: Saham-saham di Shenandoah Corporation ditawarkan kepada publik.

Oktober: Wall Street Crash menyapu habis $30 milyar nilai saham dalam satu pekan.

1932: Saham-saham di Goldman Sachs Trading Company dikeluarkan dengna harga $104 per saham, diperdagangkan hanya $1,75.

1933: Glass-Steagall Act, yang pertama dari sejumlah legislasi yang meregulasi praktik-praktik investasi.

1934: Securities Exchange Act dikeluarkan.

1935: Public Utility Holding Act dikeluarkan.

1940: Investment Company Act dikeluarkan.

Kemajuan teknologi telegraf, jalan kereta api, mobil, dan utilitas memberi bahan bakar bagi melambungnya iklim investasi pada 1920-an. Muncul orang-orang kaya seperti Rockefeller, keluarga du Pont, Vanderbilt, Ford, Morgan, dan Whitney.

Pengeluaran saham baru mendorong publik untuk mempertimbangkan kepemilikan saham sebagai bentuk tabungan. Penjualan saham perusahaan seperti Sears Roebuck, S.H. Kress, United Biscuit, dan American Cities Power & Light, telah memungkinkan perusahaan-perusahaan ini untuk tumbuh dan juga menambah kesejahteraan pemegang saham individual.

Namun seiring dengna itu sebuah industri juga tumbuh, yakni perusahaan-perusahaan investasi yang ditujukan untuk menarik tabungan dari pekerja bergaji tetap dan pemilik bisnis skala kecil. Perusahaan investasi ini diciptakan oleh bank-bank investasi seperti Dillon, Read, dan Goldman Sachs.

Close-end funds atau investment trust ini dipasarkan secara agresif melalui kampanye iklan dan tenaga penjualan yang gajinya tergantung pada komisi. Selain itu investor kecil juga didorong oleh rencana angsuran (installment plans) dan janji bahwa mereka juga  dapat “menghasilkan uang selagi tidur,” karena saham-saham mereka yang diawasi secara ketat terakumulais dalam nilai seperti yang dinikmati oleh orang kaya.

Inflasi Gelembung

Antara tahun 1921 dan 1929, investmen mania meningkatkan jumlah perusahaan investasi di Amerika Serikat dari sekitar 40 menjadi 700. Sebanyak 250 di antaranya didirikan pada 1929 saja.

Bagi perusahaan-perusahaan investasi, setiap close-end fund yang baru, bermakna pemasukan dari komisi dan meningkatnya nilai saham di pasar yang sedang menanjak.

Pasar yang terus meningkat membuat adanya pertumbuhan dan eksposur dari cross-holding antara perusahaan-perusahaan investasi itu sendiri dan bank-bank investasi yang mensponsori mereka.

Investasi dasar pada closed-end fund yang baru itu memang nyata, alias yang dijual adalah saham di perusahaan utilitas atau rantai toko pengecer. Namun lapisan dana di atasnya terdiri dari saham-saham di perusahaan investasi lain.

Masing-masing transaksi ini menghasilkan internal fee income bagi perusahaan yang dimaksud. Tidak ada kewajiban pada pihak perusahaan untuk mengungkapkan sifat portofolio investasinya.

Tentu saja, fund promoters mengklaim bahwa perbuatan seperti ini akan membahayakan kepentingan investor swasta karena mengizinkan pihak lain untuk “mengkopi” portofolio tersebut dan menghindari pembayaran management fee.

Sebaliknya, mitra-mitra dalam bank investasi bukan hanya menerima jutaan dolar underwriting fee untuk setiap new issue. Mereka juga sering menerima saham baru seharga beberapa dolar per saham, terkadang hanya beberapa, sen, namun digembar-gemborkan bernilai ribuan dolar.

Tak adanya transparansi ini memungkinkan bank dan perusahaan untuk memperdagangkan marjin tanpa akuntabilitas atau pengawasan oleh regulator. Akibat lainnya adalah saat anggota New York Stock Exchange dan komunitas investasi Wall Street dapat memilih kapan masuk dan kapan keluar, namun massa investor kecil di luar bursa menjadi phak terakhir yang mengetahuinya.

Adanya watak menggelembung dan mengempisnya ekonomi Amerika sejak hari-hari diperdagangkannya saham telegraf, krisis rel kereta api pada 1873,  dan Knickerbocker Trust pada 1907, maka jatuhnya bursa saham berikutnya hanya perkara waktu.

Rumah Kartu

Tahun 1929, Goldman Sachs sedang menanjak. Bank investasi yang memulai kegiatannya sebagai pembeli kertas komersial ini telah menjadi underwriter bagi sejumlah penjualan saham yang berhasil di manufakturing dan eceran.

Sidney Weinburg dan Waddill Catchings adalah pendatang di Wall Street. Weinburg ini seorang “pemungut” isu. Sementara Catchings adalah lulusan hukum Harvard dengan pengalaman eksekutif di industri.

Weinburg dan Catchings telah membentuk Goldman Sachs Trading Corporations. Bersama dengan Harrison Williams dari Central States Electric Corporation, mereka meluncurkan Shenandoah Corporation. Goldman Sachs memegang saham umum di Shenandoah dan menjual saham umum dan saham preferensi kepada publik.

Majalah Time menulis pada edisi Senin, 5 Agustus 1929, “Pekan lalu, sebagian masyarakat terpilih AS diizinkan untuk membeli saham Shenandoah Corp., sebuah investment trust yang baru berdiri yang menerima sendok perak senilai $102.000.000 di mulutnya. Tak sabar, publik dengan cepat membeli 1 juta saham umum, 1  juta saham preferensi, membayar hingga 42 untuk saham umum yang ditawarkan pada harga 17,5 dan membayar 60 untuk saham preferensi yang ditawarkan pada harga 50. Pada tengah hari saat penjualan hari pertama, tidak ada saham tersedia.”

Shenandoah Corporation diberdayakan untuk “membeli, menjual, memperdagangkan, dan memegang saham dan sekuritas dari jenis apa pun… berpartisipasi dalam sindikasi dan underwriting… menggunakan kekuatannya yang lain sesuai keputusan Dewan Direksi yang dapat dibuat dari waktu ke waktu.”

Weinburg, Catchings, dan Williams telah menentukan bahwa sepertiga saham Shenandoah harus berada di Goldman Sachs Trading Corporation. Mereka menentukan bahwa Shenandoah harus mendirikan Blue Ridge Corporation, investment trust yang lain.

Blue Ridge ini memegang saham umum dan menjual saham preferensi kepada publik. Ini merupakan level of leverage yang kedua. Struktur kepemilikan saham ini membuat setiap keuntungan di dalam nilai Blue Ridge akan mengalir kembali ke Shenandoah. Keuntungan ini akan berlibat begitu mengalir kembali ke Goldman Sachs.

Blue Ridge adalah pemegang utama saham di Central States Electric Corporation milik Harrison Williams. Williams ini juga memegang saham pengendali di American Cities Power and Light Company, yang pada gilirannya memegang saham pengendali di Chain Stores Inc., dan juga yang pada gilirannya memegang saham pengendali di perusahaan yang benar-benar berdagang: Megapolitan Chain Stores.

Tentu saja, jika nilai Blue Ridge jatuh, kejatuhan ini akan diperkuat sebelum menghantam Shenandoah, dan diperkuat lagi sebelum menghantam Goldman Sachs.

Jatuhnya Wall Street

Sementara itu, ekonomi yang memanas harus  mencapai titik leleh. Pada Black Thursday, 24 Oktober 1929, 12,9 juta saham diperdagangkan di New York Stock Exchange. Ini merupakan sinyal berakhirnya lima tahun bull market.

Pada Black Tuesday, 29 Oktober, 12,4 juta saham diperdagangkan. Dalam satu pekan pasar telah kehilangan $30 milyar, sepuluh kali lipat anggaran tahun pemerintah federal dan lebih banyak darip seluruh belanja AS dalam Perang Dunia Kedua. Ribuan berada di tengah adegan kepanikan, penganiayaan, dan bunuh diri yang menghaguskan diri mereka ke dalam kesadaran Amerika.

Di antara perusahaan yang gagal adalah Metropoitan Chain Stores, perusahaan yang berada di dasar piramida perusahaan investasi yang puncaknya adalah Goldman Sachs. Ketika keuntungan yang diperoleh Metropolitan Chain Stores terbukti tidak cukup untuk membayar deviden, kerugian tersebu berlipat lagi melalui perusahaan-perusahaan yang berada di piramida tersebut.

Saham Bue Ridge jatuh dari premium pembukuan 46% berkurang menjadi 24,5% pada tahun 1930. Shenandoah yang dibuka pada 103% premium, tersapu. Pada tahun 1932, saham Goldman Sachs Trading Company, yang dikeluarkan kepada 40.000 investor dengan harga $104 per saham, diperdagangkan pada harga hanya $1,75.

Di antara investor “terpilih” kepada siapa Shenandoah telah secara berhati-hati menggembar-gemborkannya adalah seorang komedian legendaris Groucho Marx. “Saya kehilangan $250.000,” ujarnya belakangan. “saya akan kehilangan lebih banyak, tapi itulah semua yang saya punya.”

Nilai total perusahaan investasi Wall Street jatuh dari $8 milyar pada 1929 menjadi kurang dari $2 milyar pada 1932.

Meregulasi sejarah Investasi

Dihadapkan pada kemarahan publik, pihak legislatif merespon dengna cepat. Glass-Steagall Act (1933), Securities Exchange Act (1934), Public Utility Holding Company Act (1935), dan Investment Company Act (1940) memperkenalkan undang-undang untuk mengendalikan praktik-praktik investasi. Aturan-aturan ini utamanya mensyaratkan direktur perusahaan independen dari bank investasi yang mensponsori.

Reksadana, di mana pekerja upahan dan investor lainnya dapat menabung dan menebus saham mereka dengan lebih aman, akan mengerdilkan closed-end fund dalam empat dekade berikutnya.

Dalam jangka pendek, investor kecil dijaminkan sehingga pasar saham yang telah jatuh nilainya dari $90 milyar ke $16 milyar antara tahun 1929 dan 1932 tidak dicurangi oleh para profesional keuangan. Akibatnya bursa ini tidak dapat memperoleh nilai tinggi seperti sebelum jatuh. Ini berlangusn ghingga November 1954.

Sebaliknya, Goldman Sachs memerlukan beberapa tahun untuk memulihkan reputasinya, yang ditebus dengan keberhasilan penawaran saham perdananya Ford Motor Company pada 1956.

Groucho Marx tidak pernah mendapat kembali kerugiannya. Namun ia tetap memiliki rasa humor.

“Hei, Groucho,” tanya seorang pedagang di New York Stock Exchange, “di mana Anda menyimpan uang Anda?”

“Saya menyimpannya di Treasury Bonds.”

“Itu tidak akan menghasilkan banyak uang.”

“Bisa, jika Anda memiliki treasury bonds cukup banyak.”

Sydney Weinburg dari Goldman Sachs pernah ditanya mengenai mengapa perusahaannya membentuk begitu banyak closed-end funds. “Orang-orang menginginkannya,” jawabnya.

Atas perannya pada tahun 1920-an, situs perusahaannya hanya menyebutkan: “Yang pertama mempekerjakan para MBA di Wall Street.”