Sejarah Searle: Perusahaan Produsen Pil Kontrasepsi Pertama

Perusahaan farmasi G.D. Searle didirikan di Omaha, Nebraska, pada 1888 oleh Gideon Daniel Searle. Produk-produknya yang lebih dikenal di antaranya adalah Metamucil, obat pencuci perut pertama; Dramamine, obat untuk melawan mabuk darat; dan NutraSweet, pemanis buatan.

Namun yang paling menjulang di atas produk-produk ini adalah produk yang diluncurkan pada 1961. Produk ini memiliki potensi untuk mengubah kehidupan separuh penduduk dunia—dan kehidupan yang separuh lagi juga. Produk itu adalah pil kontrasepsi oral.

Tonggak Sejarah Searle

1873: US Comstock Law mendefinisikan informasi mengenai kontrasepsi sebagai kecabulan.

1888: G.D. Searle & Company didirikan.

1916: Margaret Sanger membuka klinik pengendalian-kelahiran yang pertama di Amerika.

1936: Hakim Augustus Hand memutuskan bahwa informasi tentang pengendali kelahiran tidak cabul.

1937: Ilmuwan menegaskan bahwa dosis tinggi progesteron menekan ovulasi pada kelinci.

1951: Gregory Pincus mulai mengembangkan kontrasepsi hormonal.

1954: Pincus mulai menguji norethynedrol yang dipasok oleh Searle sebaagai pil kontrasepsi.

1961: Searle mulai memasarkan Enovid sebagai kontrasepsi oral.

1968: Paus paulus VI mengeluarkan surat ensiklik yang mengecam kontrasepsi artifisial.

Sungguh tak bisa dibayangkan pada hari ini bahwa kaum wanita Barat tidak bisa mengendalikan fertiltasnya sendiri. namun itulah yang terjadi sampai setengah abad yang lalu.

Kematian pascakelahiran, aborsi sebelum waktunya, dan ketakutan akan kehamilan membayangi perkawinan dan hubungan antarmanusia.

Evolusi pil kontrasepsi bukan kebetulan ilmiah. Ini merupakan hasil dari 30 tahun perjalanan. Perjalanan yang meberi wanita kepemilikan atas tubuh mereka. Kemampuan untuk memutuskan kapan akan menerima pemberian berupa seorang anak.

Perjuangan bagi Perencanaan Keluarga

Pada 1916, perawat keturunan Amerika dan pengkampanye kesehatan wanita Margaret Sanger, bersama dengan saudara perempuannya Ethel Byrne dan Fania Mindel, membuka klinik pengendalian-kelahiran yang pertama di Amerika, di Brownsville New York.

Misi mereka adalah menyediakan peralatan kontraseptif kepada ratusan wanita imigran yang dimiskinkan. Mereka merasa sangat butuh kontrasepsi ini sampai-sampai mengantre selama berjam-jam sebelum klinik dibuka.

Bukan tak terduga, Sanger, Byrne, dan Mindell ditahan berdasarkan Comstock Law tahun 1873. Aturan ini membatasi informasi kontraseptif sebagai kecabulan dan melarang penyebarannya melalui US Mail. Sanger, penulis publikasi seperti The Women Rebel dan What Every Girl Should Know, telah didakwa melakukan serangan.

Dalam beberapa hari saja klinik ini ditutup.  Dua dari tiga perempuan ini dimasukkan ke penjara. Byrne melakukan aksi mogok makan dan minum. Dia menjadi wanita pertama yang disuapi-paksa di penjara Amerika.

Sepanjang tahun 1920-an dan 1930-an, gerakan pengendalian-kelahiran mendapat dukungan di seluruh dunia dari para wanita dan pria terdidik yang tertarik oleh ceramah-ceramah Sanger. Yayasannya, The Birth Control Review, dan American Birth Control League juga menyampaikan isu-isu seperti pertumbuhan penduduk dankelaparan.

Pemberian hak kepada perempuan untuk memberi suara di kedua sisi Atlantik itu telah menyebabkan hak perempuan untuk menentukan apakah mempunyai anak atau tidak. Namun oposisi kuat masih datang dari Gereja Katolik Roma.

Pada 1936, sebuah landmark judgement oleh Hakim Augustus Hand dalam kasus AS vs. One Package of Japanese Pessaries, mengatur bahwa data mengenai kerusakan kehamilan yang tak direncanakan dan manfaat kontrasepsi tidak dapat lagi diklasifikasikan sebagia cabul.

Margaret Sanger sendiri memulai inisiatif kasus dengna membocorkan rahasia tentang pasokan kontrasepsinya sendiri kepada otoritas pos. Hakim memberlakukannya hanya untuk New York, Connecticut, dan Vermont. Hampir 30 tahun berlalu sebelum pasangan menikah melintasi negeri ini untuk memperoleh kontrasepsi dari dokter.

Riset Hormon

Sementara itu, para ilmuwan telah memastikan struktur hormon-hormon steroid, yakni hormon seks estrogen, progesteron, dan testosteron. Pada 1937, ilmuwan menemukan bahwa progesteron dosis tinggi dapat menekan ovulasi pada kelinci.

Progesteron mula-mula hanya dapat diperoleh dari perusahaan farmasi Eropa dengna biaya menjadi penghalang. Hanya ketika Russell Marker, profesor kimia organik di Pennsylvania State University (selanjutnya menjadi salah satu pendiri Syntex), mengembangkan metode untuk mensintesiskan progesteron sehingga harga hormon steroid jatuh hampir 200 kali sepanjang tahun 1940-an.

Pada 1951, peneliti hormon Gregory Pincus dari Worcester Foundation for Experimental Biology menemui Margaret Sanger dalam satu acara makan malam Manhattan dengan tuan rumah Abraham Stone, direktur medis dan wakil presiden Planned Parenthood Federation of America (PPFA).

Stone membantu Pincus untuk mendapat hadiah kecil dari PPFA untuk melakukan riset kontrasepsi hormonal yang dapat dikelola melalui injeksi ataupun pil. Riset Pincus diperluas pada temuan-temuan ovulasi kelinci pada 1937.

Ia mendekati G.D. Searle & Company untuk mendapat pembiayaan. Mereka menolaknya. Di antara alasan yang dikutip ialah riset sebelumnya yang dilakukan Pincus untuk mereka telah menjadi “kegagalan yang disesalkan.” Selain itu, tak satupun manajemen Searle (semuanya laki-laki) percaya bahwa wanita akan selamanya mengambil pil setiap hari untuk tujuan kontrasepsi.

Mereka menyebutkan undang-undang antipengendalian-kelahiran masih tersimpan dalam buku statuter di 30 negara bagian danperusahaan-perusahaan farmasi pun takut akan reaksi balasan dari penganut Katolik, yang merupakan 25% penduduk Amerika. Banyak karyawan Searle juga penganut Katolik. Namun perusahaan mempertahankan Pincus sebagai konsultan dan menyediakan senyawa kimia untuknya.

Menuju Pil

Pekerjaan Pincus terhenti sejenak karena tak tersedianya dana. Tanpa sepengetahuan Pincus ataupun Sanger, ahli kimia Carl Djerassi dan staf Syntex di Mexico City telah mengembangkan pil progesteron yang efektif. Di Searle, Frank Colton telah mengembangkan senyawa oral yang efektif yang juga bekerja sebagai anti ovulent, disebut norethynodrel.

Sementara itu, Pincus menemukan bahwa ginekolog John Rock di Harvard telah berhasil menguji kontrasepsi ora. Lagi-lagi figur kuncinya adalah Margaret Sanger, yang saat itu sudah berusia 74 tahun. Sanger memperkenalkan Pincus kepada teman lama dan pendukungnya Katharine Dexter McCormack.

McCormack adalah seorang ahli waris dan penganjur perluasan undang-undang pemilihan. Dia juga wanita pertama yang lulus dengan gelar sains dari Massachusetts Institute of Technology. Seperti kebanyakan orang, McCormack merasa terhina oleh pembeberan dalam Laporan Kinsey bahwa 22 persen wanita menikah di Amerika telah dipaksa untuk melakukan aborsi. Data lainnya menunjukkan bahwa aborsi mengakhiri 90% kehamilan di luar pernikahan.

McCormack menulis selembar cek senilai $40.000 kepad Pincus, yang menggabungkan kekuatan dengan Rock. Pada 1954, di bawah samaran studi tentang pferitlitas, dua orang pria memulai pengujian pertama pil kontrasepsi kepada 50 perempuan di Brookline, Massachusets. Negara bagian ini memiliki undang-undang antipengendalian-kelahiran yang sangat restriktif. Pil itu sendiri adalah norethynedrol yang disediakan oleh Searle.

Uji coba Brookline membuktikan sesuatu yang konklusif. Tak seorang pun dari 50 perempuan itu yang dibuahi saat minum pil tersebut. Pincus dan Rock selanjutnay memperbaiki pil tersebut dan memberinya nama kepemilikan Enovid. Uji coba selanjutnya berlangsung di Puerto Rico, Haiti, Meksiko, dan Los Angeles.

Saat kabar tentang obat ini sampai kepada publik dan Enovid mulai dijual sebagai terapi untuk ketidakteraturan menstruasi dengan peringatan bahwa ini mencegah terjadinya pembuahan, lebih dari sejuta perempuan menikah Amerika mengaku mengalami penyakit ketidakteraturan menstruasi ini dan meminta dokter mereka menyediakan obat tersebut.

Revolusi Diam-Diam

Pada 9 Mei 1960, di tahun ketika penduduk dunia mencapai 3 milyar, American Food and Drug Administration menyetujui penjualan pil steroid oral untuk kontrasepsi. Searle mula-mula memasarkan Enovid secara resmi kepada para dokter sebagai pil kontrasepsi oral pada 11 Mei 1961.

Pada tahun yang sama, Dr. C. Lee Buxton dari Yale Medical School dan Estelle Griswolr dari Connecticut Planned Parenthood membuka 4 klinik Planned Parenthood. Bagaikan gema dari kasus Margaret Sanger hampir 50 tahun sebelumnya, mereka ditahan. Namun kali ini kasus tersebut menyebabkan sifat anakronistik undang-undang antipengendalian-kelahiran menarik perhatian nasional.

Pada saat lisensi eksklusif Searle untuk memasarkan Enovid kadaluwarsa pada 1962, sebanyak 1,2 juta perempuan Amerika mengonsumsi Enovid. Banyak di antaranya loyak kepada Searle dan produknya.

Pada 1965, satu dari empat perempuan menikah di Amerika “minum pil,” dan dapat memilih dari sejumlah produk yang ditawarkan oleh perusahaan farmasi besar—termasuk Syntex, yang memasarkan pil Ortho Novum yang dikembangkan pada 1950-an oleh Carl Djerassi.

Margaret Sanger meninggal dunia dalam usia 86 tahun pada 1966. Tahun berikutnya, Gregory Pincus meninggal dunia dalam usia 64 tahun karena penyakit darah yang diduga disebabkan oleh paparan bahan-bahan kimia laboratorium. Pria yang tidak pernah menerima satu sen pun royalti itu kini dianggap sebagai perintis riset mengenai hormon seks dan onkologi. Pincus juga menjadi salah seorang ilmuwan paling berpengaruh di abad ke-20.

Katherine Dexter McCormack, yang menyumbang lebih dari $2 juta agar riset dapat berlangsung, meninggal pada 1962 di usia 92 tahun. Tidak ada surat kabar bersar yang menulis obituarinya. Kontribusinya terhadap pil ini berlalu tanpa penanda pada saat itu.

Pada 1968, McCormack digambarkan sebagai karakter dalam novel karya T.C. Boyle, Riven Rock. Pada tahun 2000, namanya dimasukkan ke Michigan Women’s Hall of Fame.

John Rock meninggal dunia pada usia 94 tahun pada 1984. Carl Djerassi menjadi sejahtera dari Syntex dan menjadi penulis berpengaruh serta filantropis.

Konsekuensi Sosial dan Ekonomi

Dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh pil ini besar sekali. Efek yang paling pokok adalah memebri kaum perempuan kendali, yang belum pernah ada, atas fertilitas mereka snediri. Pil ini juga membedakan prokreasi dari ekspresi seksual.

Walau banyak harapan dari kalangan Katolik bahwa Gereja akan mengambil sikap yang lebih mencerahkan terhadap kontrasepsi, pidato Paus Paulus VI Humane Vitae yang disampaikan pada 1968 mengabaikan rekomendasi Komisi Kepausan dan mengecam semua bentuk “artifisial” pengendalian kelahiran.

Meski demikian, pada 1970, dua pertiga perempuan Katolik menggunakan kontrasepsi, 28% di antaranya berupa pil. Pada 1970-an, kaum feminis mengritik pil tersebut sebagai penemuan lelaki dan sumber yang mungkin bagi kanker payudara. Perdebatan ini terus berlangsung, namun pil tersebut dalam berbagai bentuk kontemporer pada umumnya dianggap aman oleh pemerintah, kalangan kedokteran, serta publik.

Bukan hanya hierarki Katolik yang membenci pil tersebut, menganggapnya ancapman terhadap kendali mereka atas seksualitas manusia. Sikap yang sama berlaku juga dalam masyarakat patriarkal lainnya, di negara Islam dan di tempat lain.

Meski demikian, hari ini lebih dari 100 juta perempuan di seluruh dunia memakai pil tersebut dan menerima sebagai kebenaran hak mereka untuk menentukan takdir biologis mereka.