Sejarah Penguin Books: Pelopor Revolusi Buku Dunia

Di masa tatkala hanya orang kaya yang mampu membangun perpustakaannya sendiri dan mendapat manfaat dari kekuatan literasi, kemajuan paperback yang tidka mahal mengantarkan semua jenis literatur, mulai dari novel hingga sejarah sampai sains dan filsafat, kepada masyarakat luas.

Revolusi ini dihasilkan oleh perusahaan yang memulai kehidupannya dengan cara yang murni Inggris, dalam sebuah ruang bawah tanah gereja. Logo perusahaan, seekor burung yang ramah dan tak bisa terbang, dirancang oleh seorang staf junior. Namun,  itulah logo yang kelak diakui dan dihormati di seluruh dunia.

Penguin adalah alasan utama  mengapa para penulis akhirnya dikenal oleh jutaan orang di seluruh dunia.

Tonggak Sejarah Penguin

1902: Kelahiran Allen Lane.

1919: Lane bergabung dengan perusahaan penerbitan Bodley Head.

1931: Albatros Book di Jerman memelopori paperback untuk pasar massal, namun usaha ini gagal.

1936: Lane meninggalkan Bodley Head untuk mendirikan Penguin Books.

1937: Peluncuran terbitan Pelican, menghadirkan karya-karya orisinal mengenai isu-isu kontemporer.

1946: Peluncuran Penguin Classics.

1952: Lane dianugerahi gelar kebangsawanan.

1960: Penguin Books dinyatakan tidak bersalah dengan tuduhan kecabulan setelah menerbitkan Lady Chatterley’s Lover.

1961: Penguin terdaftar di London Stock Exchange.

1965: Lane tumbang bersama chief editor Penguin,Tony Godwin.

1970: Lane meninggal dunia. Penguin dijual ke Pearson.

1975: Merger dengan penerbit AS, Viking.

2000: Dorling Kindersley dibeli oleh Pearson untuk kestabilan Penguin.

2002: Penguin menyelesaikan pembelian Rough Guides.

Buku paperback sudah ada sejak akhir abad ke-19 dalam bentuk pamflet, pornografi, edisi bahasa-asing yang murah, novel-novel “picisan,” dan buku-buku untuk dibaca di kereta api. Alhasil lahirlah reputasi buruk akan buku paperback ini.

Buku-buku yang dijilid kain dengan “layak” dan berpunggung-keras dijahit dan dijual melalui toko-toko buku. Toko buku maupun perpustakaan tidak menyediakan banyak, kalau memang ada, ruang untuk buku paperback.

Pada tahun 1931, penerbit Jerman Albatros Books memelopori format paperback untuk pasar masal. Perusahaan ini akhirnya gagal secara komersial. Namun, upaya ini meninggalkan kesan yang membekas pada editor pelaksana muda dari sebuah perusahaan penerbitan Inggris.

Penguin Menetas

Namanya Allen Lane Williams. Ia dan keluarganya melepas nama akhir untuk mempertahankan kepemilikan perusahaan keluarga, jadilah namanya Allen Lane. Dia telah menanjak menuju puncak Bodley Head, yang didirikan oleh pamannya John Lane.

Allen Lane adalah seorang pria yang menyampaikan pendapatnya secara terus terang dan progresif. Sifatnya ini membuatnya sering berdebat dengna anggota dewan direksi lainnya.

Pada tahun 1934, ia mengunjungi penulis cerita kriminal Inggris, Agatha Christie, pada 1934. Dalam perjalanan pulang menaiki kereta api, ia frustrasi karena tidak mempunyai bahan bacaan. Lane meyakini ide mesin penjual yang dapat mengeluarkan buku berkualitas dan terjangkau, sama seperti sekotak rokok.

Ia memasuki konflik lagi dengan dewan direksi Bodly Head mengenai apakah perusahaan akan menerbitkan lagi atau tidak karya terbaik James Joyce yang kontroversial, Ulysses. Lane pun pergi untuk menyusun daftar bukunya sendiri, mula-mula di bawah payung Bodley Head.

Dengan modal £100 ia meluncurkan buku terbitannya sendiri dari ruang bawah tanah Holy Trinity Church di Marylebone Road di London. Buku-buku ditumpuk di kolong milik keluarga. Kemiringan tanah memungkinak buku itu dikirim dari jalan di atasnya.

Lane meminjam usaha kulakan dari eksperimen Albatros empat tahun sebelumnya. Sampul bukunya menonjolkan pita putih dan berwarna untuk menegaskan genrenya. Biru gelap untuk biografi. Hijau untuk kriminal. Oranye untuk fiksi.

Ia juga mengambil nama burung untuk menamai perusahannya. Tepatnya burung pinguin yang tidak bisa terbang dan tidak pernah lelah. Logo Penguin dan tampilan-cover dirancang oleh pegawai junior berusia 21 tahun, Edward Young.

Daftar pertama Penguin isinya cetak ulang karya penulis kontemporer. Penulis-penulis tersebut di antaranya Ernest Hemingway, Eric Linklater, E. Arnot Robinson, Beverly Nichols, Mary Webb, Norman Douglas, dan André Maurois.

Harga yang tertera di sampul buku adalah enam pence. Harga yang sama dengan sekotak rokok.

Lane membeli hak paperback dari penerbit, melakukan pesanan cetak dalam jumlah besar, dan mencari pengeer bukan karya-literer. Dalam 10 bulan Lane telah mencetak 1 juta paperback Penguin. Buku Ariel karya André Maurois menjadi karya terlaris. Toko buku tradisional sampai-sampai menyimpan dalam gudang buku-buku terbitan Penguin.

Pada tahun 1936, Lane mendirikan Penguin Books sebagai perusahaan yang independen.

Mengguncang Industri Konservatif

Baik penerbit maupun penulis bersikap skeptis dan khawatir oleh produk yang “disruptif,” khususnya dalam hal harga. Sebagai perbandingan, buku hardback dijual sekitar 7 atau 8 shiling, 14-16 kalinya harga paperback.

Keberhasilan mendadak dan dramatis yang diraih oleh Penguin dipicu oleh pesanan tunggal dalam jumlah besar dari rantai eceran Woolworth (penjual nonbuku paling laris. Penguin juga mendapat dukungan di pers dari penulis berpengaruh seperti George Orwell (karya Orwell Animal Farm dan 1984 kelak diterbitkan oleh Penguin.

Sudah lumrah memang jika satu ide berhasil, akan ada yang mengikuti. Peniru-peniru segera bermunculan di Amerika, di antaranya Pocket Bells (yang menerbitkan karya Pearl S. Buck, The Good Earth, dalam format pperback ukuran saku untuk pasar masal yang pertama di Amerika Serikat), Ace, Dell, dan Bantam.

Situasi nternasional yang memburuk membuat Lane memberikan merek baru ini urgensi dan otot intelektual dengan seri Penguin “Specials,” seperti Searchlight on Spain dan What Hitler Wants, yang laku keras.

Pada 1937, ia meluncurkan terbitan Pelican, yang menerbitkan karya-karya orisinal berkenaan dengan isu-isu kontemporer. Pada tahun yang sama, mesin penjaja keliling “Penguincubator” yang pertama dipasang di Charing Cross Road, London.

Selama Perang Dunia Kedua, format Penguin yang murah dan mudah dibawa cocok untuk struktur produk masa perang dan mobilisasi massa. Penguin Specials seperti Aircraft Recognition menjadi bestseller.

Lane, bersama saudara lelakinya Dick dan John, meluncurkan terbitan naskah sejarah dan dekoratif King Penguin. Mereka merekrut Elizabeth Senior dari British Museum sebagai editor pertama. Namun ia tewas dalam serangan udara pada 1942 dan digantikan oleh sejarahwan arsitektur Nikolaus Pevsner. Puffin Books untuk anak-anak menyusul setelah itu.

Pada akhir perang, Penguin mendistribusikan 1 juta buku sebulan di Amerika. Penguin juga beroperasi di Australia. Ini membantu pendanaan Penguin Classic yang pada 1946, meluncurkan karya terjemahan E.V. Rieu The Odyssey. Proyek yang awalnya dijalankan istrinya ini menjadi buku laris Penguin. Penguin Classics segera menjadi kekuatan utama dalam pendidikan di seluruh dunia.

Konflik di Puncak

Pada tahun 1952, Lane sudah menjadi bangsawan dan Penguin telah lama menggulingkan citra “murah secara intelektual” yang melekat pada buku paperback. Walau demikian, mata Lane akan publisitas dengan alasan keuntungan tersingkap oleh pengadilan pada 1960, di bawah undang-undang kecabulan yang sudah tua, terhadap karya D.H. Lawrence, Lady Chatterley’s Lover, yang diterbitkan oleh Penguin.

Haisl dari pengadilan ini, merayakan kata-kata yang disampaikan jaksa penuntut kepada juri mengenai apakah ini sebuah buku atau bukan, Anda sebaiknya mempersilakan istri atau pelayan Anda membacanya, menandai keluarnya Penguin sebagai pejuang kebebasan. Buku ini pun penjualannya terdongkrak hingga mencapai 3,5 juta eksemplar.

Pada tahun yang sama, penjualan paperback di Amerika telah melampaui penjualan buku hardcover.

Saat Penguin mendaftar di  London Stock Exchange pada 1961, peran Lane dihilangkan. Tony Godwin, chief editor baru Penguin yang ajaib, seger memainkan peran terhadap Lane seperti yang dulu Lane lakukan terhadap direkturnya di Bodley Head 30 tahun sebelumnya.

Godwin melihat efek dari teknologi desain dan cetak yang lebih murah pada kompetitor seperti Pan, yang menggunakan sampul berwarna. Dia juga mempekerjakan art director serta desainer seperti Romek Marber dan Germano Facetti.

Serial Penguin Crime  berhenti menggunakan desain sampul bergaris yang ikonik. Sampul lama ini sudah menjadi norma sejak 1935 dan perubahan itu berhasil. Facetti melancarkan pendekatan desain di seluruh Penguin yang akan menangkap gagasan untuk generasi bentuk-keenam dan mahasiswa universitas, yang bagi mereka edisi Penguin mengasumsikan status hardback dari tahun 1930-an.

Pertentangan tak terhindarkan dan berakhir tragis. Pada 1965, Godwin mencoba mendepak Lane dengan dukungan dewan direksi. Namun sang pendiri membalas dendam dengan mencuri cetakan buku kontroversial karya kartunis Siné dan membakarnya.

Ia meluncurkan terbitan berpunggung keras Allen Lane pada 1967 dalam format yang semula ia tentang. Dengan produk itulah ia berhasil bersaing.

Godwin meninggalkan Penguin dan meninggal pada usia muda. Lane didiagnosis menderita kanker dan pensiun segera setelah itu. Hanya dalam waktu enam pekan setelah kematian Lane pada 1970, Penguin yang kekurangan uang dijual kepada Pearson.

Seekor  Burung Korporat

Perubahan-perubahan yang berlangsung kemudian melambangkan krisis dalam penerbitan di Inggris. Keputusna-keputusan semakin dibuat oleh apara akuntan bukannya oleh editor.

Merger dengan penerbit AS Viking pada 1975, memasukkan penulis Amerika seperti Arthur Miller, Saul Bellow, dan John Steinbeck ke dalam daftar kombinasi yang dibuat oleh perusahaan konglomerat yang dijalankan di Amerika dan berbasis di London ini.

Pada 1970-an dan 1980-an, Penguin menimbulkan kontroversi dalam karya Peter Wright yang sukar dipercaya dan Satanic Verses karya Salman Rushdie yang nyaris tak dibaca. Namun kontroversi ini lebih berbau strategi korporat daripada sentuhan kemanusiaan.

Konglomerat ini tetap gaduh, meluncurkan buku-buku audio, membeli terbitan Rough Guide, dan mengakuisisi Dorling Kindersley. Penguin juga memenangi gugatan atas nama penulisnya Deborah Liptsadt melawan sejarahwan David Irving yang menolak kisah Holocaust.

Penguin pada hari ini, di AS maupun Inggris, secara komparatif merupakan perusahaan konvensional. Ironisnya, perushaaan ini berperilaku  tidak seperti penerbit yang terancam oleh perusahaan baru Allen Lane 70 tahun yang lalu, ketika Penguin menciptakan revolusi dan menetapkan standar industri tersendiri.