Sejarah British Petroleum

Walau mengusung nama Inggris, British Petroleum (BP) ini sebenarnya berasal dari Persia. Didirikan sebgai Anglo-Persian Oil Company, BP menjadi salah satu pemain terkuat dalam industri migas, industri terbesar di abad ke-20.

Dari Teluk Persia ke Laut Utara dan Alaska, kisah tentang BP telah melibatkan kebutuhan, ketamakan, politik tingkat tinggi, kismet, dan karibu.

Tonggak Sejarah British Petroleum

1901: William Knox D’Arcy ditawari konsesi minyak di Persia.

1902: Kegiatan operasi D’Arcy, di bawah George Reynolds, memulai pengeboran.

1905: D’Arcy, yang nyaris bangkrut, dibiayai kembali oleh Scottish Burmah Oil Company.

1909: Anglo-Persian Oil Company didirikan.

1914: Pemerintah Inggris membeli 51 persen saham Anglo-Persian.

1929: Perusahaan menjadi mitra dalam Iraq Petroleum Company.

1930-an: Anglo-Persian menjadi Anglo-Iranian dan mengamankan 50 persen saham di Kuwait Oil Company.

1951: Perdana Mneteri Iran, Mohammed Mossadeq , menasionalisasi aset-aset perushaan.

1953: Kudeta militer yang didukung oleh CIA menggulingkan Mossadeq.

1960-an: BP membuka ladang baru di Alaska dan Laut Utara, yang mengeluarkan minyak pada 1970-an.

1984-7: Pemerintah Inggris menjual sahamnya di BP.

1995: Sir (kini Lord) John Browne mengemudikan perushaan mengikuti jalur yang lebih peduli lingkungan.

2007: Browne mengundurkan diri.

William Knox D’Arcy menjadi kaya dari penambangan emas dan seorang “kapitalis tingkat tiinggi” ketika pada tahun 1901, ia bertemu utusan shah Persia yang menawarkan “sumber kekayaan yang luasnya tak terhitung.”

Utusan tersebut, Antoine Kitabgi, menjajakan konsesi minyak di selatan persia. Alasan yang ia utarakan sederhana: shah “menginginkan sejumlah uang segera.”

D’Arcy tahu bahwa hanya Baron Julius de Reuter saja yang, pada tahun 1889, mendapat konsesi di Persia. Konsesi tersebut penuh pertentangan dan kegagalan. D’Arcy selalu ingin mengalahkan John D. Rockefeller, tokoh utama industri minyak Amerika Serikat.

Pemerintah Inggris mendukung D’Arcy karena ingin menjepit pengaruh Rusia di Persia. Akhirnya perundingan yang difasilitasi oleh Kitabgi, orang D’Arcy di Teheran menyerahkan £20.000 tunai dengan £20.000 tambahan berupa saham dan berbagi keuntungan. Imbalannya D’Arcy mendapat konsesi 60 tahun yang meliputi tiga perempat wilayah Persia.

D’Arcy menunjuk George Reynolds, lulusan Royal Iindian Engineering College, untuk mengelola operasi perusahaan. Pada 1902, mereka mulai mengebor di dataran tinggi yang jauh dan terpencil, yang terletak di wilayah yang kelak menjadi perbatasan Iran-Irak.

D’Arcy dan Sang Laksamana

Pada 1903, usaha D’Arcy di Persia berada di ambang kebangkrutan. D’Arcy sudah berutang hampir £200.000 lebih banyak dari simpanan uangnya di bank. Ia pun mendapat kabar kalau butuh investasi tambahan sebanyak £10.000 untuk mengebor dua sumur.

Pada saat itulah D’Arcy bertemu laksamana John “Jacky” Fisher di spa kesehatan kaum Bohemian di Marienbad. Fisher sedang memulihkan diri dari disentri. Lelaki yang menduduki abatan perwira tertinggi kedua di Angkatan Laut Kerajaan ini mendapat julukan “maniak minyak” karena sangat yakin bahwa minyak adalah bahan bakar terbaik untuk kapal-kapal perang Inggris, bukannya batu bara.

Fisher juga sebenarnya sedang putus asa. Pengujian terhadap minyak dibandingkan dengna batu bara baru-baru ini menyebabkan kapal perangnya diselimuti asap hitam yang tebal. Fisher pun kembali ke London untuk menjadi perwira laut tertinggi dan menjanjikan bantuan untuk D’Arcy.

Fisher mempunyai aliansi yang lain, Marcus Samuel, pemimpin Shell. Samuel telah memecahkan monopoli minyak tanah Standard Oil dan berambisi untuk memasok Angkatan Laut Kerjaan.

Fisher melobi atas nama D’Arcy, yang mendekati kebangkrutan sebelum diselamatkan oleh Burmah Oil Company dari Skotlandia. Burmah Oil Company ini memiliki hubungan yang erat dengan Markas Besar Angkatan Laut Inggris.

Pada 1905, D’Arcy didanai kembali oleh Burmah. Dalam tiga tahun, Reynolds dan timnya menemukan cadangan yang signifikan di Persia selatan. Kabar dari Persia mengutip Mazmur 104, ayat 15: “Bahwa Ia mengeluarkan minyak dari dalam bumi untuk membuat wajah gembira.”

Pada 1909, Anglo-Persian Oil Company didirikan dan menjual sahamnya ke publik, memicu adegan liar antara calon-calon pemegang saham di luar Bank of Scotland cabang Glasgow.

Walau cadangan minyak sudah ditemukan, Reynolds dipecat oleh Burmah yang tidak sabaran. Pada 1912 perusahaan berada dalam krisis dana segar. Saat itulah, janji Fisher untuk memberi bantuan datang, tepat pada waktunya.

“Persoalan bahan bakar cair ini harus dipecahkan,” tulis Winston Churchill, yang kelak menjadi perwira laut tertinggi, kepada Samuel.

Pada 1914, pemerintah Inggris menginvestasikan £2,2 milyar dalam bentuk 51 persen saham Anglo-Persian, hak veto (yang tidak pernah digunakan), dan 2 kursi direksi. Detail kontak 20 tahun dengan Angkatan Laut Kerajaan baru terungkap puluhan tahun kemudian.

Kesepakatan ini cukup bagus untuk angkatan laut dan sangat bagus untuk pembayar pajak Inggris. Sementara itu George Reynolds dibayar sebesar £1.000.

William Knox D’Arcy meninggal dunia pada 1917 dalam kondisi sukses secara finansial karena usahanya di Anglo Persian ini. Namun namanya tidak ditulis dalam sejarah perusahaan.

Dengan masifnya asupan bahan bakar minyak dari perusahaan, kekuatan laut Inggris mampu mengalahkan Jerman dalam Perang Dunia Pertama.

Pada tahun-tahun sesudah perang, Anglo-Persian mengapitalisasi posisi imperial Inggris sekaligus tetap menjadi perpanjangan tangan pemerintah Inggris. Pada 1929, perusahaan ini menjadi mitra Iraq Petroleum Company.

Namun mengenai sisi lain Teluk Persia, kepala Anglo Persian yang baru, John Cadman, mengatakan, “Tidak ada minyak di Arab.” Saat Shah Reza Pahlevi membatalkan konsesi Anglo-Persian pada 1932, ia hampir secara literal memiliki Cadman.

Perusahaan dan pemerintah Inggris tidak berdaya dibuatnya. Cadman merundingkan ulang konsesi itu dan mengganti namanya dari Anglo-Persian menjadi Anglo-Iranian Oil Company (Persia menjadi Iran pada 1935).

Anglo-Iranian, dengan didukung oleh pemerintah Inggris, juga mengamankan 50 persen saham bersama Gulf Oil of  America  di Kuwait Oil Company yang baru.