7 Pembantaian Terbesar Dunia dalam Sejarah Modern Umat Manusia

Perang dan perebutan kekuasaan telah banyak mewarnai panggung sejarah dunia. Dari zaman kerajaan hingga zaman republik, dari zaman bersenjata pedang hingga perang dengan senapan.

Keserakahan dan egosentrisme manusia telah memicu bencana kemanusiaan. Perang dengan segudang alasan dikobarkan. Jiwa manusia melayang bagai daun-daun berguguran, tak berarti.

Berbagai peristiwa peperangan menjadi saksi betapa pahitnya akibat konflik antar manusia.

Pemenang perang boleh saja bergembira atas kemenangannya. Namun sejatinya tak ada yang pernah memenangkan perang jika masih ada nyawa yang tak berdosa dikorbankan.

Mengapa para petani itu harus luluh lantah disapu bom atom Hiroshima? Apa dosa mereka? Mengapa etnis Yahudi, Indian, dan aborigin juga jadi sasaran hanya karena rasnya?

Mereka pelaku perang tak akan pernah bisa menjawabnya, walau seribu alasan disodorkan. Jawabannya hanya ada pada nurani kita masing-masing.

Jatuhnya satu jiwa manusia tak akan pernah bisa ditebus dengan emas permata. Pembantaian yang dilakukan oleh mereka kepada puluhan juta penduduk sipil tak akan pernah bisa dimaafkan.

Memang jatuhnya korban sipil tak terhindarkan dalam sebuah perang. Tapi apa jadinya jika mereka memang sengaja dibantai? Sebuah kejahatan kemanusiaan yang begitu dahsyat!

Catatan sejarah menceritakan kejahatan kemanusian itu banyak terjadi. Pembantaian, pemerkosaan dan genosida ini harus selalu kita ingat untuk kehidupan esok yang lebih baik.

Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki

Apa yang kita pelajari dari buku-buku sejarah tentang peristiwa bom atom Nagasaki dan Hiroshima? Kemenangan gemilang sekutu atas Jepang? Peristiwa yang membuat negara kita merdeka?

Jarang sekali kita melihat peristiwa ini dari sudut kemanusian. Apa karena mereka adalah negara penjajah dan negara fasis?

Bagaimana mungkin dunia mengabaikan 200 ribu lebih korban jiwa dan jutaan orang terkena radiasi nuklir, lalu bersorak atas kemenangan perang. Padahal hampir semua korban itu adalah warga sipil.

Sering kita dengar bahwa Perang Dunia II tak akan berhenti tanpa dijatuhkannya bom atom di dua kota ini. Dan 200 ribu warga sipil Jepang harus “dibunuh” atas nama perdamaian dunia.

Jika Jerman menyesal atas sejumlah pembantaian, Serbia juga menyesal atas tragedi Bosnia. Hebatnya bagi negara pemenang perang dan Super Power, tak ada penyesalan yang keluar dari otoritas resmi Amerika Serikat.

Pembantaian dan Pemerkosaan di Nanking, Tiongkok

Kota Nanking saat itu adalah ibukota dari Republik Tiongkok, menjadi saksi atas tindak brutal manusia kepada manusia lainnya. Serdadu Jepang telah kehilangan nuraninya, tenggelam dalam dogma-dogma fasisme.

Pemerintah Tiongkok memperkirakan ada 300 ribu penduduk menjadi korban jiwa. Mereka terdiri dari warga sipil dan tawanan perang.

Pembantaian dan pemerkosaan berlangsung selama 6 minggu dimulai dari 13 desember 1937.

Jepang memang telah menduduki Tanah tiongkok mulai dari tahun 1931, yaitu dimulai dari serbuan terhadap kekaisaran Manchurian di timur.

Perlawanan Republik Tiongkok secara serius di tahun 1937 berujung pada perang besar dan penguasaan Jepang atas sebagian besar tanah Tiongkok.

Pembantaian Dresden oleh Sekutu

Sejarah memang digiring oleh para pemenang dan para penguasa. Negara yang kalah dalam Perang Dunia II selalu disudutkan menjadi pihak bersalah dan pemenang perang menjadi pihak yang selalu benar.

Ketika pasukan Nazi mulai terdesak oleh tentara merah Uni Soviet, warga sipil Jerman pun mulai mengungsi untuk menghindari serbuan Uni Soviet. Mereka mengungsi ke kota yang dianggapnya aman, kota pelajar Dresden.

Namun anggapan mereka ternyata keliru, ratusan pesawat sekutu tak segan menjatuhkan berton-ton bom ke kota ini. Selama dua hari bergantian pesawat Inggris dan Amerika menyerang kota ini.

Diperkirakan 400-600 ribu jiwa menjadi korban dalam serangan ini. Peristiwa ini yang menyebabkan warga Jerman begitu benci terhadap perang, dimana mereka juga adalah korban.

Pembantaian Rwanda

Peristiwa berdarah yang pernah difilmkan ini menjadi peristiwa genosida terburuk di benua Afrika. Dilatarbelakangi oleh tewasnya presiden Rwanda Habyarimana yang berasal dari suku Hutu, setelah pesawatnya ditembak.

Suku Hutu menuduh Tutsi mendalangi peristiwa itu. Hutu radikal dibawah milisi Interahamwe lalu seakan mendapat alasan untuk melakukan pembantaian terhadap suku Tutsi. Sekitar 800.000-1 juta nyawa terenggut dalam peristiwa ini

Banyak yang menduga bahwa latar belakang sesungguhnya karena kecemburuan sosial kepada suku Tutsi yang lebih sejahtera ekonominya.

Pembantaian Rakyat Armenia

Dalam masa krusial Turki menghadapi perang dunia 1, rakyat Armenia menjadi korban kekejaman dari kepemimpinan Menteri Militer Enver Pasha. Armenia dituduh melakukan separatisme yang merongrong pemerintahan Turki Ottoman.

Diperkirakan sekitar 1,8 juta penduduk Armenia menjadi korban pembantaian secara langsung dan tak langsung. Para ahli sejarah mengatakan bahwa pembantaian itu adalah rekayasa dari pihak-pihak yang ingin merobohkan Dinasti Ottoman.

Tidak mungkin Sultan Ottoman memerintahkan pembantaian yang berakibat pada buruknya nama pemerintahan Ottoman di mata masyarakat dunia, yang akhirnya berdampak banyak wilayah lain yang memisahkan diri.

Pembantaian Khmer Merah di Kamboja

Ketika rezim komunis Khmer Merah berhasil menggulingkan pemerintah, untuk membersihkan Kamboja dari pengaruh pemerintahan lama, dibantailah para pendukung pemerintahan lama seperti militer, guru, intelektual, wartawan dan kalangan lainnya.

Angka korban pembantaian diperkirakan mencapai 20% dari total penduduk, yakni sekitar 2 juta penduduk. Kebanyakan dari korban meninggal karena kelaparan, kerja paksa, dan eksekusi langsung.

Hingga kini rezim Khmer Merah masih berkuasa di Kamboja, namun dua pentolan Khmer Merah terdahulu yang bertanggung jawab atas pembantaian telah dihukum oleh pengadilan kamboja dengan hukuman seumur hidup.

Pembantaian dan Genosida Yahudi oleh Nazi

Salah satu peristiwa genosida yang dianggap paling besar. Tidak ada angka pasti tentang berapa korban dari pembantaian atas dasar ras ini.

Diperkirakan lebih dari 5 juta penduduk sipil Yahudi Jerman dan Yahudi Polandia menjadi korban dari aksi bengis pemerintahan Nazi Jerman.

Ideologi Nazi dengan ajaran ultranasionalisme, menganggap ras Yahudi adalah benalu dalam kemajuan Jerman yang harus disingkirkan.

Bagi mereka genosida adalah ‘solusi’ untuk menghilangkan Yahudi dari tanah Jerman dan Polandia.

Yahudi yang dahulu adalah bangsa tanpa negara, kini sebagian mereka telah mendirikan negara Yahudi di tanah Palestina. Ironis memang, mereka yang dulu ditindas, kini balik menindas rakyat Palestina.

Apakah mereka tidak belajar pelajaran kemanusiaan dari peristiwa Holocaust?