5 Nasihat Mencari Jodoh dari Orang-Orang Bijak

Jodoh.

Kata yang menjadi momok bagi para jomblo seumuran. Dalam buku 30 Lessons for Loving, Karl Pillemer mewawancara ribuan veteran cinta—ya, para kakek nenek yang sudah punya puluhan tahun pengalaman menikah. Hasilnya, ada 30 pelajaran yang bisa kita ambil dan terapkan dalam kehidupan asmara kita; beberapa di antaranya tentang mencari jodoh.

Tentu saja ada aspek-aspek agama yang perlu kita perhatikan. Namun setelah pertimbangan agama, berikut ini beberapa nasihat dari kakek-nenek, aki-nini, opa-oma yang layak kita pertimbangkan.

1

Dengarkan intuisi yang hatimu bisikkan: maukah kamu hidup bersamanya seumur hidupmu?

huffingtonpost.com

Setiap orang dibekali firasat yang bisa digunakan untuk memutuskan sesuatu. Berikut ini nasihat dari Dave Nelson, kakek berusia 64 tahun:

“Bagaimanakah kamu tahu kapan sebaiknya menikah?” Saya tidak yakin kita bisa dapat jawaban dari pertanyaan itu. Tapi kamu bisa percaya intuisimu saat menjawab pertanyaan ini, “Dapatkah kamu membayangkan hidup bersama orang ini sampai ajal menjemput?”
Lalu hatimu akan menjawab, “Ya.” Mungkin kamu tidak tahu alasannya, tapi kamu bisa melihatnya.
Bagaimana kita bisa tahu kalau dialah orang yang tepat? Jika aku merasa bisa hidup bersamanya, saya rasa itu sudah cukup.

2

Jangan terlalu larut dalam cinta, jangan abaikan perasaan “Ada yang ga bener nih!”

attractmenyouwant.com

Permasalahannya, sering kali kita terlalu jatuh dalam cinta, sampai-sampai mengabaikan nasihat alarm dari orang lain. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi salah langkah?

Kathy Andrews, seorang nenek berusia 87 tahun, membagikan pelajaran dari pernikahan pertamanya yang gagal.

Walau mantan suami saya bekerja di bidang pelayanan, ia sangat kasar. Sering mem-bullysecara emosional lewat kata-katanya. Ia berkali-kali dipecat karena perilakunya ini. Saya Cuma mau bilang, saya salah memilih suami pertama saya.
Setelah lama menikahnya, sebenarnya saya bisa melihat tanda-tanda perilaku itu. Namun saya terlalu hijau untuk bisa menyadarinya. Saya berasumsi kalau ia jauh lebih baik dari apa yang saya lihat.
Saat berpacaran dulu, ada banyak pengalaman menyenangkan bersamanya. Ada banyak hal yang saya sukai tentangnya. Ia dikagumi oleh orang-orang di sekitarnya.
Namun ada satu peringatan yang harusnya saya perhatikan. Ada perasaan tidak enak. Firasat kalau langkah yang saya ambil ini sebenarnya salah.
Itulah peringatan yang hati saya bisikkan. Namun saya kurang bijak untuk bisa menyadarinya waktu itu.

3

Cinta itu buta, gunakan otak untuk menuntun langkahmu

bighdwallpapers.com

Seorang kakek 66 tahun, Stanley Moody, punya pandangan yang sangat jelas tentang hal ini.

“Indahnya gemerlap cinta jangan membuatmu menghilangkan logika dan common sense yang kamu perlukan untuk menentukan orang yang akan kamu nikahi.” Pernikahan itu lebih dari sekadar perasaan, ada materai yang akan ditandatangani.

Para kakek-nenek ini menyarankan kita untuk melakukan due diligence dengan menjawab 3 Pertanyaan yang Perlu Dijawab untuk Mengantisipasi Cinta Membutakan Langkah Kita.

4

Cinta bukanlah segalanya, perhatikan nilai yang dia terapkan dalam hidupnya

benrussellcoaching.com

Banyak film mengisahkan dua orang mengatasi perbedaan besar yang mereka miliki lalu hidup bahagia selamanya. Film dengan tema “Cinta bisa mengalahkan segalanya” sangatlah disukai penonton.

Namun para veteran menyarankan kebalikannya. Hal terpenting dalam menentukan pasangan adalah: “Kamu dan pasanganmu harus memegang nilai-nilai yang sama dalam hidup.”

Para kakek nenek ini mengungkapkan kalau pernikahan mereka bisa langgeng karena memandang hidup dengai nilai yang sama. Mereka juga mewanti-wanti pernikahan yang gagal itu terjadi karena sistem nilai yang tidak cocok.

Membicarakan nilai ini memang tidak romantic. Namun setidaknya ada 3 nilai bisa jadi pertimbangan yang perlu diambil untuk mencegah pertengkaran yang tidak perlu nantinya.

1. Tentang anak

Apa  tujuan kamu memiliki anak? Apa yang lebih penting: anak yang punya banyak prestasi atau anak yang bahagia? Mana yang lebih penting, anak yang perilakunya baik atau anak yang punya banyak kebebasan untuk belajar dari kesalahannya sendiri?

2. Tentang uang

Seberapa banyakkah uang yang kamu perlukan untuk mencapai gaya hidup yang diinginkan? Apakah kamu menginginkan gaya hidup kelas menengah, secukupnya, atau lebih dari itu? Apakah punya waktu bebas lebih banyak lebih penting dari punya uang? Maukah kamu memiliki harta yang lebih sedikit supaya bisa punya waktu lebih banyak?

3. Tentang agama

Seberapa pentingkah agama baginya? Bagaimanakah agama akan menuntun pernikahan ke depannya?

5

Kamu menikahi keluarganya, bukan hanya dia

ascboston.org

Poin ini mungkin sangat lumrah di Indonesia,  karena kita masih sangat terikat dengan keluarga. Beda dengan Amerika tempat Pillemer melakukan risetnya, yang sangat independen dalam menentukan pernikahan.

Darren Freeman punya pengalaman banyak menghadapi mertua yang “sulit.” Ini nasihatnya.

Kamu tidak bisa menghindar dari mertua. Kamu harus memutuskan rumah siapa yang akan dikunjungi saat Hari Raya tahun ini, hubungan kakek-nenek dan cucu seperti apa yang akan dibentuk, dan permasalahan mertua lainnya.
Tidak ada buku tentang menggabungkan 2 keluarga yang berbeda. Jadi buatlah solusi yang tidak mengabaikan orang tua salah satu pasangan.

Tentu hanya rahmat yang Allah berikan yang membuat suatu pernikahan berhasil. Tidak ada satu orang pun yang punya rumusan pasti tentang membangun pernikahan berhasil.

Namun para kakek-nenek ini sudah mengalami banyak trial and error dalam kehidupan mereka. Tentu nasihat mereka bukan cuma isapan jempol.