Mengungkap Ritual Mumifikasi Paling Mengerikan di Papua Nugini

Seorang wartawan BBC, Lloyd Neubauer menuturkan sebuah hasil ekpedisi mengerikannya dalam mengungkap sebuah ritual pembalseman mumi di distrik pedalaman terpencil Aseki, Papua Nugini.

Sontak Lloyd pun terkejut tatkala melihatnya secara langsung acara ritual tersebut terhadap mayat yang telah meninggal.

Bagaimana tidak? Mumi-mumi yang sudah dibalsem dan diasap tersebut ternyata dimakan juga oleh sekelompok suku Aseki. Mereka percaya bahwa kekuatan dari beberapa mumi tersebut akan berpindah ke orang lain jika ia memakannya.

Sampai di sebuah pinggiran tebing, Lloyd pun dibuat tercengan kembali dengan adanya 14 mumi yang “dipajang” tanpa menggunakan pembungkus kain. Hanya saja mumi tersebut dimasukkan ke dalam sebuah peti mati layaknya makam Fir’aun di Mesir.

Kebanyakan dari mumi-mumi tersebut berposisi dalam keadaan duduk berjejer dan meringkuk dengan beberapa bambu di sekelilingnya.

Jika kamu masih penasaran tentang bagaimana proses mayat suku Aseki tersebut hingga menjadi mumi, simak liputannya berikut ini.

Menghilangkan Kelembaban Mayat

Mumi Aseki
nownaija.com

Menghapus secara keseluruhan kelembaban dari mayat merupakan salah satu langkah terpenting dari proses mumifikasi.

Hal ini disebabkan adanya air yang berperan sebagai pendukung dekomposisi, lambat laun tubuh akan membusuk dan tidak dapat dipertahankan kembali oleh mumifikasi.

Pada zaman Mesir Kuno, menghilangkan kelembaban tersebut dilakukan dengan cara menaburi mayatnya terlebih dahulu dengan beragam rempah-rempah dan garam agar cepat mengering.

Lain halnya dengan Suku Angga yang memperlakukan mayat-mayat tersebut dengan cara memanaskannya diatas api.

Mengiris Beberapa Bagian Tubuh Mayat

Mumi Aseki Papua Nugini
flickriver.com

Proses ini dianggap paling rumit, karena tokoh ritual setempat akan memulainya dengan mengiris siku, lutut, kaki dan berbagai sendi lainnya.

Bambu – bambu berongga selanjutnya dimasukkan ke berbagai celah dalam tubuh. Tak ketinggalan perut pun juga dimasukkan bambu untuk mengosongkan isinya.

Setelah semuanya beres, sekumpulan mayat tersebut lalu diasapi selama satu bulan lebih hingga semua cairan dalam tubuh menetes dengan sempurna dari beberapa luka yang telah dibuat pada tubuh dan melalui tabung bambu.

Proses Transfer Kekuatan Mayat ke Penduduk Setempat

Ritual Asap Mayat
artikelbebas.com

Cairan dari mayat tadi kemudian dikumpulkan dan dioleskan ke setiap penduduk desa pada tubuh mereka masing-masing agar bisa mendapatkan kekuatan dari almarhum sesepuh mereka.

Tak jarang pula jika cairan yang tersisa tersebut juga digunakan sebagai minyak goreng.

Memberikan Pelindung Tubuh Mumi dari Gangguan Binatang

Mumi Suku Aseki
clipmass.com

Seusai diasapi hingga kering, proses selanjutnya yakni menutup mayat tersebut dengan ocher atau semacam bentuk claylike yang terbuat dari besi.

Ocher ini berfungsi sebagai pelindung tubuh mumi dari berbagai serangan hewan pemakan bangkai dan beberapa unsur pembusukan lainnya. Jika semuanya telah tuntas, maka mayat-mayat tersebut siap untuk dijadikan sebagai mumi pajangan.

Berakhirnya Ritual Mumifikasi Suku Aseki

Mumi Aseki Dipajang
flickr.com

Pada tahun 1949, ritual mumifikasi pun berakhir tatkala beberapa misionaris mulai menyebarkan haluannya di Aseki. Hanya saja mumi yang tersisa saat ini sedang diawetkan dan dijaga secara hati-hati oleh penduduk desa setempat.

Mereka melakukan restorasi secara berkala bilamana ada anggota tubuh mumi yang mulai terlihat akan lepas atau terkulai.

Dalam menyatukan kembali bagian tubuh mumi yang telah terlepas, penduduk setempat memanfaatkan getah yang dipanaskan dari sekumpulan pohon di daerah mereka untuk dijadikan lem.