Kisah 3 Malaikat Kecil Berhati Mulia yang Telah Menginspirasi Dunia

Keindahan hidup bermasyarakat adalah bagaimana kita bisa saling berbagi dengan sesama. Nasib seseorang tidaklah sama, pasti ada dari mereka yang tidak beruntung dan tersisih.

Dititik itulah manusia sebagai makhluk sosial dituntut untuk peduli dengan penderitaan orang lain. Ada orang-orang disekitar kita yang tidak bisa makan, ada yang tidak punya rumah untuk ditinggali dan menggelandang di jalan, ada orang-orang yang sakit namun tak mampu berobat.

Namun di zaman global dimana iklim kompetisi membuat orang semakin individualistis, membuat rasa kepedulian semakin terkikis. Mereka yang berkelebihan hidup dengan gaya hidup yang glamour, tak berpikir dalam hartanya ada hak orang-orang yang kekurangan.

Bagi mereka yang sudah hilang rasa kepeduliannya, seyogyanya bisa belajar dari tiga orang anak hebat ini yang berjiwa sosial tinggi.

Mereka yang hanya seorang anak-anak yang biasanya hanya berpikir tentang bermain, justru mereka lebih menyibukkan diri untuk usaha membantu sesama.

Mereka kini telah menginspirasi dunia, mengajarkan kita bahwa jika kita berusaha dengan didasari ketulusan, walaupun hanya anak-anak, pasti bisa mencapai tujuan.

Seperti apakah cerita anak-anak hebat itu, ini dia ulasannya.

Katie Stagliano, Petani dan Sociopreneur Cilik

nationswell.com

Kini usianya sudah remaja, jerih payahnya telah berkembang pesat dan dikenal dunia. Kisah itu bermula saat Katie masih berumur 9 tahun. Oleh sekolah dia diberi tugas rumah untuk merawat dan memelihara sayuran kubis.

Tak disangka, sayuran kubis yang ia rawat di halaman rumahnya tumbuh menjadi kubis dengan ukuran raksasa, yakni seberat 40 kg. Kubis itu lalu dibawanya ke dapur umum sekolah untuk dimasak dan dibagikan kepada 275 orang.

Ternyata tanaman yang ia rawat bisa dinikmati oleh orang banyak, dari situlah Katie mulai berpikir bahwa ia bisa membantu banyak orang yang tidak bisa makan dengan cara menanam sayuran.

Dia mulai serius menekuni sebagai petani cilik, yang orientasinya untuk membantu sesama. Oleh sekolah diberikan lahan untuk kegiatannya, dan juga banyak orang yang menghibahkan lahannya.

Di waktu-waktu awal saja Katie bisa memberikan 2000 kg bahan makanan kepada orang yang membutuhkan. Dia dibantu oleh keluaarga dan teman-temannya dalam pertaniannya itu.

Dengan usahanya yang keras, dan keinginan membantu sesama yang kuat, kini jerih payahnya itu telah mengantarkannya sebagai sosiopreneur yang sukses.

Selama 6 tahun berjalan,  Katie telah mengolah 75 lahan pertanian dengan hasil penjualan mencapai 200.000  dolar Amerika. Gadis cilik ini kini bermimpi ingin mengolah lahan di 50 negara berbeda, tujuannya tidak lain tentu untuk membantu sesama.

Bagi kamu yang tertarik untuk mengakses informasi dari usaha Katie, atau ingin memberikan informasi dan donasi, kamu bisa membuka alamat katieskrops.com


Hailey Fort, Membuat Rumah Tunawisma

popsci.com

Jika kita enggan untuk membantu orang lain dengan banyak alasan, malulah kita pada Hailey Fort, seorang anak gadis dari Washington Amerika Serikat.

Di usianya yang baru menginjak usia 9 tahun, dia sudah terpanggil untuk membantu banyak tunawisma di lingkungannya.

Hailey membuatkan rumah mungil beroda untuk ditinggali tunawisma, yang hampir seluruhnya dia buat sendiri dengan kedua tangannya.

Ketika ditanya apa alasannya, Hailey berkata “Itu hanya terasa tidak benar ada orang-orang tunawisma (tidak punya rumah). Saya pikir semua orang harus memiliki tempat tinggal.”

Ketika diliput oleh media setempat, Hailey menunjukkan ketrampilannya dalam menggunakan alat-alat listrik seperti senapan paku, stapler hidrolik, dan bor listrik. Kakeknya yang seorang kontraktor banyak mengajarinya.

Kepedulian Hailey kepada tunawisma bukanlah instan, melainkan sudah tertanam dari kecil. Menurut cerita ibunya, pada umur lima tahun Hailey pernah bertanya pada ibunya tentang bagaimana cara menolong tunawisma.

Sang ibu lalu mengajaknya ke supermarket untuk membeli beberapa makanan yang akan diberikan kepada tunawisma.

Semakin dalam lagi kepeduliannya, di usia 6 tahun Hailey rela menyisihkan uang sakunya untuk membelikan makanan tunawisma. Dia juga menanam sayur dan buah sebagai bahan makanan yang diberikan.

Kini gadis berkacamata ini menargetkan dalam setahun bisa merampungkan 12 rumah mungil buatannya dan menghasilkan 113 kg makanan.

Rumah itu sudah lengkap dengan lampu bertenaga surya, dinding tahan air, pintu depan lengkap dengan kunci, dan atap yang bisa menahan air hujan.

Tentu biaya yang dikeluarkan tidak sedikit, paling tidak tiap 1 unit rumah menghabiskan $300 atau setara 4 juta rupiah. Hailey kini sangat membutuhkan sokongan dana dari luar.

Mungkin kamu tertarik untuk membant Hailey? kamu dapat membeli item-nya di Amazon atau membantu lewat yayasan GoFundMe yang secara langsung menyokong kegiatan Hailey Fort.


Alex Scott, Es Lemon Untuk Anak Penyandang Kanker

nbcnews.com

Ini tidak hanya cerita yang mengagumkan dari sosok kecil Alexandra Scott, tapi juga cerita mengharukan yang menggetarkan batin kita.

Sumbangsih besar ini diberikan oleh Alex Scott yang bukan hanya masih berusia anak-anak, tapi bahkan anak lucu ini adalah pengidap penyakit kanker.

Diusia 1 tahun, dokter telah memvonis Alex dengan penyakit berat ini. Diagnosanya adalah neuroblastoma, pennyakit kanker yang paling sering ditemui menimpa anak-anak.

Dokter bahkan berujar bahwa peluang Alex untuk bertahan dan tumbuh dewasa sangat kecil. Sang bunda tidak menyerah dengan pengobatan Alex, beberapa pengobatan dan operasi telah mereka jalani.

Suatu saat, ketika Alex di rumah sakit, dengan wajah lucunya ia berujar kepada keluarganya, bahwa ia ingin membantu dokter agar dapat menemukan obat untuk menyembuhkan anak-anak lain yang menderita kanker.

Lalu keluarganya bertanya, bagaimana caranya Alex bisa membantu dokter? Kata Alex dia akan membuat stand dan berjualan es lemon agar uangnya bisa digunakan tim dokter.

Begitu keluar dari rumah sakit, Alex dan keluarganya segera mendirikan stand es lemon. Pada awal pendiriannya, usaha stand lemon itu telah menghasilkan $ 2.000, yang langsung disumbangkan ke rumah sakit tempat alex dirawat untuk riset kanker.

Bertahun-tahun berjalan, berita tentang es lemon Alex telah tersebar luas, dan alex masih berjuang untuk bertahan dari penyakitnya itu.

Sampai bulan agustus tahun 2004, Alex menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 8 tahun setelah sepanjang umurnya Alex terus berjuang melawan neuroblastoma.

Alex meninggal, tapi tidak dengan inspirasinya yang tetap hidup. Di tahun yang sama, stand es lemon berhasil mengumpulkan total $ 1 juta untuk membantu pembiayaan riset kanker anak.

Kini, stand lemon alex yang sudah menjadi yayasan Alex’s Lemonade Stand Foundation telah mengumpulkan $ 20 juta untuk membiayai 200 riset tentang kanker anak. Tak terbayangkan sumbangan sebesar itu diinspirasi dari anak berhati mulia berusia 8 tahun.