7 Benda Sejarah Peninggalan Kerajaan Kutai

KERAJAAN KUTAI – Kerajaan Kutai merupakan Kerajaan Hindu pertama yang ada di Indonesia sejak abad ke 4 masehi. Bagi kamu yang suka baca buku sejarah pasti sudah tidak asing dengan kerajaan ini. Ya, kerajaan Kutai sering dibahas dalam buku pelajaran sejarah.

Tetapi di dalam buku sejarah tersebut jarang yang memberi tahu peninggalan-peninggalan sejarah Kerajaan Kutai. Padahal dengan adanya benda sejarah tersebut akan membuat kamu yakin akan keberadaan Kerajaan Kutai di masa lalu.

Di abad 21 sekarang ini, ada beberapa peninggalan sejarah  Kerajaan Kutai yang masih bisa kamu temukan di Museum Mulawarman yang berada di Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Di dalam museum ini banyak tersimpan benda-benda sejarah bukti kedigdayaan Kerajaan Kutai. Berikut adalah benda-benda peninggalan Kerajaan Kutai yang ada di Museum Mulawarman.

Sejarah  Kerajaan Kutai

1. Asal-usul Penamaan Kutai

Ahli sejarah asal Belanda bernama C.A. Maees, menciptakan karya tulis yang berjudul “De Kroniek van Kutai” buku yang di tulis pada tahun 1935 ini membahas tentang pantai yang berada di Indonesia ini. Maes meyakini akan nama Kutai yang berasal dari “koti” yang artinya “ujung”.

Pendapat ini tidak serta merta saja, Mees membuat pendapat ini denggan dalih karena posisi Kuati yang berada di ujung timur pulau Kalimantan. Berikut adalah berbagai pendapat mengenai asal usul nama Kutai.

Pendapat Pertama :

Penamaan Kutai sendiri berasal dari Cina, yaitu “kho-thay”. Kata “kho” diartikan sebagai “kerajaan” dan kata “thay” diartikan “besar”. Kata kho-thay di ucapkan Kutai, jadi arti dari kalimat tersebut adalah “kerajaan yang besar”.

Pendapat Kedua :

Pada Negara Kertagama nama Kutai sebut juga “Tunyung Kute” jika diartikan “Tunjung Kutai”. T.B.C Brandes sejarawan asal Belanda ini menafsirkan bahwa pada kedalaman sungai mahakam ada daerah dengan nama tunjung, yaitu sebuah dataran tinggi yang ditempati oleh suku dayak tunjung.

Pendapat Ketiga :

Masyarakat yang tinggal di daerah Kutai mempercayai bahwa asal nama daerah mereka berasal dari istilah “mampi” dan “kumpai”. Dua kata ini dapat diartikan sebagai nama jenis tumbuhan yang berkembang di tepi sungai dan pantai.

2. Petunjuk Keberadaan Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai adalah kerajaan yang dikenal dengan kepercayaan yang dianutnya yaitu Hindu, kerajaan ini menjadi pusat pemerintah yang bertempat di Muara Kaman. Sebelum diketahui dan banyak yang mengenal kerajaan ini, sangat sulit untuk mencari sejarahnya.

Kerajaan yang diyakini sebagai kerajaan tertua di nusantara ini, dapat dilihat dari tugu yupa (tugu batu) dengan jumlah  7 yang dapat ditemukan pada Muara Kaman, menurut J.G. de Casparis yupa ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

Pada yupa tersebut terdapat tulisan prasasti yang ditulis dengan bahasa Sansekerta. Pemimpin yang pertama kerajaan Kutai adalah Maharaja Mulawarman Kandungan yang terus berlanjut kepada putranya yang bernama Aswawarman.

Aswawarman mempunyai 3 orang putra tapi satu putra diantaranya adalah Sang Mulawarman yang meneruskan kepemimpinan ayahnya, yang mempunyai sifat baik, kuat dan kuasa(memiliki jiwa kepemimpinan yang baik).

3. Kehidupan Politik

Kehidupan politik yang ada pada kerajaan Kutai ini memiliki turun temurun, artinya kepemimpinan akan terus berlanjut kepada anak, cucu hingga cicitnya. Sistem pemerintahan sendiri sudah ada dan sudah dijalankan sejak kepemimpinan Aswawarman.

Meskipun begitu pemerintahan masih di atasi oleh orang-orang hindu yang berasal dan di datangkan langsung dari India. Walau begitu sistemnya pun berjalan dengan teratur dan sistematis, karena pada masa Aswawarman kerajaan Kutai menjadi bangkit dan mulai di kenal oleh banyak kerajaan lainnya.

4. Wilayah Kekuasaan

Diyakini dan dipercayai bahwa kerajaan Kutai mempunyai kekuasaan wilayang yang cukup luas, pasalnya untuk saat ini terdapat tiga kabupaten yang dulunya menjadi kekuasaan oleh kerajaan Kutai ini.

Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Timur. Semua ini masuk kedalam satu Provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Timur. Terdapat dua kerajaan yaitu Kerajaan Kutai Martapuran dan Kerajaan Kutai Kartanegara.

5. Kehidupan Budaya

Kebudayaan yang ada pada Kerajaan Kutai adalah kebudayaan hindu, selain itu juga ditemukan sebuah kalung Ciwa (Siwa) pada sekitar Danau Lipan yang berada di Kawasan Muara Kaman.

Penelitian pada tahun 2001 menemukan lukisan-lukisan yang berada pada dinding-dinding goa pada kawasan Gunung Marang yang berada 400 km di sebelah utara Kota Balikpapan. Tidak hanya itu ditemukan juga berbagai artefak.

Seperti sisa-sisa atau reruntuhan candi yang berupa peripih, gerabah, manik-manik, keramik dan patung perunggu juga artefakt-artefakt lainnya.

6. Kehidupan Sosial/Masyarakat dan Agama

Peradaban kehidupan yang bernuansa India, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa Sansekerta dan dijadikan bahasa resmi untuk permasalahan agama. Terdapat beberapa golongan yang ada pada kerajaan Kutai.

Diantaranya adalah golongan Brahmana dan Ksatria. Dimana golongan Ksatria adalah mereka yang ada hubungan kekerabatan atau orang yang dekat dengan raja. Ada golongan lain yang dimana golongan ini tidak terpengaruh akan budaya dan tradisi India.

Yaitu adalah Kutai Purba yang masih memegang erat pada agama nenek moyang mereka. Raja mulawarman sendiri memiliki agama Siwa yang mempercayai akan keberadaan 3 Dewa Besar, yaitu, Brahma, Wisnu dan Siwa.

 

Prasasti Yupa

Prasasti Yupa Peninggalan Kerajaan Kutai
anangpaser.wordpress.com

Prasasti Yupa merupakan salah satu bukti sejarah Kerajaan Kutai yang paling tua. Dari prasasti inilah diketahui tentang adanya Kerajaan Kutai di Kalimantan. Di dalam prasasti ini terdapat tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Sansekerta dan juga aksara/huruf Pallawa.

Isi dari Prasasti Yupa mengungkapkan sejarah dari Kerajaan Hindu yang berada di Muara Kaman, di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Secara garis besar prasasti tersebut menceritakan tentang kehidupan politik, sosial dan budaya Kerajaan Kutai.

Ketopong Sultan

Peninggalan Kerajaan Kutai Ketopong Sultan
flickr.com

Ketopong adalah mahkota yang biasa dipakai oleh Sultan Kerajaan Kutai yang terbuat dari emas. Ketopong ini memiliki berat 1,98 kg dan saat ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Benda bersejarah yang satu ini ditemukan di Mura Kaman, Kutai Kartanegara pada tahun 1890. Sedangkan yang dipajang di Museum Mulawarman merupakan ketopong tiruan.

Kalung Ciwa

Kalung Ciwa Kerajaan Kutai
trunajalasiddhiamertha.wordpress.com

Peninggalan sejarah berikutnya adalah Kalung Ciwa yang ditemukan oleh pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ini ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890. Saat ini Kalung Ciwa masih digunakan sebagai perhiasan oleh sultan dan hanya dipakai ketika ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura Emas

Kura-kura Emas Peninggalan Kerajaan Kutai
mirsavirdiani.blogspot.co.id

Bukti sejarah Kerajaan Kutai yang satu ini cukup unik, karena berwujud kura-kura emas. Benda bersejarah ini saat ini berada di Museum Mulawarman. Benda yang memiliki ukuran sebesar kepalan tangan ini ditemukan di daerah Long Lalang, daerah yang berada di hulu Sungai Mahakam.

Dari riwayat yang diketahui benda ini merupakan persembahan dari seorang pangeran dari Kerajaan China untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih. Kura-kura emas ini merupakan bukti dari pangeran tersebut untuk mempersunting sang putri.

BACA JUGA: Kerajaan Tertua di Indonesia

Pedang Sultan Kutai

Pedang Kerajaan Kutai
liputan6.com

Pedang Sultan Kutai terbuat dari emat padat. Pada gagang pedang terdapat ukiran gambar seekor harimau yang siap untuk menerkam mangsanya. Sedang pada bagian ujung pedang terdapat hiasan seekor buaya. Untuk melihat benda ini kamu harus berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta.

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang
indonesiakaya.com

Kering Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan cerita dari masyarakat menyebutkan bahwa putri ini merupakan putri yang ditemukan dalam sebuah gong yang hanyut di atas bambu. Di dalam gong tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering ini diyakini sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana Sultan

Singgasana Kerajaan Kutai
hansbrownsound.blogspot.com

Singgasana Sultan adalah salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Kutai yang masih terjaga sampai saat ini. Benda ini diletakan di Museum Mulawarman.

Pada zaman dahulu Singgasana ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja Kutai sebelumnya. Singgasana Sultan ini dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul serta peraduan pengantin Kutai Keraton.

Kejayaan dan Kemunduran Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai
kharisma.blogspot.com

Pada salah satu yupa yang ditemukan di kawasan kerajaan Kutai, didapat sebuah informasi yang menyebutkan bahwa cikal bakal dari lahirnya kerajaan kutai adalah berkat seseorang yang bernama Kudungga lalu diteruskan oleh generasi selanjutnya yaitu Aswawarman. Kemudian pengganti dari Aswawarman adalah salah seorang dari 3 putranya yaitu Mulawarman. Pada era Mulawarman inilah Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya. Ketika itu daerah teritorial Kutai diperluas lagi dan rakyatnya pun menjadi sejahtera.

Bukti lain yang memaparkan kejayaan bisa dilihat dari kegiatan ekonomi. Di dalam salah satu Yupa tersebut telah disebutkan bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan sebuah upacara korban emas dengan jumlah yang sangat banyak. Kemajuan dari Kerajaan Kutai ini juga terlihat dengan munculnya para golongan terdidik.

Mereka semua terdiri dari para golongan ksatria dan brahmana yang diprediksi telah bepergian jauh sampai ke India atau menuju pusat-pusat penyebaran agama Hindu yang berada di kawasan Asia Tenggara. Kaum tersebut mendapatkan perilaku atau kedudukan yang begitu terhormat di dalam sistem pemerintahan Kerajaan Kutai.

Walaupun Kerajaan Kutai lokasinya tidak terletak di dalam sebuah jalur perdagangan internasional, tetapi kerajaan ini telah memiliki hubungan perdagangan dengan negara India yang sudah berkembang dari sejak awal berdirinya Kerajaan kutai.

Pada masa tersebut pengaruh agama Hindu dan Buddha sudah mulai tersebar ke seluruh daerah Nusantara. Salah satu dari sekian banyak bukti yang menerangkan bahwa Kerajaan Kutai telah dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha adalah dari beberapa peninggalan dan bahasa yang telah dipakai yaitu Bahasa Sansekerta.

Sebagaimana kita tahu, Bahasa Sansekerta adalah bahasa asli agama Hindu. Aksara atau bentuk dari hurufnya dinamakan dengan  Huruf Pallawa yaitu huruf yang digunakan di daerah Hindu di Asia Selatan seperti India sekitar tahun 400 masehi. Dengan menilik dari bentuk huruf dari prasasti yang telah diteliti, maka para ahli sejarah menyatakan bahwa yupa itu dibuat pada sekitar abad ke-5 masehi. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Kerajaan Kutai adalah Kerajaan berbasis agama hindu pertama dan tertua yang ada di Indonesia.

Adapun mata pencaharian utama masyarakat kerajaan kutai adalah beternak sapi. Selain itu ada juga pekerjaan lain seperti bercocok tanam dan berdagang. Kondisi Kerajaan yang berada di tepian sungai Mahakam yang menjadikan tanah di daerah tersebut sangat subur untuk bercocok tanam.

Kerajaan Kutai yang berada di pinggir sungai mendorong warganya untuk bekerja di bidang pertanian. Selain di bidang pertanian, mereka kemudian banyak menjalankan kegiatan perdagangan. Bahkan diperkirakan telah terjadi hubungan dagang ke beberapa daerah yang berada di luar negeri seperti China dan India setelah berlayar melalui Selagt Makassar.

Didalam pelayarannya tersebut kemungkinkan para pedagang dari berbagai negara tersebut akan singgah terlebih dahulu di daerah Kutai untuk menjalankan transaksi penjualan dan pembelian barang  sekaligus menyiapkan beberapa perbekalan untuk pelayaran yang sangat jauh. Hal inilah yang membuat Kerajaan Kutai semakin sejahtera dan rakyat hidup makmur.

Di dalam sebuah sejarah zaman dahulu disebutkan jika Kerajaan Hindu tertua di Indonesia yakni Kerajaan Kutai runtuh pada saat seorang raja terakhir dari Kerajaan Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dibunuh di tangan Raja dari kerajaan Kutai Kartanegara ke-13 yang bernama Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Setelah itu Kerajaan Kutai Kartanegara berevolusi menjadi sebuah Kerajaan Islam yang diberi nama Kesultanan Kutai Kartanegara.

PERKEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, DAN POLITIK

Kerajaan Kutai adalah kerajaan hindu yang berlokasi di tepian Sungai Mahakam dan berpusat di Muarakaman. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan hindu tertua di Nusantara. Kerajaan ini berkembang sejak abad ke 4 masehi. Keberadaan kerajaan ini diketahui dari prasasti yang ditemukan di Muarakaman, tepi sungai Mahakam. Diberi nama Kutai karena ditemukan di daerah Kutai, Kalimantan Timur. Nama asli kerajaan ini tidak tertera pada prasasti peninggalan yang ditemukan.

Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial masyarakat Kutai pada waktu itu besar dipengaruhi oleh ajaran hindu. Agama ini menjadi pegangan bagi masyarakat kala itu. Para penganut hindu di Kerajaan Kutai menerapkan sistem kasta dalam kehidupan sosial. Sistem kastanya berbeda dengan yang ada di India yang menerapkan 4 kasta. Kerajaan Kutai hanya menerapkan 2 kasta yakni Brahmana dan Ksatria.

Sistem kasta di kerajaan Kutai juga tidak seketat seperti yang diterapkan di India, dikarenakan masyarakat Kutai masih menerapkan kebudayaan asli. Agama Hindu yang tersebar di Kutai mengalami akulturasi dengan kebudayaan lokal. Ini bisa dilihat dari kebudayaan yupa pada setiap upacara kurban. Yupa sendiri asalnya merupakan wujud akulturasi antar kebudayaan Hindu-Budha dan kebudayaan Megalitikum berbentuk Menhir.

Akulturasi budaya masyarakat Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu ini menunjukkan masyarakat Indonesia bersikap aktif dalam menerima unsur kebudayaan asing. Perilaku ini pula yang membuat budaya Indonesia menjadi sangat beragam.

Isi Prasasti Yupa tentang Kehidupan Sosial

“Ketika Raja yang tersohor dan terkenal Mulawarman memberikan hadiah seribu ekor lembu dan sebatang pohon kepada sang Brahmana yang menyerupai api pengorbanan ditempat yang paling diberkati (bernama) Vaprakeswara atas budi baiknya itulah tiang upacara peringatan ini dibuat olah para pendeta yang berkumpul disini.”

Kehidupan Ekonomi

Perekonomian kerajaan Kutai begitu bergantung dengan eksistensi Sungai Mahakam. Berdasar Bukti yang ditemukan, diketahui bahwa perekonmian kerajaan Kutai terletak di sektor pertanian, perdagangan dan peternakan. Kerajaan ini sangat terkenal akan hasil hutannya seperti getah kayu meranti, gaharu, damar, batu permata, rotan dan bulu-bulu burung yang indah.

Komoditas tersebut diperdagangkan ke luar melalui pelayaran di sepanjang sungai mahakam. Dalam prasasti Yupa yang ditemukan menunjukkan tentang adanya keberadaan 20.000 lembu yang digunakan oleh raja Mulawarman untuk para brahmana, ini menunjukkan tentang adanya usaha di bidang peternakan yang dilakukan masyarakat Kutai kala itu.

Kehidupan Agama

Agama yang berkembang pada masa Kerajaan Kutai adalah agama hindu. Pada masa Raja Asmawarman agama hindu berkembang pesat. Agama hindu yang berkembang di kerajaan ini adalah Agama Hindu Syiwa. Para penganutnya menyembah Syiwa sebagi dewa tertinggi mereka. Dewa Syiwa diyakini sebagai simbol Brahman (Tuhaan) yang memiliki kekuatan melebur alam semesta.

Perkembangan Agama Hindu Syiwa di kerajaan Kutai ditandai dengan adanya tempat suci yang bernama Waprakeswara. Yang mana merupakan tempat suci memuja Dewa Syiwa. Meski agama ini menjadi agama resmi kerajaan Kutai, tetapi agama ini hanya berkembang di wilayah istana. Masyarakat Kutai sendiri masin menerapkan kebudayaan asli mereka, bertumpu pada kepercayaan kaharingan.

Kaharingan adalah kepercayaan yang dimiliki masyarakat asli Dayak yakni menyembah Ranying Hatalla Langit yang telah menciptakan alam semesta. Penganut Kaharingan juga melakukan upacara pembakaran mayat seperti ngaben dalam agama hindu. Oleh karenanya sejak tanggal 20 April 1980 Kaharingan dimasukkan dalam agama hindu.

Kehidupan Politik

Dari Yupa yang ditemukan dan prasasti itu diketahui bahwa raja pertama yang menjabat adalah raja Kudungga. Yang kemudian tahta kerajaan dilanjutkan kepada putranya Aswawarman. Prestasi gemilang semasa pemerintahannya adalah berhasil memperluas wilayah kekuasaannya dan mengklaim telah berhasil mengalahkan kerajaan/daerah tetangga dalam suatu peperangan.

Setelahnya tahta kerajaan dilanjutkan pada Mulawarman. Pada masanya kerajaan Kutai berada di puncak kejayaan, kerajaan menjelma sebagai negeri yang makmur gemah lipah loh jinawi. Pada masanya Mulawarman menyumbangkan 20.00 ekor sapi sebagai bentuk persembahan, seperti yang termuat dalam Prasasti Mulawarman.

Kehidupan kerajaan Kutai setelah Mulawarman tidak diketahui karena minimnya informasi dan kerajaan Kutai ini kurang populer di mata bangsa asing. Pada akhirnya kerajaan Kutai ditaklukkan oleh kerajaan Kutai Kartanegara yang bercorak islam.

Raja Terbesar Kerajaan Kutai

Kerajaan Martadipura merupakan salah satu kerajaan di Nusantara bercorak Hindu yang didirikan sekitar abad ke-4 SM. Lokasi kerajaan ini berada di Muara Kaman, Kalimantan Timur atau lebih tepatnya di hulu sungai Mahakam.

Raja pertama dari kerajaan Kutai ialah Kudungga. Menurut para ahli sejarah, nama raja tersebut adalah nama asli orang Indonesia yang masih belum dipengaruhi budaya dari India.

Aswawarman, yang merupakan nama dari putra sang raja dipercaya telah terpengaruh budaya Hindu. Hal tersebut disandarkan pada fakta bahwa kata “warman” berasal dari bahasa Sansekerta yang digunakan untuk akhiran nama penduduk India bagian selatan.

Bahasa Sansekerta sendiri merupakan bahasa rerumpun Indo-Eropa tertua yang masih dikenal saat ini dan juga memiliki runtutan sejarah yang sangat panjang.

Pemberian nama Kutai, menurut para ahli diambil dari tempat ditemukannya prasasti yang memberitakan tentang keberadaan kerajaan tersebut. Akan tetapi, terdapat beberapa hipotesa tentang kata kutai itu sendiri.

Sebagian ada yang menduga bahwa kata kutai dicocokkan dengan berita Cina, “kho-thay” yang mana ‘kho’ berarti ‘kerajaan’ dan ‘thay’ berarti ‘besar’. Hipotesa ini cukup rasional mengingat

saat itu banyak orang menduduki daerah tersebut dan menjalin hubungan dagang internasional termasuk dengan orang-orang Cina.

Selain Cina, ada sebagian ahli yang berpendapat bahwa nama kutai berasal dari kata ‘quettaire’ yang memiliki makna hutan belantara. Akan tetapi, para peneliti ternyata lebih condong ke India disebabkan pengaruh budaya India lebih tampak di banyak hal, misalnya saja huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta.

Memang tidak terdapat prasasti yang menjelaskan secara detail mengenai hal tersebut di atas. Hingga sekarang, terlalu sedikit bukti yang telah ditemukan untuk menelusuri jejak kerajaan Kutai ini.

Faktanya, kerajaan Kutai sendiri diketahui eksistensinya berkat ditemukannya prasasti yupa berjumlah tujuh buah. Salah satu dari yupa tersebut menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang menyebutkan bahwa kerajaan Kutai saat itu diperintah oleh Mulawarman.

Mulawarman diabadikan dalam yupa berkat kedermawanannya menyedekahkan sebanyak 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahman saat itu. Ia diduga merupakan cucu Kudungga atau anak dari Aswawarman. Kedua nama keturunan Kudungga tersebut sangat terlihat dipengaruhi oleh budaya India.

Kudungga diduga merupakan raja pertama yang memerintah di kerajaan Kutai. Namun, jika dilihat dari nama sang raja yang masih bernuansa lokal, para ahli sejarah berasumsi bahwa pada masa ia berkuasa pengaruh Hindu baru saja masuk ke wilayah Nusantara.

Pada awalnya, kemungkinan Kudungga merupakan seorang kepala suku yang mana pada saat pengaruh Hindu masuk, ia kemudian merombak sistem pemerintahannya menjadi kerajaan dan mengangkat dirinya sendiri menjadi raja.

Raja Aswawarman

Ia merupakan salah dari keturunan Kudungga yang dikenal dengan sebutan Dewa Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman juga dikenal sebagai pendiri kerajaan Kutai sehingga dijuluki dengan gelar wangsakerta, yang berarti pembentuk keluarga.

Dalam yupa disebutkan bahwa Aswawarman merupakan raja yang kuat serta cakap dan pada saat ia berkuasa wilayah Kutai bisa diperluas. Hal tersebut dibuktikan dengan diadakannya pelaksanaan upacara Asmawedha.

Informasi mengenai upacara tersebut didapatkan dari India, ketika Raja Samudragupta berniat memperluas wilayah kekuasaannya. Dalam pelaksanaan upacara tersebut, dilakukan pelepasan kuda dengan tujuan menentukan batas yang menjadi kekuasaan kerajaan Kutai.

Sampai sejauh manapun jika terdapat tapak kaki kuda, maka sampai situlah batas kerajaan. Acara pelepasan kuda-kuda tersebut juga diikuti oleh prajurit kerajaan.

Tercatat bahwa Mulawarman merupakan raja yang paling berpengaruh dalam kerajaan Kutai dan hal ini terdapat di yupa. Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan ketika berada di tangan Mulawarman dimana hampir wilayah Kalimantan Timur dikuasai.

Kerajaan Kutai Martadipura diperkirakan berakhir ketika kerajaan Kutai Kartanegara berkuasa yang selanjutnya berubah menjadi kerajaan bercorak Islam, Kesultanan Kutai Kartanegara.

Raja Mulawarman

Museum Mulawarman
malaytravelandtour.blogspot.com

Mulawarman merupakan raja terbesar yang paling berpengaruh di kerajaan Kutai sekaligus cucu Kudungga dan anak dari Aswawarman. Ia bahkan menjadi ikon dari kerajaan tersebut. Pengaruh bahasa Sansekerta kental terasa di pemberian nama sang raja masyhur tersebut.

Hubungan tiga generasi raja, yakni Kudungga, Aswawarman, dan Mulawarman dapat ditilik dari sebuah prasasti yupa. Transliterasi dari prasasti tersebut terdapat di dalam buku Sejarah Nasional Indonesia II: Zaman Kuno buah karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang berbunyi:

“Sang maharaja Kudungga, yang amat mulia, memiliki putra masyhur, sang Aswawarman namanya, yang seperti angsuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai tiga putra, seperti api (yang suci). Yang terkemuka dari ketiga putra itu adalah Sang Mulawarman, raja yang beradab  baik, kuat, dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para brahmana.

Jejak Hikmah Raja Mulawarman

Sebagai salah seorang raja yang masyhur dalam sejarah kerajaan Kutai, tentu Mulawarman sempat menggurat sejumlah kebijaksanaan serta kearifan kepada masyarakat selama masa pemerintahannya.

Kebijaksanaan atau hikmah itulah yang kemudian mengantarkan sang raja selalu dikenang dalam lembaran-lembaran sejarah Kutai. Terdapat sejumlah hikmah berupa prestasi besar sang raja misalnya kerajaan Kutai berhasil mengalami kejayaan emas selama dipimpin oleh dirinya.

Rakyat-rakyat hidup dengan aman, tentram, dan sejahtera sehingga tercatat sang raja sempat mengadakan upacara korban emas yang sangat berlimpah. Sang raja yang merupakan pemeluk Hindu yang taat menyembah kepada Dewa Siwa dan bahkan juga menghadiahkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana.

Hikmah berupa kedermawanan sudah turun-temurun dilaksanakan oleh ayahandanya, Raja Aswawarman. Ketika masa kejayaan Kutai, banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan seperti berikut:

  1. Raja selalu mengadakan upacara sedekah di Waprakeswara (tanah yang dianggap suci) setiap tahunnya.
  2. Raja membagikan hadiah kepada para brahmana berupa emas, tanah, serta ternak.

Tidak hanya sang raja yang dermawan, rakyatpun dengan senang hati menyampaikan tanda terimakasihnya kepada sang raja tercinta dengan cara sebagai berikut:

  1. Mengadakan kenduri (selamatan) untuk mendoakan keselamatan sang raja
  2. Mendirikan sebuah tugu prasasti berisi tulisan mengenai kebesaran sang raja.

Jadi, nilai-nilai hikmah yang dipraktekkan oleh Mulawarman sebenarnya merupakan nilai luhur yang dia warisi dari ayahnya, Aswawarman. Sejatinya, nilai luhur tersebut merupakan karakter dari keluarga kerajaan sendiri.

Maka, dari karakter tersebutlah tercipta hubungan harmonis antara raja dan rakyatnya. Sudah sepantasnya ketika sang raja mampu membuat rakyatnya sejahtera, mau dan ikhlas melayani dan mengasihi rakyatnya, maka rakyat pun kemudian tanpa segan menghormati dan bahkan akan selalu mengenangnya.