5 Jajanan Khas Indonesia yang Mempunyai Filosofi Mendalam

Makanan khas Indonesia itu ternyata nggak cuma bisa menggoyang lidah, tetapi juga bisa mengajarkan banyak hal yang positif kepada kita. Buat kamu yang suka jajan, pasti sudah nggak asing lagi kan, dengan makanan khas Indonesia seperti lontong, ketupat lemper dan lain sebagainya.

Tapi, tahukah kamu? Beberapa jenis makanan khas tersebut nggak cuma bisa menggoyang lidah saja, akan tetapi juga mengandung filosofi yang sangat mendalam.

 

Lontong

indonesian-medan-food.blogspot.com
indonesian-medan-food.blogspot.com

Makanan dengan bentuk lonjong ini biasanya disajikan dengan berbagai macam makanan lainnya, seperti rujak, soto, bakso dan lain sebagainya. Teksturnya yang lembut dan empuk membuatnya jadi alternatif pengganti nasi.

Namun tahukah kamu? Ternyata lontong itu punya makna filosofis yang cukup mendalam. Kata lontong itu berasal dari bahasa Jawa “Olone dadi kothong” atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia berarti “Kejelekannya sudah tidak ada lagi atau hilang”.

Filosofi tersebut erat kaitannya dengan bulan Ramadhan. Sepertti yang sudah kita ketahui, bahwasanya bulan Ramadhan adalah bulan suci umat Islam yang dimana dibukakan pintu ma’af serta dimudahkannya untuk beribadah serta pahala yang berlipat-lipat dibandingkan dengan bulan-bulan yang lainnya. Hingga akhirnya kembali suci atau fitrah (Olone dadi kothong).

Lemper

Lemper
cooksillustratedzme.com

Lemper merupakan salah satu jajanan primadona yang hampir selalu ada dalam setiap acara-acara besar. Mulai dari resepsi pernikahan, khitanan, hingga bukusan pengajian.

Selain itu, lemper ternyata juga mempunyai filosofi mendalam yang berasal dari bahasa Jawa, yaitu “Yen dilem atimu ojo memper” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia “Ketika dipuji maka hatimu jangan sombong atau membanggakan diri”. Dengan kata lain bahwasanya diatas langit itu masih ada langit, dan tidak sepatutnya manusia itu menyombongkan diri. Karena, manusia itu hanya bagian kecil dari dunia ini.

Ketupat

topiksulut.com
topiksulut.com

Ketupat atau yang disebut juga dengan kupat, merupakan salah satu makanan ikonik ketika perayaan lebaran. Sebernya ketupat tidak jauh beda dengan lontong, akan tetapi ketupat mempunyai bentuk yang unik dan membutuhkan keahlian khusus dalam membuatnya.

Dibalik ketenaran ketupat, ternyata dia juga memiliki filosofi mendalam yang berasal dari bahasa Jawa “Ngaku lepat” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia, berarti “Mengakui kesalahan”. Makanya, sering kita jumpai ketupat ketika moment lebaran fitri yang dimana terdapat momen untuk saling memaafkan.

Apem

ari22okta.blogspot.com
ari22okta.blogspot.com

Makanan khas yang satu ini juga sering kita jumpai ketika acara-acara tradisional dan biasanya jadi salah stu jenis makanan pengisi kotak kue yang dihantarkan ke tetangga kanan kiri. Makanan ini memiliki bentuk yang hampir mirip dengan surabi, akan tetapi bentuknya lebih padat dan bulat.

Selain itu, apem juga memiliki filosofi mendalam yang berasal dari bahasa Arab “Afwun” yang jika diartikan dalam bahasa Indonesia, berarti “Maaf”. Jadi, dulu orang-orang tua sengaja ngasih tetangga mereka apem dengan tujuan untuk meminta maaf. Oleh karena itu, apem mempunyai rasa yang manis, semanis meminta maaf.

Kolak

aneka olahan durian
bisnisukm.com

Kolak, biasanya tebuat dari berbagai macam jenis umbi-umbian, mulai dari ketela, singkong dan lain sebagainya. Terkadang juga ditambah dengan yang lainnya, seperti pisang, kacang hijau, dan lain sebagainya.

Umbi-umbian tersebut jika dalam bahasa Jawa disebut dengan “Polo pendem”. Hal tersebut bertujuan untuk mengingatkan kita, akan kematian yang dimana setiap manusia pasti akan dipendam atau dikubur.

Maka dari itu, sebelum hal tersebut menimpa kepada kita, maka berbuat baiklah dan lakukan kewajibanmu sebagaimana mestinya. Jangan pernah melalaikan Sholat dan selalu menjaga hubungan baik dengan sesama, karena kita tidak tahu kapan kita akan dipanggil oleh sang pencipta.

Selain itu, di dalam kolak biasanya juga terdapat yang namanya santan atau biasanya disebut dengan santen yang berasal dari bahasa Jawa “Sing salah nyuwun ngapunten” yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia “Siapapun yang bersalah haruslah minta maaf” baik itu kepada sesama manusia atau kepada Allah.