Helvy Tiana Rosa, Kartini Masa Kini

Raden Ajeng Kartini digadang-gadang sebagai pahlawan pembela emansipasi wanita. Jika disandingkan dengan Cut Nyak Dien, Cut Mutia, dan sederet pahlawan wanita lainnya, Kartini bisa dibilang istimewa.

Bagaimana tidak? Kartini tidak mengayunkan pedang ataupun senapan untuk memperjuangkan nasib bangsanya. Namun perang yang ditempuh Kartini adalah perang lewat serangkaian kata yang membentuk tulisan.

Kumpulan surat-surat Kartini kemudian dikumpulkan menjadi “Habis Gelap Terbitlah Terang.”

Ya, kekuatan penulis tak layak dipandang sebelah mata lagi. Penulis mampu memperjuangkan nilai-nilai kebaikan bahkan hingga menembus batas ruang dan waktu.

Diterjemahkan ke berbagai bahasa, dibaca oleh manusia-manusia generasi selanjutnya, dan pahala nilai kebaikan tersebut masih mengalir meskipun si penulis sudah mati berkalang tanah.

Helvy Tiana Rosa pantas disebut sebagai Kartini zaman sekarang. Karya-karya bernafaskan Islami telah memberikan semangat banyak orang untuk berbuat kebaikan.

Putu Wijaya menyebut karya-karya Helvy sebagai sastra dzikir dan meditasi. Bagaimanakah perjalanan hidup yang ditempuh Helvy dengan serangkaian huruf yang terus ia cipta?

Latar Keluarga

www.sastrahelvy.com

Helvy dilahirkan di Medan, 2 April 1970 dari keluarga yang kental akan seni. Ayahnya bernama Amin Usman merupakan penulis lirik lagu Jangan Ada Dusta di Antara Kita yang dinyanyikan oleh Dewi Yul.

Sedangkan ibunya bernama Maria Eri Susanti adalah seorang penari. Namun Helvy mengaku bahwa bakat adalah bonus dari Allah. Kesuksesan yang ia raih sebagai penulis adalah karena tekad kuat serta latihan.

Keluarga Helvy adalah keluarga yang sangat sederhana. Kakak dari Asma Nadia dan Aeron Tomino beserta semua keluarganya pernah hidup di pinggir rel kereta api.

Suara bising kereta api yang lewat menemani keseharian Helvy di masa kecilnya. Namun ibunya selalu membekali dengan dongeng dan wejangan agar optimis menjalani hidup.

Ibunya juga dapat menanamkan kebiasaan menulis pada Helvy dan Asma Nadia. Terbukti karya-karyanya saat ini banyak menghiasai toko-toko buku.

Latar Pendidikan

www.youtube.com3

www.youtube.com

Helvy mulai mencintai menulis sejak kelas 1 SD. Beliau sering mencoret-coret buku untuk menulis catatan harian. Kemudian saat kelas 3 SD karya beliau dimuat di majalah anak-anak dan koran.

Awalnya motif menulis Helvy adalah materi. Dari honor tulisannya beliau dapat membiayai sekolahnya. Menulis adalah cara cepat mendapatkan uang.

Saat duduk di bangku SMP, tulisan Helvy dimuat di Koran Sinar Harapan. Helvi juga berkembang dengan pendidikan sastra yang ia dapatkan di Universitas Indonesia (UI). Beliau menyelesaikan S1 Fakultas Sastra jurusan Sastra Arab.

Kemudian melanjutkan S2 Jurusan Ilmu Susastra Fakultas Ilmu Budaya.

Karya-Karya yang Mendunia

www.sastrahelvy.com

Ibu dari Abdurhman Faiz dan Nadya Paramitha ini telah melahirkan berbagai karya-karya mendunia. Cerpen yang mendobrak adalah Ketika Mas Gagah Pergi yang diterbitkan Annida pada tahun 1993.

Film dari cerpen ini beberapa waktu lalu diputar di bioskop dengan tetap mempertahankan nilai-nilai idealisme. Uniknya film Ketika Mas Gagah Pergi dibuat dengan dana iuran dari para relawan.

Helvy berhasil meraih The 500 Most Influential Muslims in The World, Royal Islamic Studies Centre, Jordan, dan Georgetown University selama tahun 2009-2011.

Berbagai penghargaan dan kejuaraan internasional lainnya telah berhasil ia raih.

Helvy Adalah Pengarang, Bukan Dosen

www.inigresik.com

Selain menjadi penulis, Helvy juga tercatat sebagai dosen di Universitas Negeri Jakarta. Namun beliau mengatakan bahwa jika beliau ditanya apa pekerjaannya, beliau memberikan jawaban sebagai pengarang.

Mengajar sebagai dosen hanyalah menyalurkan hobinya. Gaji sebagai dosen yang hanya lulusan S2 jauh lebih kecil dibandingkan dengan honornya menjadi pengarang.

Pendiri Forum Lingkar Pena sebagai gerakan menulis mendunia ini enjoy menjalani hari-harinya sebagai penulis dan dosen.