Faktor Penyebab Korupsi

Faktor Penyebab Korupsi – Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme atau KKN mencapai puncaknya selama masa orde baru Presiden Soeharto (1965-1998) yang kemudian membuat presiden RI ke 2 tersebut memilih lengser dari jabatannya setelah masyarakat dan mahasiswa berbaur untuk menggulingkannya.

Di media masa hampir setiap hari di warnai dengan masalah korupsi yang seolah tak pernah dapat dihentikan. beberapa pejabat negara satu persatu diciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan tentu saja ini belum akan berakhir dalam waktu dekat.

Korupsi tentu saja bukan hanya dilakukan oleh para elite negara, pejabat setingkat RT/RW pun kadang ada yang melakukan praktik ini. Meskipun dalam skala uang yang tentunya lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang membuat manusia menjadi koruptor, mulai dari faktor Internal dan Eksternal. Berikut adalah beberapa diantarnya:

Keserakahan / Ketamakan

Salah satu faktor maraknya praktek korupsi adalah ketamakan dan sifat keserakahan yang dimiliki oleh manusia. Bila kita lihat koruptor mayoritas adalah orang-orang yang berkecukupan dalam hal ekonomi. Namun sifat yang ingin memiliki lebih dan lebih sehingga diri mereka tidak pernah merasa cukup dan bersyukur atas rizki yang telah diberikan.

Moral

Moral dan pendidikan seharusnya dapat berjalan beriringan. Namun sayang. Kadang orang yang berpendidikan tinggi tidak memiliki moral yang baik. Mereka malah menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang diinginkannya tanpa mempedulikan efek yang ditimbulkan dari sifat yang dilakukan.

Gaya Hidup dan Keluarga

Tak dapat dipungkiri bahwa gaya hidup seseorang dan keluarga turut mempengaruhi maraknya praktek-praktek korupsi, Mereka harus memenuhi biaya-biaya tinggi untuk mengimbangi kehidupannya yang glamor dan serba mewah.

Lemahnya Penegakan Hukum

Penegakan hukum yang lemah membuat koruptor memiliki efek jera dan taubat untuk melakukan praktek tersebut. Mungkin mereka akan berpikiran bahwa semuanya dapat dibeli dengan uang. Termasuk hukum di negara kita yang masih mereka pikir dapat diakali.

Lingkungan

Lingkungan turut mempengaruhi praktek korupsi, terutama bila dalam lingkungannya (kantor/pemerintahan) praktek ini sudah dianggap biasa. Sehingga ketika seseorang melakukannya pun dia tak merasakan bahwa hal tersebut bukan merupakan perkara yang luar biasa.

Politik dan Organisasi

Sistem politik atau organisasi yang tidak berjalan baik, terlebih apabila pemimpinnya tidak memiliki sifat keteladanan. juga, menjadi salah satu penyebab terjadinya korupsi. di Indonesia sendiri praktek korupsi banyak juga dipengaruhi oleh sistem perpolitikan yang banyak mengandalkan uang ketika masa pemilihan.

Sistem yang Kurang Baik

Sebetulnya korupsi dapat dicegah apabila suatu organisasi memiliki sistem yang baik, terutama dari sisi transparansi, akuntabilitas dan pengawasan yang ketat serta juga keinginan kuat untuk memberantas praktik kotor tersebut.

Lemahnya Penegakan Hukum

Penegakan hukum yang lemah membuat koruptor memiliki efek jera dan taubat untuk melakukan praktek tersebut. Mungkin mereka akan berpikiran bahwa semuanya dapat dibeli dengan uang. Termasuk hukum di negara kita yang masih mereka pikir dapat diakali.

Di Indonesia sendiri, beberapa kali diusulkan untuk diadakannya hukuman mati kepada pejabat yang korup. Namun tentu saja ini menjadi perdebatan, terlebih beberapa orang menganggap bahwa hukuman mati itu melanggar Hak Asasi Manusia (HAM)

Hukuman untuk para koruptor di Indonesia tentu saja masih jauh bila dibandingkan dengan hukuman di negara Tiongkok yang memberlakukan hukuman mati bagi para koruptor. Presiden negara tersebut benar-benar mengobarkan perang dan bertekad untuk membenahi birokrasi sehingga tidak ada lagi kebocoran anggaran akibat dicuri oleh orang-orang bermental bejat.