Daripada Pacaran Mendingan Kawin Gantung

Orang yang tidak pacaran dikatakan kurang pergaulan. Tidak tahan dengan tekanan dari lingkungan yang pro pacaran, lalu terbawa arus pacaran, tapi malah kebablasan. Akhirnya terpaksa dinikahkan dan punya anak 5 bulan setelah nikah.

Gaya berpacaran orang Indonesia sekarang nggilani, sudah terkontaminasi budaya ras kulit putih. Tak seperti zaman simbah buyut kita dahulu yang tidak mengenal pacaran. Mental orang Indonesia sekarang memang membaik, tidak lagi pemalu dan penakut. Sisi buruknya, mental berpacaran juga naik menjadi tidak punya malu dan tidak takut.

Orang tua mulai khawatir dengan kelakuan anak-anak sekarang, bagaimana membentengi mereka agar tidak melangkah terlalu jauh dalam pacaran. Kebanyakan orang tua hanya mewanti-wanti anaknya agar jangan begini dan begitu, tapi mereka tidak mau menikahkan anaknya dengan alasan masih terlalu kecil, masih kuliah, atau belum bekerja.

Padahal bila mereka mau menikahkan anaknya, mereka terbebas dari rasa khawatir berlebihan. Menikah akan membuat suami-istri mandiri, bila sebelum menikah kekanak-kanakan maka setelah menikah akan bersikap dewasa. Menikah bukan halangan untuk kuliah, malah termotivasi cepat lulus. Yang belum bekerja sebelum menikah, akan rezekinya akan lancar setelah menikah karena sudah dijanjikan oleh Sang Pemberi Rezeki.

Ada satu cara lagi agar tidak kebablasan pacaran yaitu dengan nikah gantung atau lebih populer dengan kawin gantung. Sebenarnya kawin gantung ini sudah dipraktekkan oleh orang paling mulia umat ini, tapi masih banyak yang tidak paham dengan kawin gantung.

Kawin gantung berbeda dengan kawin kontrak. Kawin gantung adalah menikah tapi tidak “campur” dalam jangka waktu tertentu. Artinya menikah seperti umumnya sebuah pernikahan, tapi ada kesepakatan suami-istri tidak “campur” dalam jangka waktu tertentu.

Konsep ini lebih bisa diterima oleh akal untuk menghindari perzinahan. Kawin gantung ini tidak seperti pada sinetron Indonesia yang salah kaprah mengartikan kawin gantung. Kawin gantung tidak merugikan pihak perempuan atau laki-laki karena memang benar-benar menikah, tidak untuk sesaat. Oleh karena itu mereka harus benar-benar serius memilih calon pendamping hidupnya.

Embel-embel gantung karena selama menikah mereka menahan diri untuk tidak “campur”, karena dianggap masih belum siap. Tapi andaikan mereka “bercampur” toh mereka sudah resmi suami-istri, jadi tidak ada yang khawatir bila mereka kebablasan.