7 Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak 3-6 Tahun

Mengajarkan percaya diri pada anak sangat penting. Ketika anak sukses mengarungi tahap batita dengan percaya diri, ia akan menjadi anak yang bergairah untuk bereksplorasi/belajar mengenal lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya. Ketika bereksplorasi ia belajar mengontrol lingkungannya sehingga akan tumbuh perasaan “aku mampu berbuat sesuatu.”

Oleh karena itu orang tua harus memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berinisiatif dan bereksplorasi, jangan banyak dilarang (sejauh tidak berbahaya), dan berikan dorongan untuk bisa melakukan sesuatu, dan tidak mengkritik ketika anak melakukan kesalahan.

Pada masa ini anak harus berani mencoba, bahkan berani untuk melakukan kesalahan. Bayangkan apa yang akan terjadi ketika anak terjatuh sewaktu belajar berjalan, kemudian orang tua memarahinya. Anak tidak akan berani mencoba lagi untuk berjalan dan ia akan menjadi lumpuh.

Belajar dari kesalahan adalah cara yang efektif untuk menguasai sesuatu.

Pada masa ini ia ulai tertarik untuk berkawan dan mempunyai perasaan bahwa ia diterima oleh kawan-kawannya. Oleh karena itu, orang tua perlu mengajarkan anak untuk dapat menghargai kawannya.

Kemampuan anak untuk bisa berbagi/meminjamkan apa yang dimiliki dengan kawannya serta bergiliran adalah hal yang penting.

Usia ini sangat penting dalam pembentukan inisiatif anak. Jika orang tua mengerti cara menghadapi anak pada tahapan usia ini dan memberikan dorongan pada anak, maka anak akan berkembang menjadi orang yang penuh inisiatif dan kreatif.

Sebaliknya apabila orang tua banyak mengkritik apalagi memarahi, anak akan sering merasa bersalah, takut untuk mencoba, dan minder.

Tips untuk Orang Tua Anak Umur 3-6 Tahun

anak  percaya diri dengan mengekspresikan gambar

 

  1. Selalu siapkan media gambar

Pada masa ini anak senang mencoret-coret karena ingin mengekspresikan perasaan dan pikirannya melalui gambar. Kemampuan berbicara mereka belum sempurna, maka dengan menggambar ia akan bebas mengekspresikannya.

Selalu siapkan krayon/pensil berwarna dan kertas agar anak selalu mempunyai kesempatan untuk menggambar. Lebih bagus lagi apabila anak bisa bersekolah yang ada sesi “jurnal,” dimana anak bisa menggambar bebas dan belajar menceritakan isi gambarnya baik dengan berbicara maupun dengan tulisan.

Selain bermanfaat untuk mengembangkan rasa percaya diri anak, juga membangun fondasi kemampuan membaca pada anak.

  1. Jangan marahi anak, cukup beri penjelasan

Apabila anak mencoret tembok, jangan dimarahi, namun berikan penjelasan, misalnya “Kasihan papa dan mama harus beli cat yang harganya mahal, padahal uangnya perlu untuk membeli makanan/susu/uang sekolah.”

Hindari menegur dengan bahasa negative, seperti kata ‘jangan’ dengan berkata “Jangan menulis-nulis di tembok!” Berikan alternatif untuk mencoret di atas kertas dengan bahasa positif. Katakan “Menggambarnya di kertas ya, bukan di tembok.”

  1. Dorong anak untuk dapat menguasai sesuatu sesuai kemampuannya.

Berikan bantuan hanya ketika anak meminta, karena pada usia ini anak ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Berikan pujian pada setiap keberhasilan anak, sekecil apa pun.

Apabila anak merasa tidak mampu, jangan lontarkan kata negative “kok begitu saja tidak bisa,” gantilah dengan kata “usaha yang bagus, kalau kamu mencoba lagi tentu akan bisa. Mama waktu kecil juga tidak bisa, tapi dengan mencoba terus, mama bisa juga.”

  1. Jangan dimasukkan ke sekolah TK/PAUD yang memberikan nilai dengan angka atau huruf.

Rasa percaya diri akan sulit tumbuh ketika anak merasa khawatir hasilnya akan jelek, ketika melihat nilai kawannya lebih bagus atau lebih jelek. Hal ini juga akan merusak motivasi anak dalam belajar, bukan karena tertarik dengan materi pelajaran, tapi karena ingin mendapat nilai yang bagus sehingga akan menghambat sikap eksploratif dan inisiatif anak.

Biasanya ketika anak merasa dinilai ketika melakukan atau belajar sesuatu, daya kreativitas tidak akan tumbuh, takut mengambil risiko, takut mengekspresikan pendapat yang berbeda. Ia akan menjadi pribadi yang mencari aman, pasif, takut salah, tidak kreatif, dan sulit untuk bisa sukses di masa depannya.

  1. Selalu respon pertanyaan anak

Karena sikap eksploratifnya, orang tua perlu menunjukkan rasa antusiasnya pada setiap apa yang dilakukan anak. Selalu merespon setiap pertanyaan atau komentar anak. Anak akan merasa dihargai kemampuannya, sehingga ia akan mempunyai citra diri positif. Anak yang merasa dihargai, akan mampu menghargai orang lain.

  1. Yakinkan bahwa ia spesial.

Pada usia ini anak sudah mulai membandingkan dirinya dengan kawannya. Apabila anak berkata, “Andi kok pintar sekali menyanyi, kenapa saya tidak bisa?”

Orang tua harus dapat menonjolkan kemampuan anaknya, misalnya dengan berkata, “Ya, Andi pintar menyanyi, tapi kamu pandai sekali bermain bola.” Anak perlu mengetahui bahwa bakat manusia berbeda-beda, dan setiap anak adalah special dengan kemampuannya masing-masing.

  1. Ajarkan pendidikan karakter.

Pada usia prasekolah guru harus mengajarkan pendidikan karakter secara eksplisit. Misalnya mengajarkan anak untuk menghargai kemampuan dirinya dan kawannya, tidak melakukan bullying (saling mengejek), mendorong anak untuk berani mengekspresikan pendapatnya, dan berani melakukan hal-hal baru.