8 Cara Mengajarkan Anak Agar Rajin Shalat

 

Umar bin Khattab mengungkapkan : hak anak yang harus dipenuhi ayahnya itu ada 3, yaitu memilihkan ibu yang baik, memberi nama yang baik, dan mengajarkan Al Quran. Dan dalam Al Quran perintah shalat banyak sekali. Itulah mengapa mengajarkan shalat pada anak harus jadi prioritas utama setiap ayah dalam mendidik anaknya.

(Baca juga: 4 Alasan yang Membuat Ayah Harus Terlibat dalam Mendidik Anak)

Masalahnya, bagaimanakah cara terbaik mengajarkan shalat pada anak? Tentu Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam yang punya jawaban terbaik. Berikut ini langkah-langkah yang RasulullahShalallahu ‘alayhi wa Sallam lakukan untuk mendidik anak agar rajin shalat.

1

Menjadi teladan kedispilinan shalat

 

Sejak usia masih sangat dini, anak sudah begitu lekat memperhatikan seluruh perilaku orangtuanya. Begitulah otaknya bekerja di usia tersebut : mengamati dan meniru. Dan anak adalah peniru yang sangat ulung. Maka saat ia menyaksikan sang Ayah selalu melakukan sesuatu yang sama sekian kali dalam sehari, secara alami anak akan tergerak untuk meniru.

Para Ayah pasti sudah pernah melihat bagaimana anak usia dua atau tiga tahun mulai berdiri, membungkuk, lalu duduk menungging untuk meniru gerakan shalat ayahnya. Ini sebuah pemandangan dan pengalaman yang sangat indah.

2

Mulai mengajak anak untuk shalat saat ia siap

 

Kapankah mulai mengajak anak untuk shalat? Abdullah bin Habib menyampaikan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallambersabda,

“Apabila  seorang anak dapat membedakan mana kanan dan kiri, maka perintahkanlah dia untuk mengerjakan shalat.” (HR Ath-Thabari)

Anak bisa membedakan kanan dan kiri menandakan otaknya sudah cukup berkembang. Pada masa ini, anak sudah mampu mengerti bahwa ibadah itu untuk mendekatkan diri dengan Rabb-nya.

3

Mengajarkan anak tentang shalat saat usia 7 tahun

 

Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash mengatakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda, “Perintahkanlah anak kecil untuk shalat apabila sudah berusia tujuh tahun…” (HR Abu Dawud dan al-Hakim)

Dalam Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah lith Thifl, Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid mengungkapkan kalau pada usia 7 tahun ini adalah masa dimulainya pelajaran shalat. Dalam praktiknya pada usia ini, kedua orang tua mulai mengajarkan rukun-rukun shalat, kewajiban-kewajiban shalat, dan pembatal-pembatal shalat.

4

Mulai menghukum anak jika ia lalai saat usia 10 tahun

 

Tahapan ini dimulai pada usia 10 tahun, beberapa tahun sebelum anak baligh. Sesuai kelanjutan dari hadits riwayat Abu Dawud dan al Hakim dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash sebelumnya,

Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat pada usia 7 tahun dan pukullah mereka untuk shalat pada usia 10 tahun serta pisahkanlah tempat tidur mereka.

Syaikh Ad-Dahlawi mengomentari hadits tersebut dengan mengatakan,

Balighnya seorang anak dicapai dari dua sisi, sampai pada tingkatan kesehatan jiwa. Hal ini terealisasi hanya dengan akal saja.

Tanda kemampuan menggunakan akal dimulai dari usia 7 tahun. Anak yang sudah mencapai usia 7 tahun, pasti pindah ke tingkatan ini secara bertahap, sedikit demi sedikit, tapi pasti.

Kemudian tanda kesempurnaannya pada usia 10 tahun. Anak yang sudah berusia 10 tahun, selama pertumbuhannya wajar, maka dia dianggap telah berakal; dapat membedakan mana yang memberi manfaat dan mana yang mengundang bahaya.

Bisa memahami perbedaan hal-hal yang memberi manfaat dan mengundang bahaya itu sangat penting untuk memahami pentingnya shalat. Shalat itu penghubung antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Meninggalkan shalat bisa menenggelamkan seseorang ke azab akhirat kelak. Melaksanakannya akan mendekatkannya ke surga.

Oleh karena itu, pertanda seorang ayah cinta pada anaknya adalah memastikan kalau anaknya menjalankan kewajiban shalat saat anaknya baligh. Tahapan menghukum jika anak lalai dalam shalat tentunya diperlukan agar anak benar-benar memahami hal ini baik secara sadar maupun di alam bawah sadarnya.

Tentu perlu ada komunikasi untuk memahamkan anak mengapa ayahnya menghukum saat anaknya lalai shalat.

5

Melatih anak untuk ikut shalat Jumat

 

Shalat Jumat itu wajib kecuali bagi yang sedang sakit, dalam perjalanan, wanita, anak keci, dan budak. Imam al Kasani mengungkapkan kalau shalat Jumat bagi anak kecil hukumnya sunnah.

Ada beberapa manfaat melatih anak laki-laki shalat Jumat, di antaranya:

  1. Kalau sudah baligh, dia terbiasa melakukannya
  2. Melatih anak mendengarkan ilmu saat khutbah Jumat. Carilah masjid yang khatibnya bagus dalam memberi materi sekaligus tidak terlalu lama karena rentang konsentrasi anak-anak umumnya lebih pendek dari orang dewasa
  3. Merasakan bagaimana membaur dengan masyarakat. Anak harus terbiasa berkumpul dengan kaum muslimin dan mengenal teman-teman ayahnya
  4. Jadi asupan keimanan untuk mendirikan shalat 5 waktu antara shalat Jumat dan shalat Jumat lainnya
  5. Anak mengenal ulama dan dai sejak kecil
  6. Anak mendapat pembentukan kepribadian secara menyeluruh untuk menjadi lelaki dewasa

6

Melatih anak untuk shalat malam

 

Ibnu Abbas menceritakan masa kecilnya,

Aku menginap di rumah bibiku, Maimunah, agar aku dapat memperhatikan bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallammengerjakan shalat. Beliau berdiri shalat. Aku datang dan berdiri di samping kiri beliau. Beliau menarikku  dan meletakkanku di samping kanan beliau. (HR Muslim)

Cerita masa kecil Ibnu Abbas ini mengungkapkan betapa RasulullahShalallahu ‘alayhi wa Sallam perhatian terhadap shalat anak-anak, sampai-sampai beliau memperbaiki kesalahannya. Latihan shalat malam perlu dilakukan agar saat baligh anak sudah terbiasa memohon pada Allah di waktu yang lebih dikabulkan doa-doa oleh Allah, yaitu sepertiga malam terakhir.

7

Membiasakan anak melakukan shalat istikharah

 

Pada saat Anas bin Malik masih kecil, Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam memberikan nasihat,

“Wahai Anas, apabila engkau merasa bimbang tentang suatu masalah, maka mintalah pendapat (shalat istikharah) kepada Rabbmu sebanyak 7 kali. Kemudian lihat apa yang terlintas di hatimu. Sebab, di sanalah ada kebaikan.”

8

Mengajak anak ke masjid

 

Jabir bin Samurah menceritakan masa kecilnya bersama RasulullahShalallahu ‘alayhi wa Sallam,

Aku mengerjakan shalat Zuhur bersama Rasulullah Shalallahu ‘alayhi wa Sallam. Kemudian, beliau pulang. Aku menyusul di belakang beliau. Beliau bertemu dengan anak-anak lalu mengusap kedua  pipi mereka satu per satu. Ketika beliau mengusap kedua pipiku, aku rasakan tangan beliau dingin dan berbau harum, seakan-akan baru dikeluarkan dari botol parfum. (HR Muslim)

Lalu kapankah sebaiknya orang tua mulai mengajak anak shalat di masjid?

Imam Malik berpendapat,

Apabila anak sudah mengerti dan mengetahui tentang adab serta tidak main-main, maka saya rasa tidak apa-apa. Apabila masih terlalu kecil dan tidak dapat tenang serta masih suka bermain-main, maka aku tidak menganjurkannya.

Selamat mempraktikkan di rumah. Dengan anak yang rajin shalat, akan ada banyak kebaikan dan ketenangan di rumah Ayah. Dan tentu Insya Allah ketenangan di akhirat kelak.


Posted

in

by

Tags: