5 Cara Mencerdaskan Otak Prefrontal Cortex Anak

Prefrontal cortex adalah bagian otak yang membedakan antara manusia dengan hewan. Prefrontal cortex terletak tepat di belakang dahi. Fungsi dari otak bagian ini adalah untuk berpikir, merencanakan, memutuskan sesuatu, mengontrol emosi dan tubuh, memahami diri sendiri, empati pada orang lain, dan juga moral. Orang-orang yang punya kepribadian dewasa adalah orang yang punya prefrontal cortex yang tumbuh dengan baik.the whole brain child

Dalam buku The Whole Brain Child, psikolog Daniel J. Siegel mengungkapkan 5 cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencerdaskan otak prefrontal cortex anaknya.

1

Melatih kemampuan anak dalam membuat keputusan

Salah satu godaan terbesar orang tua adalah membuatkan keputusan untuk anaknya. Umumnya alasan orang tua adalah agar anak selalu melakukan hal yang benar dan tepat. Namun orang tua perlu memberi anak latihan membuat keputusan bagi dirinya sendiri.

Membuat keputusan memerlukan fungsi eksekutif dalam otak, yang terjadi ketika prefrontal cortexmempertimbangkan beberapa pilihan. Memberikan beberapa pilihan pada anak, dan juga dampak dari pilihan tersebut, akan menguatkan prefrontal cortex anak.

Untuk balita, latihan ini bisa sesimpel menanyakan, “Apakah kamu ingin memakai sepatu biru atau sepatu putih hari ini?” atau “Kamu mau makan sereal rasa stroberi atau rasa cokelat?”

Jika anak sudah lebih besar, kita bisa memberinya tanggung jawab untuk memutuskan dan juga menghadapi dilema yang sedang mereka hadapi. Misalnya dalam uang jajan. Melatih anak untuk memutuskan jajan sekarang atau uangnya ditabung untuk membeli sepeda.

Biarkan anak bergulat memilih keputusan yang akan ia ambil dan menghadapi konsekuensi dari keputusannya. Sebisa mungkin, orang tua jangan memberi solusi dan mencoba “menyelamatkan anak,” bahkan ketika anak mengambil keputusan yang orang tua tidak tepat. Atau ketika anak membuat kesalahan.

Anak tidak perlu sempurna dalam mengambil setiap keputusan,  yang penting adalah prefrontal cortex-nya semakin berkembang.

2

Melatih anak untuk bisa mengontrol emosi dan tubuhnya

Salah satu hal yang belum mampu anak kecil lakukan adalah mengontrol dirinya sendiri. untuk itulah orang tua perlu melatih anak agar bisa tetap membuat keputusan yang baik saat anak marah.

Ada beberapa teknik yang bisa orang tua ajarkan:

  • membiasakan anak untuk mengambi napas yang panjang dan perlahan.
  • enghitung sampai 10 sebelum melakukan sesuatu
  • bantu anak untuk mengekspresikan perasaannya, misalnya dengan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai.

Anak kecil pun mampu berpikir agar tidak melukai orang lain dengan kata-katanya ataupun dengan amukannya. Semakin sering anak diberi pilihan selain mengamuk dan rewel, anak akan semakin punya prefrontal cortex yang lebih kuat.

3

Melatih anak untuk bisa memahami dirinya sendiri

Cara terbaik untuk membuat anak memahami dirinya sendiri adalah bertanya tentang perasaan anak. Misalnya, “Menurutmu mengapa kamu merasa ingin beli mainan robot itu?” “Apa yang membuatmu merasa seperti itu?” “Mengapa kamu merasa tidak bisa mengerjakan soal ujian?”

Ketika anak sudah bisa menulis, berikan anak jurnal dan dorong anak untuk menulis setiap harinya. Latihan rutin ini bisa meningkatkan kemampuan anak dalam memahami perasaannya sendiri.

Untuk anak yang lebih kecil, minta ia menggambar dan menceritakan isi gambarnya. Semakin sering anak berpikir tentang yang ia rasakan, anak akan semakin mampu memahami lingkungan sekitarnya.

4

Melatih empati pada diri anak

Orang tua melatih kemampuan empati dalam diri anak dengan meminta anak untuk mengungkapkan perasaan orang lain.

Di restoran, tanyalah, “Menurutmu mengapa bayi itu menangis?” Saat membaca buku cerita, tanyakanlah, “Menurutmu bagaimana perasaan Ayu melihat temannya pindah rumah?” Saat keluar dari supermarket, tanyakan, “Mbak-mbak kasir tadi baik banget sama kamu kan ya? Kira-kira hal apa saja ya yang bisa membuatnya jadi sedih?”

Mengalihkan perhatian anak ke perasaan orang lain dalam kesehariannya akan mencerdaskan otak prefrontal cortex anak.

5

Melatih moral pada diri anak

Saat keempat poin sebelumnya digabungkan, anak akan punya moral yang baik. Ketika anak membuat keputusan yang baik dengan mengontrol dirinya dan bertindak berdasarkan empati dan pemahaman diri, moral anak akan tumbuh.

Anak bukan hanya tahu perbedaan antara benar dan salah, anak akan memberi solusi yang melampaui keinginannya sendiri. Orang tua tidak bisa berharap anak terus konsisten karena otak anak masih terus berkembang. Tapi orang tua bisa terus bertanya tentang moral dan etika yang mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Latihan yang bisa orang tua lakukan adalah menanyakan pertanyaan “Kalau.” Misalnya: “Kalau ada anak yang lagi mem-bully teman kamu di sekolah dan tidak ada orang dewasa di sekitarmu, apa yang akan kamu lakukan?” atau “Kalau kamu melihat ada anak yang mencuri jajanan di warung, apa yang akan kamu lakukan?”

Kunci mengembangkan moral anak adalah menantang anak untuk berpikir tentang hal yang bisa ia lakukan dan juga memikirkan dampak dari tindakannya.

 

Tentu saja, 5 latihan ini perlu dibarengi dengan teladan yang orang tua perlihatkan apda anak. Saat orang tua mengajarkan kejujuran dan kebaikan, pastikan anak melihat hal baik tersebut dalam diri orang tua. Contoh apa pun, baik atau buruk, akan berdampak pada prefrontal cortex anak.