Biografi Imam Bonjol Pahlawan Indonesia dari Tanah Minang dan Sejarah Singkatnya

Biografi imam bonjol – Pembahasan pada artikel kali ini berisi tentang biografi lengkap tuanku imam bonjol lengkap dengan sejarah singkatnya, yang mana beliau ini adalah salah satu sosok pahlawan indonesia yang banyak jasanya untuk bangsa dan negara, imam bonjol terkenal pada riwayat perjuangan perang padri.

Seperti apa biografi imam bonjol dan sejarah singkatnya ? berikut dibawah ini pembahasannya.

Biografi Imam Bonjol

biografi imam bonjol

Ketika mendengar namanya langsung terlintas adalah beliau ini seorang muslim, betul memang jika beliau ini seorang muslim yang taat dan keras dalam melakukan perlawannan melawan penjajahan.

NAMA : TUANKU IMAM BONJOL

TEMPAT KELAHIRAN : Bonjol, Pasaman, Sumatera Barat 1772

MENINGGAL : 6 NOVEMBER 1864

Seperti yang tertulis diatas, tuanku imam bonjol adalah seorang kelahiran bonjol, pasaman, sumatera barat dan tahun lahir beliau adalah 1772, beliau adalah seorang ulama, pemimpin sekaligus seorang pejuang dalam melakukan perlawanan perang dengan belanda,.

Peperangan beliau itu dikenal dengan Perang Padri yang mana perang ini terjadi pada tahun 1803 – 1837, sampai akhirnya beliau wafat di dalam pengasingan lalu dimakamkan di Lotak, daerah pineleng, minahasa pada 6 November 1864.

Nama Asli dan Gelar

Perlu diketahui bahwa nama asli dari Tuanku Imam Bonjol adalah “Muhammad Shahab putra kelahiran bonjol sumatera barat, beliau dikenal sebagai sosok pemimpin dan juga ulama masyarakat sekitar, beliau mendapat gelar Peto Syarif, Malin Basa dan juga Tuanku Imam.

Tuanku nan Renceh asal kamang menjadi salah satu pemimpin dari Harimau nan Salapan sehingga menunjukkan beliau sebagai Pemimpin dari kaum Padri di daerah Bonjol, dengan begitu beliau menjadi akrab dikelan sebagai sebutan Tuanku Imam Bonjol.

Riwayat Perjuangan Perang Padri

Sebenarnya saya sedikit sedih jika menulis kisah perjuangan tuanku imam bonjol ini namun tetap akan saya tulis dan harapannya anda yang membaca dapat mengambil pelajaran bahwasanya kita harus selalu menjaga kesatuan NKRI ini.

Perang padri, perang yang banyak meninggalkan kenangan kisah heroik sekaligus traumatis bagi memori bangsa ini, bagaimana tidak selama kurang lebih 20 tahun itu banyak memakan korban jiwa orang pribumi sendiri yaitu orang minang, mandailing dan batak pada umumnya.

Cikal bakal perang ini adalah dari keinginan beberapa pemimpin ulama untuk menerapkan syariat islam sepenuhnya, lalu para ulama yang bergabung dalam Harimau salapan sebutan dikala itu untuk meminta kepada tuanku Lintau agar mengajak Raja Pagaruyung Sultan Muning Alamsyah dan kaum adat untuk meninggalkan beberapa kebiasaan yang diluar syariat islam.

Singkat kata dalam perundingan pun tidak ditemui kata sepakat antara kaum padri (kaum ulama) dengan kaum adat, dengan begitulah awal terjadinya gejolak hingga kaum padri dibawah pimpinan tuanku pasaman yang di pimpin tuanku Pasaman MenyerangPagaruyung tahun 1815, pertempuran ini dikenal dengan pertempuran koto.

Kalah dalam peperangan koto lalu kaum adat menyerahkan wilayah derek kepada belanda dengan kompensasi belanda bersedia membantu melawan kaum padri, dan inilah awal mula kesalahan karena mengajak belanda dalam konflik, hadirnya belanda dalam konflik malah semakin mengacaukan keadaan.

Kesadaran Tokoh Adat dan Ulama

Sehingga sejak tahun 1833 perang ini berubah menjadi perang antara kaum adat dan kaum ulama paderi melawan belanda, kedua pihak ini pun akhirnya bahau membahu untuk mengusir belanda dari tanah minang karena telah banyak menyebabkan kekacuaan selama ini.

Dengan bersatunya kedua belah pihak inipun semakin memperkuat kesatuan dan persatuan orang minang kala itu yang sadar telah di adu domba oleh belanda, namun ini belum berakhir karena ternyata belanda mengerakah banyak sekali pasukan kuatnya dari berbagai elemen untuk mengepung benteng kaum paderi di bonjol.

Dalam penyerangan itu belanda membawa 148 Perwira eropa ditambah 36 Perwira Pribumi, dan pasukan tentara sebanyak 1.103 dari eropa dan 4.130 tentara pribumi, tidak sampai disitu saja, karena datang lagi pasukan yang membantu belanda.

Dari Batavia diantaranya Kapitein Sinnighe, beberapa orang eropa dan afrika, 1 seregent, 4 kroporaals dan juga 112 flankerus, dari sekian banyak bala tentara yang dibawa belanda itu pun masih kesulitan untuk menaklukkkan Bonjol, daerah kecil dengan benteng yang hanya dari tanah liat dan dikelilingi parit keicil.

Penangkapan dan Pengasingan

Belanda terus menggempur namun tuanku imam bonjol masih tak sudi untuk menyerah kepada belanda, sampai akhirnya tanggal 16 agustus 1837 bonjol dapat dikuasai dengan pengepungan yang mengganti samapi 3 komandan perangnya.

Pada Bulan Oktober 1837 tuanku imam bonjol diundang untuk berunding ke palupuh, namun ketika tiba ditempat beliau langsung ditangkap dan dibuang ke cianjur, lalu kemudian dipindahkan ke ambon dan sampai akhirnya ke Lotak, Minahasa di dekat daerah manado.

Disitulah beliau meninggal dunia pada 8 November 1864 dan dimakamkan di tempat pengasingan itu, beliau wafat karena apa saya juga tidak tahu yang jelas jasa dan semangat beliau patut dicontoh kita sebagai anak bangsa ini.

Biografi imam bonjol