Bentengi Diri Anak Kita Sejak Kecil Agar Tidak Mengalami Disorientasi Seksual

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) merupakan sebuah agenda besar yang diupayakan oleh orang-orang berkepentingan di belakang mereka. Jika dahulu ada orang banci atau sedikit menyimpang, ia akan memendamnya dan berusaha agar sesuai dengan lingkungannya.

Namun seiring kampanye LGBT yang menyeruak akhir-akhir ini, para penderita penyimpangan seksual merasa bangga. Mereka tidak merasa berbeda dan percaya diri menunjukan jati dirinya.

Gelontoran dana dari pengusaha-pengusaha kaya kelas dunia seperti Star Bucks terus mengalir. Mereka terang-terangan menyatakan dukungan terhadap LGBT.

Belum lagi hiburan televisi, games, internet, dan lain-lain yang sangat dekat dengan dunia anak-anak. Tantangan yang harus mereka hadapi untuk melawan LGBT lebih berat dibandingkan zaman kita.

Oleh karena itu bentengi diri anak-anak sebelum terlambat. Bersama benteng yang kuat, mereka bisa melawan LGBT meskipun tidak selama 24 jam kita awasi.

Agama Nomor Satu

www.quranteladan.com

Aturan-aturan agama adalah rambu-rambu yang mengatur agar selamat dunia dan akhirat. Aturan ini tidak akan pernah basi meskipun zaman terus bergulir. Al Qur’an dan Hadits terus menjadi penerang kehidupan manusia sampai akhir zaman.

Berikan pengajaran agama yang terbaik untuk anak-anak sejak kecil. Berikan juga teladan kepadanya seperti menutup aurat dan membatasi pergaulan dengan lawan jenis.

Pilihlah sekolah yang peduli dengan penanaman nilai-nilai keislaman. Biasanya guru di sekolah ini lebih pro aktif mengamati perubahan yang terjadi pada anak kita.

Amalkan juga contoh mendidik anak-anak dari Rasulullah seperti memberikan tempat tidur sendiri pada usia 7 tahun.

Kuatkan Jati Diri Anak Sejak Kecil

www.mutiarabijaksana.com

“Anak laki-laki itu mainannya robot. Anak laki-laki juga harus kuat, gak boleh lemah, dan gak boleh cengeng.” Begitulah contoh percakapan untuk menguatkan jati diri anak-anak.

Jangan sampai membelikan mainan anak laki-laki boneka barbie. Begitu juga sebaliknya, jangan membelikan anak perempuan mobil-mobilan.

Hal ini juga berlaku pada pemilihan model pakaian yang akan dikenakan anak.

Dampingi Tontonan Anak

www.musthafa.net

Televisi adalah media tercepat untuk mengajarkan nilai-nilai kurang baik kepada anak. Sering kita lihat kasus anak SD yang berfoto dengan pacarnya meniru adegan sinetron televisi.

Seleksi tontonan yang boleh dikonsumsi anak. Minimalisir menonton sinetron-sinetron tak mendidik. Tontonan aman seperti Upin Ipin sekalipun tetap perlu pendampingan. Tokoh Abang Saly yang seperti banci menjadi guyonan.

Padahal jika anak terbiasa menonton tokoh seperti itu, otaknya berpikir bahwa banci dan orang-orang seperti itu adalah hal yang wajar.

Batasi Penggunaan Gadget

www.bilna.com

Internet adalah sebuah dunia maya yang luas dan tak terbatas. Bijak dalam penggunaannya akan memudahkan hidup. Namun jika tidak bijak, urusan kehidupan semakin runyam.

Konten-konten porno sudah sedemikian luas menyebar di dunia maya. Dari artis dengan bayaran tinggi sampai orang-orang tidak punya malu menyebarkan video adegan tak senonoh di internet dengan bangga.

Video porno adalah penyakit yang sulit penyembuhannya. Sekali anak tak sengaja menontonnya, ia akan kecanduan. Banyak fakta ilmiah membuktikan bahwa video porno dapat merusak perkembangan otak.

Batasi dan kontrol penggunaan gadget sehingga anak-anak tidak berlebihan dalam menggunakannya.

Jaga Lingkungan Pergaulan Anak

www.eckapunyacerita.blogspot.com

Banyak kasus terjadi dimana anak-anak bersikap manis seolah tidak ada apa-apa di rumah. Namun saat ia keluar rumah, perilakunya tak terkendali. Kasus ini tentu dipengaruhi lingkungan pergaulan anak.

Memilihkan sekolah Islam memiliki harapan lingkungan baik lebih besar dibandingkan sekolah umum. Meskipun pendampingan juga masih tetap diperlukan.

Dekati hati anak, sehingga anak menganggapmu sebagai sahabat. Ia tidak akan sungkan menceritakan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya kepada orang tua.

Jangan menjadi monster, dimana anak-anak menjaga jarak. Alhasil mereka mencari lingkungan lain yang bisa saja salah untuk mencurahkan isi hatinya.