Bagaimana Agar Terhindar dari Penculikan yang Berawal dari Kenal di Facebook

Facebook memang sangat fenomenal, berhasil mengubur media sosial Friendster dan menjadi media sosial nomor satu sampai saat ini. Orang tidak dianggap gaul bila tidak memiliki Facebook, akibatnya orang yang kurang mengerti dunia internet pun membuat akun Facebook.

Fitur pertemanan dan chatting membuat orang terpukau. Sebagian pengakses Facebook larut dalam dunia internet yang indah. Semua yang terpampang di Facebook dianggap sebuah kebenaran, orang yang lugu pun tertipu. Orang dewasa tertipu harta, sedangkan yang belum dewasa tertipu raga.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan pada tahun 2014 terjadi 5.666 kejahatan terhadap anak, tahun 2015 terjadi penurunan menjadi 3.820. (http://www.kpai.go.id/berita/kpai-apresiasi-komitmen-presiden-jokowi-cegah-kekerasan-anak/) Kejahatan terhadap anak juga mencakup penculikan yang diawali dengan perkenalan lewat Facebook. Kasus terakhir yang diberitakan media adalah siswi kelas 3 SMP di Kecamatan Bandar, Kabupaten Batang, Jawa Tengah yang dibawa kabur kenalan Facebooknya, beruntung dia sudah ditemukan keluarga.

Dalam hukum Indonesia, ada bias definisi anak di bawah umur (http://anggara.org/2013/08/21/anak-di-bawah-umur-dan-dewasa/). Artikel ini tidak akan membahas anak di bawah umur karena yang ingin diangkat adalah hilangnya orang karena dilarikan kenalan Facebook.

Hilangnya orang yang masih dalam pengawasan orang tua ini, kebanyakan tertipu oleh bujuk rayu lain jenis, atau dengan iming-iming uang atau pekerjaan. Mayoritas yang hilang adalah remaja perempuan, mereka dilarikan oleh kenalan di Facebook untuk dieksploitasi dan diperjual-belikan. Masihkah bermain Facebook dengan banyaknya kasus ini?

Masa remaja adalah masa-masa labil seorang manusia, dia mudah dipengaruhi dan ingin mendapat perhatian. Mereka juga cenderung terbuka berteman dengan siapa saja. Celah itulah yang dimanfaatkan untuk memperdaya mereka.

Mereka juga ingin menunjukkan eksistensi, keras kepala, tidak mau menerima masukan, dan tidak suka diawasi. Meskipun sahabat dan keluarga sudah memberi peringatan akan bahaya di dunia internet, mereka tetap tidak percaya sebelum mengalami sendiri.

Beruntung sekarang sudah jarang remaja yang dilarikan kenalan Facebook, mereka sudah banyak yang mengetahui dark side dunia internet, dan ada kecenderungan mereka bosan bermain Facebook. Mereka mulai merambah Whats App, Instagram, dan Snapchat. Para penipu agak sulit menggunakan media sosial lain selain Facebook untuk melakukan kejahatannya.

Tindakan preventif perlu dilakukan agar tidak ada lagi remaja yang hilang karena Facebook. Orang tua harus mengikuti perkembangan teknologi agar dapat menjaga keluarga dari kejahatan internet, selalu update dengan berita kejahatan di dunia internet dan bagi informasi tersebut kepada anggota keluarga, sehingga mereka tahu dunia internet tidak selalu aman. Remaja tidak suka dimata-matai, lebih baik saling terbuka dan diskusi dalam suasana santai mengenai aktivitasnya di dunia internet. Bila memungkinkan bukalah Facebook bersama-sama dan berdiskusi tentang pertemanan dan cara mengatur privasi di Facebook.