Ada 4 keajaiban dalam pernikahan

Ada yang menganggap pernikahan adalah sesuatu yang lumrah. Pernikahan hanya dipandang sebagai bersatunya dua orang berbeda jenis demi menjalankan perintah Agama, serta bertugas melanjutkan kehidupan dengan melahirkan keturunan. Cara pandang seperti itu terlalu menyederhanakan persoalan. Orang yang menganggap pernikahan hanya sebagai sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja, adalah orang yang jiwanya keras, hingga tak mampu melihat hakekat yang tersembunyi di balik pernikahan.

Padahal dalam setiap pernikahan, setidak-tidaknya mengandung empat keajaiban. Hanya manusia yang jiwanya peka saja yang dapat merasakan keajaiban-keajaiban seperti ini :

 

1

Keajaiban pertama, engkau dan isterimu adalah orang asing dan bukan muhrim

Engkau dan isterimu adalah orang asing dan bukan muhrim Lalu Allah menanamkan cinta dalam hatimu dan hati calon isterimu, sehingga kalian dapat berjodoh.
Biasanya dua orang dapat menjadi akrab bila keduanya sering bertemu. Walau sering bertemu, tidak ada jaminan keduanya akan saling tertarik. Namun dalam pernikahan, segalanya menjadi serba mungkin. Banyak kita temui sepasang suami isteri, sebelumnya adalah orang yang tidak saling mengenal, tidak memiliki hubungan darah, tidak tinggal di wilayah yang berdekatan. Mereka benar-benar asing. Namun Allah membisikkan dalam jiwa mereka rasa cinta, hingga mereka dapat saling berdekatan, menyatu dalam ikatan suci, menempuh kehidupan dalam rentang waktu yang panjang.
Apakah hal itu hanya biasa-biasa saja, dan bukan sebuah keajaiban?
Penyatuan dua orang yang semula asing itu merupakan keajaiban, karena tidak ada teori yang mampu merumuskan kekuatan apakah yang mendorong dua orang asing saling mendekat. Meskipun kalian semula adalah orang asing, karena ada dorongan untuk saling mengisi, kemudian kalian bertemu dan bersatu dalam sebuah ikatan suci. Itulah hakekatnya jodoh.

2

Keajaiban kedua, hanya dengan satu kalimat engkau telah membuat perubahan besar dalam hidupmu dan juga kehidupan isterimu.

Wahai para suami, isteri adalah amanah yang dititipkan padamu. Cobalah engkau bayangkan, hanya dengan satu kalimat, “Kuterima ijab fulanah binti fulan dengan mahar sekian.” Sekali lagi, hanya dengan kalimat itu, engkau kemudian memboyong isterimu, memisahkan dia dari orang-orang yang selama belasan atau bahkan puluhan tahun mengasuh, mendidik dan membesarkannya. Hanya dengan kalimat itu saja, engkau mencabut hak pengasuhan dan pengawasan orang tuanya. Karena seorang isteri, setelah menikah harus lebih mentaati suami daripada orang tuanya sendiri. Hanya dengan satu kalimat segala yang haram menjadi halal, segala yang jauh menjadi dekat.
Sungguh sulit dicerna oleh pikiran, seorang anak gadis yang telah belasan atau puluhan tahun dipelihara oleh orang tuanya, lalu hanya dengan satu kalimat, hak orang tua seketika berpindah ke tangan lelaki asing. Mungkin setelah itu sang anak gadis akan pergi meninggalkan orang tuanya, hidup bersama orang ‘asing’ yang telah menjadi suaminya.
Hanya dengan satu kalimat, mahkota suci yang terus dijaga dan dipertahankan selama puluhan tahun, tiba-tiba dengan ikhlas, bahkan dengan senang hati diberikan pada orang ‘asing’ yang telah menjadi suaminya menurut syariat. Hanya dengan satu kalimat, seorang anak kemudian berubah menjadi lelaki dewasa dan menjadi seorang bapak atau ibu. Dan hanya dengan satu kalimat, lingkungan tempat tinggal, lingkungan pergaulan, lingkungan hobi dan pekerjaan berubah menjadi lingkungan lain yang berbeda

3

keajaiban ketiga dari pernikahan. Banyak suami yang merasakan, setelah prosesi ijab-qabul ia menjadi manusia yang berbeda.

Karena setelah mengucapkan qabul, ia merasakan ada beban tanggung jawab yang harus dipikul.
Beban tanggung jawab itu adalah ‘harga’ yang harus dibayar setelah mengucapkan satu kalimat. Meski mengucapkan qabul sangat mudah, namun menjaga amanah, tanggung jawab dan segala resiko dari ucapan itu adalah yang paling sulit. Sehingga kalimat qabul itu tidak dapat diucapkan dengan main-main, melainkan dengan seluruh kesadaran akan tanggung jawab.

4

keajaiban ke empat, Engkau adalah penerus kehidupan, dengan hadirnya keturunanmu yang akan memakmurkan dunia.

Dengan menikah, engkau menjadi manusia yang bertanggungjawab melanjutkan peradaban manusia. Tanpa pernikahan, sulit dibayangkan bagaimana kehidupan akan terus berjalan, bagaimana peradaban akan terus berkembang.