3 Profesor Muslim Ini Menjelaskan Arti Deja Vu

Pernahkah kamu mengalami perasaan “pernah-berada-di-suatu-tempat” ketika tiba di tempat tertentu? Sebuah perasaan yang kuat bahwa sebelumnya kamu pernah menjejak tempat itu, padahal sepanjang yang kamu ingat itu adalah kali pertama kamu datang ke tempat itu. Atau sebuah perasaan yang kuat bahwa kamu “pernah-mengalami-peristiwa-ini-sebelumnya”, tetapi sama sekali tidak ingat itu peristiwa kapan.

Agaknya deja vu-lah yang sedang kamu alami. Deja vu berasal dari bahasa Perancis yang secara harfiah artinya already seen, yaitu pernah melihat sebelumnya. Inilah beberapa pengertian deja vu dari beberapa profesor muslim (yang lebih dikenal dengan sebutan syeikh).

 

Syeikh Hisyam Kabbani

Deja Vu
chelseafc.taccs.hu
Menurut Syeikh Hisyam Kabbani, seorang sufi Islam, deja vu terjadi karena jasad fisik kita mempunyai hubungan yang sangat erat dengan spiritual yang sudah tertulis di lauhul-mahfudz.

Prof. Dr. Ahmad Syauqi Ibrahim

Ilustrasi: deja vu
lizhi.fm
Prof. Dr. Ahmad Syauqi, syeikh asal Mesir, yang menulis buku berjudul Misteri Potensi Gaib Manusia, deja vu mempunyai kaitan dengan aktivitas manusia ketika sedang tidur. Muslim percaya bahwa tidur itu ibarat mati sekejap. Rasulullah pernah menyebutkan bahwa tidur itu merupakan kematian sesaat, tubuh tidak mengandung roh.

Prof. Dr. Ahmad Syauqi melanjutkan bahwa ketika kita sedang tidur, roh kita keluar dari tubuh dan menuju ke alam roh, tidak ada lagi beda antara masa lampau maupun masa depan, tetapi masih berhubungan dengan tubuh kita. Ia membuat teori bahwa roh mampu bergerak dengan sangat cepat, bahkan mungkin lebih cepat dari kecepatan cahaya. Saat roh kembali ke dalam tubuh, pengalaman yang dialami oleh roh pada masa silam atau masa depan kita secara tidak langsung akan tersimpan ke dalam otak. Pengalaman tersebut kadang-kadang akan berulang dalam dunia nyata dan mempengaruhi pikiran sadar kita.

Syeikh Muhammad Al Ghazali

Ilustrasi: deja vu
youtube.com

Syeikh Muhammad Al Ghazali melalui kitabnya Jaddid Hayatak (Perbaharuilah Hidupmu) menyatakan bahwa tidak ada hal yang baru dalam hidup ini. Artinya, deja vu yang terjadi kepada kita adalah deja vu yang nyata dan bukan ilusi semata. Jika dikaji tentang peradaban manusia, semua yang terjadi sebenarnya memang sesuatu yang berulang-ulang. Perdamaian, peperangan, keadilan, kezaliman, semua yang terjadi kepada kita memang sebuah siklus namun berbeda pelaku.